Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Kadang kita sebagai rakyat jelata selalu menyalahkan Si Presiden. Pemimpin jadi tumpahan kesalahan atas kerusakan yang di mana-mana terjadi. Pemimpin yang jadi biang kesalahan atas korupsi di berbagai jajaran. Semua gara-gara Si Presiden. Kenapa setiap orang tidak mengintrospeksi diri sebelum menyalahkan penguasa? Yang patut dipahami, pemimpin sebenarnya cerminan dari rakyatnya.
Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan,
ŁŲŖŲ£Ł
Ł ŲŁŁ
ŲŖŁ ŲŖŲ¹Ų§ŁŁ ŁŁ Ų§Ł Ų¬Ų¹Ł Ł
ŁŁŁ Ų§ŁŲ¹ŲØŲ§ŲÆ ŁŲ£Ł
Ų±Ų§Ų”ŁŁ
ŁŁŁŲ§ŲŖŁŁ
Ł
Ł Ų¬ŁŲ³ Ų§Ų¹Ł
Ų§ŁŁŁ
ŲØŁ ŁŲ£Ł Ų£Ų¹Ł
Ų§ŁŁŁ
ŲøŁŲ±ŲŖ ŁŁ ŲµŁŲ± ŁŁŲ§ŲŖŁŁ
ŁŁ
ŁŁŁŁŁ
ŁŲ„Ł Ų³Ų§ŲŖŁŲ§Ł
ŁŲ§ Ų§Ų³ŲŖŁŲ§Ł
ŲŖ Ł
ŁŁŁŁŁ
ŁŲ„Ł Ų¹ŲÆŁŁŲ§ Ų¹ŲÆŁŲŖ Ų¹ŁŁŁŁ
ŁŲ„Ł Ų¬Ų§Ų±ŁŲ§ Ų¬Ų§Ų±ŲŖ Ł
ŁŁŁŁŁ
ŁŁŁŲ§ŲŖŁŁ
ŁŲ„Ł ŲøŁŲ± ŁŁŁŁ
Ų§ŁŁ
ŁŲ± ŁŲ§ŁŲ®ŲÆŁŲ¹Ų© ŁŁŁŲ§ŲŖŁŁ
ŁŲ°ŁŁ ŁŲ„Ł Ł
ŁŲ¹ŁŲ§ ŲŁŁŁ Ų§ŁŁŁ ŁŲÆŁŁŁ
ŁŲØŲ®ŁŁŲ§ ŲØŁŲ§ Ł
ŁŲ¹ŲŖ Ł
ŁŁŁŁŁ
ŁŁŁŲ§ŲŖŁŁ
Ł
Ų§ ŁŁŁ
Ų¹ŁŲÆŁŁ
Ł
Ł Ų§ŁŲŁ ŁŁŲŁŁŲ§ ŲØŁŲ§ Ų¹ŁŁŁŁ
ŁŲ„Ł Ų§Ų®Ų°ŁŲ§ Ł
Ł
Ł ŁŲ³ŲŖŲ¶Ų¹ŁŁŁŁ Ł
Ų§ŁŲ§ ŁŲ³ŲŖŲŁŁŁŁ ŁŁ Ł
Ų¹Ų§Ł
ŁŲŖŁŁ
Ų§Ų®Ų°ŲŖ Ł
ŁŁŁ
Ų§ŁŁ
ŁŁŁ Ł
Ų§ŁŲ§ ŁŲ³ŲŖŲŁŁŁŁ ŁŲ¶Ų±ŲØŲŖ Ų¹ŁŁŁŁ
Ų§ŁŁ
ŁŁŲ³ ŁŲ§ŁŁŲøŲ§Ų¦Ł ŁŁŁŁ
Ų§ ŁŲ³ŲŖŲ®Ų±Ų¬ŁŁŁ Ł
Ł Ų§ŁŲ¶Ų¹ŁŁ ŁŲ³ŲŖŲ®Ų±Ų¬Ł Ų§ŁŁ
ŁŁŁ Ł
ŁŁŁ
ŲØŲ§ŁŁŁŲ© ŁŲ¹Ł
Ų§ŁŁŁ
ŲøŁŲ±ŲŖ ŁŁ ŲµŁŲ± Ų§Ų¹Ł
Ų§ŁŁŁ
ŁŁŁŲ³ ŁŁ Ų§ŁŲŁŁ
Ų© Ų§ŁŲ§ŁŁŁŲ© Ų§Ł ŁŁŁŁ Ų¹ŁŁ Ų§ŁŲ§Ų“Ų±Ų§Ų± Ų§ŁŁŲ¬Ų§Ų± Ų§ŁŲ§ Ł
Ł ŁŁŁŁ Ł
Ł Ų¬ŁŲ³ŁŁ
ŁŁŁ
Ų§ ŁŲ§Ł Ų§ŁŲµŲÆŲ±
“Sesungguhnya di antara hikmah Allah Ta’ala dalam keputusan-Nya memilih para raja, pemimpin dan pelindung umat manusia adalah sama dengan amalan rakyatnya bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin dan penguasa mereka. Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka. Namun, jika rakyat berbuat zholim, maka penguasa mereka akan ikut berbuat zholim. Jika tampak tindak penipuan di tengah-tengah rakyat, maka demikian pula hal ini akan terjadi pada pemimpin mereka. Jika rakyat menolak hak-hak Allah dan enggan memenuhinya, maka para pemimpin juga enggan melaksanakan hak-hak rakyat dan enggan menerapkannya. Jika dalam muamalah rakyat mengambil sesuatu dari orang-orang lemah, maka pemimpin mereka akan mengambil hak yang bukan haknya dari rakyatnya serta akan membebani mereka dengan tugas yang berat. Setiap yang rakyat ambil dari orang-orang lemah maka akan diambil pula oleh pemimpin mereka dari mereka dengan paksaan.
Dengan demikian setiap amal perbuatan rakyat akan tercermin pada amalan penguasa mereka. Berdasarkah hikmah Allah, seorang pemimpin yang jahat dan keji hanyalah diangkat sebagaimana keadaan rakyatnya. Ketika masa-masa awal Islam merupakan masa terbaik, maka demikian pula pemimpin pada saat itu. Ketika rakyat mulai rusak, maka pemimpin mereka juga akan ikut rusak. Dengan demikian berdasarkan hikmah Allah, apabila pada zaman kita ini dipimpin oleh pemimpin seperti Mu’awiyah, Umar bin Abdul Azis, apalagi dipimpin oleh Abu Bakar dan Umar, maka tentu pemimpin kita itu sesuai dengan keadaan kita. Begitu pula pemimpin orang-orang sebelum kita tersebut akan sesuai dengan kondisi rakyat pada saat itu. Masing-masing dari kedua hal tersebut merupakan konsekuensi dan tuntunan hikmah Allah Ta’ala.[1]
Pada masa pemerintahan ‘Ali bin Abi ThĆ¢lib radhiallahu'anhu ada seseorang yang bertanya kepada beliau, “Kenapa pada zaman kamu ini banyak terjadi pertengkaran dan fitnah, sedangkan pada zaman Abu Bakar dan ‘Umar tidak?” ‘Ali radhiallahu'anhu menjawab, “Karena pada zaman Abu Bakar dan ‘Umar yang menjadi rakyatnya adalah aku dan Sahabat yang lainnya. Sedangkan pada zamanku yang menjadi rakyatnya adalah kalian.”
Oleh karena itu, untuk mengubah keadaan kaum muslimin menjadi lebih baik, maka hendaklah setiap orang mengoreksi dan mengubah dirinya sendiri, bukan mengubah penguasa yang ada. Hendaklah setiap orang mengubah dirinya yaitu dengan mengubah aqidah, ibadah, akhlaq dan muamalahnya. Perhatikanlah firman AllahTa’ala,
Ų„ِŁَّ Ų§ŁŁَّŁَ ŁَŲ§ ŁُŲŗَŁِّŲ±ُ Ł
َŲ§ ŲØِŁَŁْŁ
ٍ ŲَŲŖَّŁ ŁُŲŗَŁِّŲ±ُŁŲ§ Ł
َŲ§ ŲØِŲ£َŁْŁُŲ³ِŁِŁ
ْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar Ra’du: 11)
Saatnya introspeksi diri, tidak perlu rakyat selalu menyalahkan pemimpin atau presidennya. Semuanya itu bermula dari kesalahan rakyat itu sendiri. Jika rakyat suka korupsi, begitulah keadaan pemimpin mereka. Jika mereka suka “suap”, maka demikian pula keadaan pemimpinnya. Jika mereka suka akan maksiat, demikianlah yang ada pada pemimpin mereka. Jika setiap rakyat memikirkan hal ini, maka tentu mereka tidak sibuk mengumbar aib penguasa di muka umum. Mereka malah akan sibuk memikirkan nasib mereka sendiri, merenungkan betapa banyak kesalahan dan dosa yang mereka perbuat.
Semoga jadi renungan berharga di pagi yang penuh berkah.
Disusun di Panggang-GK, 6 Syawal 1431 H (15 September 2010)
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.remajaislam.com
[1] Lihat Miftah Daaris Sa’adah, 2/177-178
0 comments:
Post a Comment