Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari Kiamat.
Kaum muslimin rahimakumullah, banyak di antara kita mengalami kebingungan dengan pertanyaan di atas, “Di manakah Allah?” Ada yang menjawab, “Allah ada dimana-mana.” Ada juga yang menjawab, “Allah ada di dalam hati setiap hamba semua.” Dan ada juga yang menjawab, “Jangan tanya Allah dimana, karena Allah tidak berada dimana-mana.” Semua jawaban ini menunjukkan kurangnya perhatian kaum muslimin terhadap ilmu agama. Padahal jawaban untuk pertanyaan di atas telah Allah Ta’ala jelaskan dalam al-Qur’an secara jelas dan gamblang. Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah menyampaikan kepada umat beliau dan bahkan para ulama kita –semoga Allah merahmati mereka semua- juga telah menjelaskannya.
Allah Berada di Atas Seluruh Makhluq-Nya
Ahmad bin Abdul Halim Al-Haroni rahimahullah mengatakan, “Sebagian ulama besar Syafi’iyah mengatakan bahwa dalam Al-Qur’an ada 1000 ayat atau bahkan lebih, yang menunjukkan Allah itu berada di ketinggian di atas seluruh makhluk-Nya. Dan sebagian mereka lagi mengatakan ada 300 ayat yang menunjukkan hal ini.” (Majmu’ Al-Fatawa, Ahmad bin Abdul Halim Al-Haroni, 5/121)
Allah Ta’ala berfirman:
يَخَافُوْنَ رَبَّهُم مِّن فَوْقِهِمْ (50)
“Mereka takut kepada Rabb mereka yang (berada) di atas mereka.” (QS. An-Nahl : 50)
Allah Ta’ala juga berfirman:
أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُوْرُ (16)
“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang berada di (atasnya) langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?” (QS. Al-Mulk: 16)
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Allah Ta’ala berada di atas langit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah menjelaskan hal ini kepada umatnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ، اِرْحَمُوْا أَهْلَ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Orang-orang yang penyayang akan disayang oleh Ar-Rahman. Sayangilah penduduk bumi, niscaya (Rabb) yang berada di atas langit akan menyayangi kalian.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 4941 dan at-Tirmidzi, no. 1924. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shohiihah, no. 925)
Diriwayatkan dari Muawiyah bin al-Hakam As-Sulami radhiyallahu ‘anhu, ia bercerita,
وَكَانَتْ لِيْ جَارِيَةٌ تَرْعَى غَنَمًا لِيْ قِبَلَ أُحُدٍ وَالْجَوَّانِيَةِ،
فَاطَّلَعْتُ ذَاتَ يَوْمٍ، فَإِذَا بِالذِّئْبِ قَدْ ذَهَبَ بِشَاةٍ مِنْ غَنَمِهَا،
وَأَنَا رَجُلٌ مِنْ بَنِيْ آدَمَ، آسَفُ كَمَا يَأْسَفُوْنَ،
لَكِنِّيْ صَكَكْتُهَا صَكَّةً،
فَأَتَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم عليه وسلم فَعَظَّمَ ذَلِكَ عَلَيَّ،
قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَفَلاَ أُعْتِقُهَا؟ قَالَ: ائْتِنِيْ بِهَا،
فَقَالَ لَهَا: أَيْنَ اللهُ؟ قَالَتْ: فِيْ السَّمَاءِ،
قَالَ: مَنْ أَنَا؟ قَالَتْ: أَنْتَ رَسُوْلُ اللهِ، قَالَ: فَأَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ
“Aku memiliki seorang budak wanita yang bekerja sebagai pengembala kambing di gunung Uhud dan Al-Jawwaniyyah (tempat dekat gunung Uhud). Suatu saat aku pernah memergoki seekor serigala telah memakan seekor dombanya. Aku termasuk dari bani Adam, aku juga marah sebagaimana mereka juga marah, sehingga aku menamparnya, kemudian aku datang pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ternyata beliau menganggap besar masalah itu. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, apakah aku harus merdekakan budak itu?” Jawab beliau: “Bawalah budak itu padaku”. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Dimana Allah?” Budak tersebut menjawab: “Di atas langit”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi: “Siapa aku?” Budak itu menjawab: “Engkau adalah Rasulullah”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Merdekakanlah budak ini karena dia seorang wanita mukminah”. (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 537)
Imam Adz-Dzahabi ketika membawakan hadits di atas, beliau mengatakan, “Inilah pendapat kami bahwa siapa saja yang ditanyakan, “Di mana Allah?” maka akan dibayangkan dengan fitrohnya bahwa Allah berada di atas langit. Dalam hadits ini ada dua permasalahan:
- Diperbolehkannya seseorang menanyakan, “Di manakah Allah?”
- Jawaban orang yang ditanya adalah, “Di atas langit”. Barangsiapa mengingkari dua permasalahan ini berarti dia telah menyalahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Mukhtashor Al ‘Uluw, karya Adz Dzahabiy, hal. 81, Tahqiq: Syaikh Al Albani)
Allah Ta’ala Berada di Atas ‘Arsy-Nya
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ (54)
“Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia ada di atas ‘Arsy.” (QS. Al-A’raaf: 54)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةُ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللهُ لِلْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِهِ،
كُلَّ دَرَجَتَيْنِ مَا بَيْنَهُمَا كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ،
فَإِنْ سَأَلْتُمُ اللهَ فَسَئَلُوْهُ الْفِرْدَوْسَ،
فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ
وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفْجُرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةُ
“Sesungguhnya di dalam Surga ada seratus derajat (tingkatan) yang disiapkan Allah untuk orang-orang yang berjihad di jalan- Nya. Jarak antara dua tingkatan itu seperti (jarak) antara langit dan bumi. Jika kamu meminta kepada Allah, mintalah kepada-Nya Surga Firdaus, karena itu Surga yang paling tengah dan paling tinggi, sedang di atasnya adalah ‘Arsy Rabb Yang Rahman, darinya mengalir sungai-sungai Surga.”(Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhori, VI/2700).
Ibnu Khuzaimah rahimahullah mengatakan, “Kabar ini menjelaskan bahwa “Arsy Allah Jalla wa ‘Ala berada di atas Surga-Nya. Dan sesungguhnya Allah telah memberitahukan kepada kita bahwa Dia berada di atas ‘Arsy-Nya. Jadi, pencipta kita berada di atas ‘Arsy yang terletak di atas Surga-Nya.” (At-Tauhid, karya Ibnu Khuzaimah, I/241).
Ilmu Allah Bersama Hamba-Nya
Banyak di antara kaum muslimin yang mengatakan bahwa Allah ada dimana-mana, karena salah dalam memahami ayat berikut ini:
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ (4)
“Dia (Allah) bersama kalian di mana saja kalian berada.” (QS. Al-Hadid: 4).
Ibnul Mubarok bertanya pada Sufyan Ats-Tsauri mengenai firman Allah di atas, maka Sufyan Ats Tsauri menyatakan bahwa yang dimaksudkan adalah ilmu Allah (yang berada bersama kalian, bukan dzat Allah). (Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghoffar, 137-138)
Imam Malik rahimahullah mengatakan, “Allah berada di atas langit. Sedangkan ilmu-Nya berada di mana-mana, segala sesuatu tidaklah lepas dari ilmu-Nya.” (Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghofar, karya Adz-Dzahabi, hal. 138)
Imam Asy Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Perkataan dalam As Sunnah yang aku dan pengikutku serta pakar hadits meyakininya, juga hal ini diyakini oleh Sufyan, Malik dan selainnya adalah, “Kami mengakui bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah. Kami pun mengakui bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” Lalu Imam Asy-Syafi’i mengatakan, “Sesungguhnya Allah berada di atas ‘Arsy-Nya yang berada di atas langit-Nya. Meskipun demikian, Allah dekat dengan makhluk-Nya sesuai yang Dia kehendaki. Allah Ta’ala turun ke langit dunia sesuai dengan kehendak-Nya.” (Itsbatu Shifatul ‘Uluw, hal. 123-124 dan Al ‘Uluw lil ‘Aliyyil Ghofar, hal. 165)
Kaum muslimin rahimahullah, meskipun Allah Ta’ala menyatakan bahwa Dia bersama hamba-Nya, bukan berarti Allah berada di dalam hati mereka,bersatu atau menempel kepada hamba-Nya. Perhatikanlah ayat berikut ini:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُوْنَ فَضْلاً مِنَ اللهِ وَرِضْوَانًا (19)
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya.” (QS. Al-Fath: 19)
Lihatlah, pada ayat ini Allah Ta’ala berfirman tentang para Sahabat yang “bersama dengan beliau.” Ketika membaca ayat ini, akankah kita menafsirkan bahwa tubuh para Sahabat bersatu atau menempel dengan tubuh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? Apakah para Sahabat selalu berada di samping Nabi saat beliau sedang tidur, makan, bercanda dengan istri, dan mandi? Tentu saja tidak. Meskipun Allah Ta’alamenyatakan, “bersama dengan dia” bukan berarti bersatu atau menempel.
Demikian pula makna firman Allah Ta’ala:
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ (4)
“Dia (Allah) bersama kalian di mana saja kalian berada.” (QS. Al Hadid: 4).
Ayat ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa Allah Ta’ala bersatu dengan hamba-Nya. Akan tetapi AllahTa’ala bersama hamba-Nya dengan ilmu-Nya, sedangkan Dzat-Nya tetap tinggi berada di atas ‘Arsy-Nya.
Muroja’ah : Ust. Aris Munandar, S.S., M.Ag
Sumber : Buletin At-Taubah edisi ke-53
Sebagian artikel ini kami ambil dari tulisan Ust. Muh. Abduh Tuasikal, S.T
attaubah.com
attaubah.com
0 comments:
Post a Comment