Kunjungan Syaikh Abdurrazzaq ke Indonesia kali ini terasa begitu istimewa beliau hadir bersama keluarga, anak dan istri, hafizhahumullah. Beliau sesuai rencana -insya Allah- akan berada di Negeri tercinta hingga 26 April 2013, kurang lebih satu pekan sejak kedatangan beliau pada 20 April 2013. Dalam hari-hari yang telah berlalu pada kunjungannya kali ini ada beberapa faidah menarik yang bisa kita petik dari beliau dan keluarga. Berikut ini kami sampaikan kembali beberapa faidah menarik tersebut berdasarkan penuturan para ikhwan. Semoga kita dapat mengambil pelajaran darinya.
1# Bakti Anak-anak Syaikh kepada Orang tuanya. [Ustadz Amrullah Akadhinta]
Ketika di masjid kampus UGM, kami lihat Yahya (putra Syaikh Abdurrozaq) kelelahan, mungkin dia sudah lapar, lalu kami tawarkan kepadanya, “mau makanan apa gak?”. “Laa, ma’a abi”, “gak mau, sama bapak aja nanti”. Dan Yahya tidak makan kecuali apa yg dipotongkan bapaknya. Subhanallah.
-> Sungguh menakjubkan keta’atannya kepada orang tua.
-> Sungguh menakjubkan pula orang tua yang bisa mendidik anak menjadi seperti ini, dan menurut seorang ustadz yang dekat dengan beliau, semua anak beliau seperti itu, taat dan hormat kepada orang tua.
Yahya bin Abdurrozaq bin Abdul Muhsin al Badr yang sedang mengisi sekarang ini di radiomuslim.com putra Syaikh Abdurrozaq, usianya 14 tahun. Semalam kami ngobrol di Masjid Kampus UGM. Kami bertanya kepadanya, “sudah hafal berapa juz?” Jawabnya: “Min Yunus ilaal akhir”, ‘dari surat Yunus (surat ke-10) sampai akhir.’
Masya Allah, semoga kita pun semangat menghapal Al-Qur’an. Bagi yang sudah punya putra/putri, semoga dijadikan pula menjadi para penghapal Al-Qur’an.
3# Senantiasa Menunggu Datangnya Waktu Shalat. [Ustadz Amrullah Akadhinta]
Sepanjang perjalanan di pesawat, apa yg ditanyakan Syaikh Abdurrozaq? “Kapan Sampai?” bukan, “Jam berapa kajian?” bukan, “Di mana nginepnya?” bukan.
Tapi yang ditanyakan, “Jam berapa kita sholat maghrib?” ditanyakan terus berulang-ulang seakan beliau khawatir terlewat, padahal kalau terlewat pun beliau bisa jamak sebagai musafir.
4# Istimewa, Akhlaq Syaikh terhadap Orang yang lebih tua. [Al-Akh Ahmad Al-Jakarti]
Masya’ Allah… Pada malam Tabligh Akbar kemarin ada hal yang ana takjub dg Akhlaq Syaikh ‘Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin Hafizhahumullaah…
Sebagaimana yg antum lihat di siaran Rodja TV, Ahsan Televisi, atau Insan Televisi… beliau memberikan secangkir teh jatah beliau kpd seorang kakek tua yg janggutnya telah putih di makan usia…
Mungkin kemarin malam adalah malam yg sangat bahagia bagi kakek tua tersebut, semoga Allah menjaganya…
Syaikh memberikannya secangkir teh melalui Ustadz Zulfikar, Lc Al-Hafizh (adik ipar Ustadz Murtadho Habibi, Lc Al-Hafizh yg murottalnya bisa antum dapatkn di website hidayahfm.com)… Karena hanya beliau yg paling tua di barisan kami, persis duduk di depan Syaikh… Rupanya (mungkin) Syaikh memperhatikan kakek tsb dari awal… Semoga Allah menjaga mereka semua…
Sebelum Syaikh datang, ana sempat berbincang dg kakek tersebut, salah satu pertanyaan ana : “Sejak kapan bapak ngaji (sunnah)??”. “Sejak tahun 1995″, jawab beliau… Dan beliau memberikan ana sepotong piscok & air putih… Semoga Allah membalasnya dg kebaikan…aamiin.
5# Syaikh Tidak Suka Foto-foto [Ustadz Amrullah Akadhinta]
Syaikh Abdurrozaq suka difoto2? TIDAK!
Pagi tadi di bandara SSQ II, pekanbaru, ketika hendak masuk ke bandara, ada orang yang mengajak bersalaman dengan Syaikh, dan Syaikh pun menyambutnya, setelah itu, orang tersebut jeprat-jepret dengan kamera. Syaikh pun agak marah, melarang orang tersebut poto-poto dan memintanya untuk menghapus poto beliau.
Demikian pula Yahya, putra beliau, di Masjid Kampus UGM sempat ada yang mengarahkan kamera hp nya kepada Yahya, “laa laa laa, mamnu’!”, “jangan.. jangan.. jangan.. gak boleh!”
-> Demikianlah pengalaman kami ketika sedikit orangnya, adapun ketika banyak seperti setelah kajian, husuzhon kami beliau khawatir nanti bermasalah kepada panitia, karena mungkin ada di antaranya panitia yang memang berkempentingan untuk mendokumentasikan.
-> Jadi buat antum yang ikut kajian beliau, lebih baik gak usah jeprat-jepret. Buat panitia, mungkin ketika kajian bisa disampaikan, kepada peserta kajian, tidak perlu foto-foto atau merekam video
6# Sebab Terbesar Dalam Meraih Kebahagiaan Adalah Dengan Meniti Jalan Untuk Meraih Kecintaan Allah. Jalan Meraih Kecintaan Allah adalah dengan Cinta Kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم. [Abu Umamah Hamdani Sahab]
Bertahap dalam berdakwah, itulah salah satu kunci sukses dakwah. Hal ini bisa kita lihat dari Dakwah Syaikh Abdurrazzaq dalam kunjungannya ke Indonesia. Dalam kunjungan pertamanya tahun 2010 yang lalu, beliau membawakan tema “Sebab-sebab Datangnya Kebahagiaan”. Dalam kesempatan tersebut beliau menekankan bahwa “Kebahagiaan itu ada di Tangan Allah dan tidak akan dapat diraih kecuali dengan ta’at kepada Allah.”
Selanjutnya, pada tahun 2012 beliau melanjutkan apa yang telah disampaikan terdahulu tentang sebab terbesar untuk meraih kebahagiaan adalah dengan ta’at kepada Allah. Beliau memberikan sebuah muhadharah yang begitu bermanfaat tentang “Meniti Jalan Meraih Kecintaan Allah”. Kali ini beliau menjelaskan jalan-jalan yang harus ditempuh oleh seorang hamba untuk meraih kecintaan Allah.
Terbaru, Muhadharah beliau kali ini di Masjid Istiqlal, Jakarta mengangkat tema “Cinta Rasulullah صلى الله عليه وسلم”. Beliau menjelaskan kedudukan Rasulullahصلى الله عليه وسلم dan cara-cara yang benar dalam menampakkan kecintaan kepadanya, serta menjelaskan bentuk-bentuk pelecehan terhadap Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Dari tiga kali kunjungan beliau tercatat jumlah jama’ah yang hadir kian meningkat. Bahkan ada sebagian ikhwan yang mengabarkan bahwa pihak Pengelola Masjid Istiqlal merasa kagum dengan acara yang dihadiri oleh sekian banyak jama’ah tapi tetap dapat menjaga kemuliaan masjid. Semoga ini merupakan pertanda diterimanya amal beliau di atas langit sebagaimana diterimanya dakwah beliau oleh penduduk bumi Nusantara ini.
Sekali lagi, jika perhatikan maka seolah beliau hendak menyampaikan kepada kaum muslimin di Indonesia bahwa “Sebab Terbesar Untuk Meraih Kebahagiaan Adalah Dengan Meniti Jalan Meraih Kecintaan Allah, dan Jalan Untuk Meraih Kecintaan Allah adalah Dengan Cinta Kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم”. Wallahu a’lam.
7# Pentingnya Niat Dalam Beramal [Muslim.Or.Id - Ustadz Amrullah Akadhinta]
Senin siang itu, ketika kami berada di sebuah lounge (ruang tunggu) di Bandara Adisutjipto Yogyakarta bersama Syaikh Abdurrozaq menunggu kedatangan pesawat yang akan membawa kami ke Pekanbaru. Di lounge tersebut,secara tak sengaja kami pun berjumpa dengan 2 orang ikhwan asal Pekanbaru yang juga baru mengikuti kajian Syaikh di Masjid Kampus UGM dan Islamic Center BinBaz.
Beberapa waktu kemudian, Syaikh memperlihatkan i-Pad nya kepada kami, bukan mau pamer gadget, ternyata beliau ingin memperlihatkan sebuah hadits yang sedang dibaca beliau sembari menunggu pesawat itu kepada kami. Beliaupun membacakannya kepada kami, hadits tersebut adalah:
عن أبي كبشة الأنماري قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم مثل هذه الأمة مثل أربعة نفر رجل آتاه الله مالا وعلما فهو يعمل به في ماله فينفقه في حقه ورجل آتاه الله علما ولم يؤته مالا فهو يقول لو كان لي مثل ما لهذاعملت فيه مثل الذي يعمل قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم فهما في الأجر سواء ورجل آتاه الله مالا ولم يؤته علما فهو يخبطفيه ينفقه في غير حقه ورجل لم يؤته الله مالا ولا علما فهو يقول لو كان لي مال مثل هذا عملت فيه مثلالذي يعمل قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم فهما في الوزر سواء
Dari Abu Kabsyah al Anmari berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
“Permisalan umat ini seperti empat kelompok” (perhatikan, kata Syaikh –dan selanjutnya perkataan Syaikh di tengah hadits ini akan diberi tanda kurung)
“Seorang yang Allah berikan harta dan ilmu, maka dia beramal dengannya (yaitu dengan ilmunya) terhadap hartanya, dia infakkan hartanya sesuai dengan kewajibannya (dia infakkan untuk kebaikan, untuk dakwah,membangun sekolah, zakat dan lain-lain)” (ini golongan pertama)
“Dan seorang, yang Allah berikan ilmu, tapi tidak Allah berikan harta, dia berkata Anda aku punya sesuatu (yaitu harta) seperti dia (yaitu kelompok pertama), niscaya aku akan berbuat seperti yang dia perbuat (yaitu berinfak di jalan kebenaran)” (perhatikan perkataan Rasulullah tentang 2 kelompok ini)
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, maka mereka berdua mendapatkan pahala yang sama” (perhatikan yang selanjutnya)
“Dan seorang yang Allah berikan harta, namun tidak Allah berikan ilmu, dia menghabiskan hartanya dan dia keluarkan hartanya pada tempat yang bukan haknya” (yaitu dia gunakan untuk sesuatu yang haram)
“Dan seorang yang Allah tidak berikan harta dantidak pula ilmu, dan dia mengatakan, seandainya punya harta seperti dia (yakni golonga yang ketiga, punya harta tapi tak punya ilmu), niscaya aku akan berbuat seperti orang itu” (yaitu dia akan menyia-nyiakan harta dalam perbuatan haram seperti orang yang ke-3)
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, maka mereka berdua mendapatkan dosa yang sama” (HR Ahmad)
Kemudian Syaikh mengatakan, “Subhanallah, seandainya orang-orang fakir dan mereka yang belum memiliki harta mengetahui hadits ini, niscaya mereka akan senang karena bisa mendapatkan pehala yang sama dengan mereka yang memiliki harta. Juga akan tumbuh semangat pada mereka untuk senantiasa berbuat baik”
“Dan orang yang kedua dan ketiga, yang mendapatkan dosa yang sama, apa yang membuat mereka demikian padahal kondisinya berbeda? Niatnya. Mereka sama-sama memiliki tekad untuk berbuat jahat, berbuat maksiat dan berbuat yang haram, maka mereka mendapatkan dosa yang sama”
Kemudian kami sempat bertanya, “Wahai Syaikh, apakah benar-benar sama, padahal yang satu melakukan, sedangkan yang satu tidak melakukan?”. Syaikh menjawab, “begitulah yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan”.
Kemudian Syaikh melanjutkan, “Maka sampaikan hadits ini kepada orang-orang utamanya orang-orang fakir dan tidak punya banyak harta agar mereka senang dan agar mereka senantiasa memiliki semangat berbuat baik sehingga mereka mendapatkan pahala yang sama dengan orang-orang yang punya harta”.
“Dan apabila engkau menyampaikannya, maka ‘man dalla ‘alasyai’in kafaa’ilihi’, ‘siapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan, maka dia seperti orang yang melakukan kebaikan tersebut’. Subhaanallah, betapa banyak pahala yang engkau dapatkan karena apabila mereka melakukannya, engkau pun akan dapatkan pahalanya. Subhaanallah, rahmat dan karunia Allah itu sangatlah besar dan sangat luas”
Dan Hadits Ini Langsung Terpraktekkan
Di akhir Syaikh berbicara (waktu itu sekitar pukul 12.30), tiba-tiba kami mendengar pengumuman bahwa pesawat yang rencananya akan membawa kami ke Pekanbaru pukul 13.00 diundur dan pesawat baru akan sampai di Jogja pukul 17.30 dan take-off ke Pekanbaru pukul 18.00. Dengan demikian perkiraan sampai di Pekanbaru pukul 20.00 dan perjalanan dari Bandara Pekanbaru ke tempat kajian Syaikh kira-kira 1,5 jam atau Syaikh akan tiba di Masjid tempat beliau mengisi (Islamic Center Bangkinang) kira-kira pukul 21.30, padahal dalam pengumuman beliau akan mengisi Ba’da Maghrib. Kami pun panik, sudah tidak konsen lagi mendengar penjelasan Syaikh tentang hadits ini.
Kami melihat Ust Muhammad Wujud yang juga mendampingi perjalanan tersebut, keluar dari lounge untuk konfirmasi ke loket. Tak berapa lama beliau menelepon kami dan meminta kami untuk ke loket, kami pun meminta izin kepada Syaikh. Di loket, ternyata masalahnya adalah cuaca buruk di Pekanbaru dan pesawat harus diganti, sehingga tidak ada jalan lain kecuali hanya itu, berangkat pukul 18.00.
Akhirnya bersama 2 ikhwan Pekanbaru tersebut, kami mencoba mencari alternatif lain, yang penting Syaikh bisa hadir di Masjid untuk mengisi kajian di sana, walaupun kajian diundur Ba’da Isya. Akhirnya, Syaikh, putra beliau Yahya, dan Ust Muhammad Wujud berangkat lebih dulu dengan menggunakan maskapai Garuda yang akan take off pukul 2 siang dan akan sampai di Pekanbaru pukul 17.40. Alhamdulillah kami lega. Kami sendiri, Ust Sigit Abu Hatim (sahabat kami yang saat ini bekerja dengan Syaikh dan mendampingi beliau selama di Indonesia) serta 2 orang ikhwan Pekanbaru, tetap menunggu penerbangan kami pukul 18.00 (yang akhirnya baru take off pukul 19.00 dan sampai di Pekanbaru pukul 21.00).
Namun belakangan, kami mendapatkan informasi dari Ust Muhammad Wujud, bahwa harga tiket Garuda tersebut Rp 3.000.000,- (tiga jutarupiah) per orang, artinya total untuk penerbangan itu Rp 9.000.000,- (sembilan juta rupiah) padahal tiket pesawat sebelumnya hanya Rp 800.000,-. Yang membayar? Ikhwan dari Pekanbaru yang bertemu dengan kami itu.Subhaanallah, alhamdulillah kami bertemu mereka, sebab kami dan Ust Muhammad Wujud tidak membawa uang sebanyak itu.
Dan subhaanallah, hadits yang dibaca oleh Syaikh langsung tergambar dengan nyata, ada orang yang Allah beri harta dan ilmu, dia keluarkan hartanya di jalan Allah, untuk membantu dakwah demi tersebarnya ilmu. Kepada ikhwan tersebut kami ucapkanjazaakumullahu khairan, semoga Allah membalas dengan kebaikan yang banyak, dan semoga pula tercurah pahala setiap orang yang mengikuti kajian Syaikh di Bangkinang dan Pekanbaru (baik yang datang langsung maupun mendengarkan via radio dan media lain).
*nama kedua ikhwan ini tidak kami sebutkan, kalau ada yang tahu, minta tolong disampaikan ucapan terima kasih kami
8# Tidak Jauh dengan Umurmu Sekarang [Ustadz Amrullah Akadhinta]
Di Lounge (ruang tunggu) Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta, Syaikh Abdurrozaq memberi kami sebuah buku beliau yang berjudul “Ta’zhiimus Shalaah” (Mengagungkan Shalat)
“Tulisan Anda wahai Syaikh?” tanya kami.
“Iya, yang terbaru” jawab beliau.
“Berapa umurmu?” tanya Syaikh kepada kami.
“27 wahai Syaikh” jawab kami.
“Iya, yang terbaru” jawab beliau.
“Berapa umurmu?” tanya Syaikh kepada kami.
“27 wahai Syaikh” jawab kami.
Kemudian Syaikh membuka halaman 73 di buku tersebut, judulnya “ath Thuma’niinah fis Shalah”, “Tumakninah Dalam Shalat”, ada bintang catatan kaki di sana, kemudian Syaikh memperlihatkan bacaan pada catatan kaki tersebut, yang isinya: “Sebuah Khutbah yang kusampaikan saat berumur 25 tahun”. “Tidak jauh dengan umurmu sekarang” kata Syaikh sembari tersenyum dan memberikan buku tersebut kepada kami.
“Silakan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, baik untuk disebarkan secara gratis atau diperjualbelikan”, lanjut Syaikh. “insya Allah Syaikh, Jazaakallahu khairan” jawab kami.
-> Semoga Allah memberikan keluangan waktu kepada kami untuk bisa menerjemahkan tulisan beliau tersebut
-> Bagi yang hendak mendownload kitab tersebut, silakan mendownoadnya di link:
http://www.al-badr.net/web/index.php?page=ebook&action=download&link=121
-> Bagi yang hendak mendownload kitab tersebut, silakan mendownoadnya di link:
http://www.al-badr.net/web/index.php?page=ebook&action=download&link=121
9# Ulama yang Tidak Menyukai Pujian [Fandi Kasbara Harahap]
Ketika Moderator acara secara tidak langsung memuji Syaikh Abdurrazaq hafizhahullah (diantaranya ia berkata bahwa syaikh adalah seorang ulama kibar), Beliau pun berkata yang kurang lebih intinya,
“sifatkanlah seorang sesuai dengan kenyataannya” (beliau tegur pujian dari moderator yang dianggap berlebihan)
dan ketika ustad Abdurrahman at-Tamimi menukil perkataan Ibnu Mas’ud radhiyallahuanhu dalam sambutannya yang berbunyi,
“Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka mengambil ilmu dari pembesar-pembesar mereka, dari orang-orang terpercaya mereka, dan dari orang-orang alim mereka, jikalau ia mengambilnya dari orang-orang terendah mereka dan orang-orang terburuk mereka, niscaya mereka akan binasa.”
setelah kata sambutan itu syaikh pun berkata,
“Perkataan ini bagus sekali.. namun orang itu tidak ada dalam majlis ini…”
Inilah contoh ketawadhuan seorang ‘alim kawan.. Semoga Allah merahmati Syaikh Abdurrazaq, memanjangkan umurnya serta memberkahinya. Mudah-mudahan kita dapat mempelajari ilmu-ilmu beliau dengan lebih mendalam suatu saat nanti..
# Sepenggal catatan perjalanan Dauroh Syaikh Abdurrazaq bin abdul muhsin al-abbad hafizahumallah
10# Orang yang Mengetahui Keadaan Dirinya Sendiri [Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri]
Kemarin ketika saya berjumpa dengan Syeikh Abdurrazzaq Al Abbad dimkota Surabaya, beliau bercerita bahwa ada seorang lelaki yang datang kepadanya dan menceritakan bahwa ada orang lain yang menjelek-jelekkan beliau.
Subhanallah, saya kira beliau akan membela diri atau paling kurang diam termenung atau mungkin membalas.
Beliau menjawab: “Dengarlah, orang yang menjelek-jelekkan saya itu sejatinya belum kenal saya.”
Kemudian beliau melanjutkan perkataannya kepada penyampai berita tersebut, “Andai dia benar-benar kenal saya, niscaya kejelekan yang ia sebutkan lebih banyak dari yang dia sebutkan sekarang ini. Alhamdulillah, kejelekan saya yang Allah tutupi darinya masih terlalu banyak.”
Demikianlah orang yang tahu dirinya sendiri, sehingga senantiasa bersemangat menerima nasehat, instropeksi diri dan terus memohon ampunan kepada Allah atas segala kekurangan dirinya.
0 comments:
Post a Comment