Dalam situasi ini – dan di bawah pengaruh bujuk rayu setan dan usahanya membuat seorang hamba bermalas-malasan dalam memanfaatkan waktunya – dia akan menghentikan ibadahnya dan tidak lagi melanjutkan program-program yang dia rancang untuk dirinya sendiri. Bukannya memanfaatkan waktu, malah justru dia pergi tidur atau berbicara tanpa manfaat dengan alasan ia telah bosan dan jenuh dan bahwa ia tidak lagi mampu melanjutkan dan meneruskan. Demi Allah, ini adalah kerugian besar.
Pada hakikatnya, kebosanan – yang sebetulnya bukan kebosanan ini – adalah bisikan setan bahkan ia adalah tipuan dan makar setan kepada jiwa. Dengannya setan menggoda seseorang bahwa dia tidak lagi mampu melanjutkan program-programnya untuk menjaga waktunya, setan membisikkan kepada dirinya bahwa dia telah jenuh dan bosan dalam melakukan ketaatan.
Dalam kondisi ini, akibat yang sangat disesalkan adalah dia meninggalkan ketaatan dengan alasan istirahat, refreshing dan mengusir kejenuhan dari dalam diri. Kemudian setiap kali seseorang berkeinginan memanfaatkan waktunya untuk amal kebajikan, setan selalu membisikkan bahwa dia sekarang ini dalam kondisi bosan dan jenuh. Maka, jalan keluarnya (menurut versi setan) adalah menunda ketaatan dan amal-amal kebajikan sampai berakhirnya masa kebosanan (yang pada hakikatnya bukanlah kebosanan). Selanjutnya, ia akan menjadi bulan-bulanan setan. Ia akan terus membuatnya malas dalam ketaatan, satu demi satu. Akhirnya, ia berujung pada meninggalkan kewajiban-kewajiban agama. Inilah puncak musibah.
Jika Anda mengatakan, “Tetapi saya memang benar-benar jenuh setiap saya berniat memanfaatkan waktu untuk kebaikan bukan sekedar jenuh karena bisikan setan. Lalu, apa solusi dan pemecahan masalah ini?” Saya menjawab, “Saya sebutkan beberapa saran dan pemecahan mudah-mudahan Allah memberi manfaat karenanya.”
Sunday, October 2, 2011
Cara Agar Tidak Bosan
Kadangkala seseorang mempunyai keinginan kuat untuk menjaga waktunya dalam ketaatan kepada Allah. Misalnya, dia menetapkan dua jam setelah Isya untuk mencari ilmu agama, dua jam berikutnya untuk qiyamul lail (shalat malam). Apabila datang waktunya, dia mulai menjalankan programnya. Tetapi, ketika program baru berjalan setengah atau satu jam dari awal pelaksanaan, dia mulai merasakan kebosanan dan kejenuhan merayap dalam hatinya. Ia merasakan, keinginannya mulai mengendur dan melemah.
Sumber: 125 Kiat Orang-orang Terdahulu Menjadikan Waktu Produktif, Abul Qa'Qa Muhammad bin Shalih, Elba.
Artikel: PengusahaMuslim.Com
0 comments:
Post a Comment