Oleh: Syaikhoh Sukainah bintu Muhammad Nashiruddin al-Albaniyyah hafidzohalloh
Syubhat:
“Iman dan Takwa itu di dalam hati, sedangkan pakaian hanyalah zhohir dan masalah kulit saja, yang penting kan hatinya.”
Jawaban:
Rosululloh alaihis sholatu was salam bersabda di akhir hadits an-Nu’man bin Basyir rodhiyallohu anhu:
وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ؛ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ؛ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah bahwa di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, bila ia baik niscaya seluruh jasad akan baik, dan bila ia rusak, niscaya seluruh jasad akan rusak pula, ketahuilah segumpal daging itu ialah hati[*].” [Shohih al-Bukhori (52)]
[*] al-Qolbu terjemahan yang sebenarnya adalah jantung, tapi dalam bahasa kita lebih populer disebut dengan hati, istilah populer inilah yang akan kita gunakan, pent.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata:
“Hati merupakan pondasi, jika padanya terdapat pengetahuan dan keinginan, ia akan menerapkannya ke badan jika perlu. Tidak mungkin badan menyelisihi apa yang diinginkan hati, oleh karena itu Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang shohih: “Ketahuilah bahwa di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, bila ia baik niscaya seluruh jasad akan baik, dan bila ia rusak, niscaya seluruh jasad akan rusak pula, ketahuilah segumpal daging itu ialah hati.” [Kitab al-Iman hal. 235]
Ayahku (al-Albani, pent) rohimahulloh ketika menyebutkan hadits ini berkata:
“Diantara keajaiban yang gaib lagi rinci, yang seandainya syariat yang mulia ini tidak menjelaskannya maka kita tidak akan mengetahuinya, adalah bahwa seluruh yang zhohir dan yang batin itu saling mendukung dan membantu. Jika hati itu kuat, zhohir nya pun akan baik. Dan jika zhohirnya itu baik, hati pun akan bertambah kuat, dan begitulah seterusnya. Oleh karena itu bisa kita simpulkan sesuatu yang sangat penting, yaitu hendaknya bagi setiap muslim yang memperhatikan hukum-hukum agamanya untuk menampakkan zhohirnya sebagaimana batinnya. Dan janganlah engkau mengikuti perkataan orang-orang bodoh ketika engkau menyuruh mereka untuk menunaikan apa-apa yang diwajibkan Alloh atas mereka, misalnya sholat, lalu mereka pun berkata padamu: “wahai saudaraku! Yang penting itu bukan sholatnya, yang penting itu apa yang ada di hati”. Seandainya hati orang ini sehat, tentu anggota tubuhnya akan berbuat berdasarkan hatinya yang sehat.” [Sisilatul Huda wan Nur kaset no. 201 menit ke-10]
Dan ayahku menyebutkan dalam kitab Jilbab al-Mar’ah al-Muslimah (hal. 210-212) hadits-hadits yang menunjukkan pengaruh yang zhohir pada yang batin:
1. Dari Jabir bin Samuroh, ia berkata:
خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَآنَا حِلَقًا، فَقَالَ: «مَا لِي أَرَاكُمْ عِزِينَ؟
Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam keluar kepada kami, lalu beliau melihat kami duduk berpencar dalam beberapa kelompok, maka beliau bersabda: “mengapa aku melihat kalian berpencar-pencar?” [Shohih Muslim (430)]
Makna ‘Iziin adalah berpencar berkelompok-kelompok, yakni dengan sebuah huruf Zai yang di-takhfiif (lawan kata tasydid, pent), bentuk jamak dari ‘izah yaitu sebuah halaqoh orang-orang yang terkumpul jadi satu. Dan asal katanya adalah ‘Izwah. [an-Nihayah (3/233)]
2. Dari Abu Tsa’labah al-Khusyani, is berkata:
كان النَّاسُ إذا نَزَلُوا مَنْزِلاً تَفَرَّقُوا فِي الشِّعَابِ وَالأَوْدِيَةِ، فقال رسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إنَّ تَفَرُّقَكُمْ فِي هذهِ الشِّعَابِ وَالأَوْدِيَةِ؛ إِنَّمَا ذَلِكُمْ مِنَ الشَّيْطَانِ». فَلَمْ يَنْزِلْ بَعْدَ ذلك مَنْزِلاً إلاَّ انْضَمَّ بَعْضُهُم إلى بَعْضٍ، حَتَّى يُقال: لو بُسِطَ عَليهِم ثَوْبٌ لَعَمَّهُمْ
“Dahulu orang-orang jika singgah di suatu tempat, mereka berpencar-pencar di lembah-lembah. Maka Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya terpencarnya kalian di lembah ini, tidak lain merupakan perbuatan setan.” Setelah itu, tidaklah mereka singgah di suatu tempat melainkan mereka menggabungkan diri antara satu dengan yang lain, sampai-sampai dikatakan: “seandainya dibentangkan kain untuk mereka, niscaya bisa melingkupi mereka”. [Shohih Sunan Abi Dawud (2363)]
3. Dari an-Nu’man bin Basyir rodhiyallohu anhu, ia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسَوِّي صُفُوفَنَا حَتَّى كَأَنَّمَا يُسَوِّي بِهَا الْقِدَاحَ، حَتَّى رَأَى أَنَّا قَدْ عَقَلْنَا عَنْهُ، ثُمَّ خَرَجَ يَوْمًا فَقَامَ حَتَّى كَادَ يُكَبِّرُ، فَرَأَى رَجُلاً بَادِيًا صَدْرُهُ مِنَ الصَّفِّ، فَقَالَ:« عِبَادَ اللهِ! لَتُسَـوُّنَّ صُفُوفَكُمْ، أَوْ لَيُخَـالِفَنَّ اللهُ بَيْنَ وُجُــوهِكُمْ» وفي رواية: «قُلُوبِكُمْ».
“Dulu Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam meluruskan shof-shof kami sehingga seakan beliau meluruskan anak panah (ketika diruncingkan,pen), sampai beliau menganggap kami telah memahaminya. Beliau pernah keluar pada suatu hari, lalu beliau berdiri sampai beliau hampir bertakbir, maka tiba-tiba beliau melihat seseorang yang membusungkan dadanya dari shof. Maka beliau bersabda, “Wahai para hamba Alloh, kalian akan benar-benar akan meluruskan shof kalian atau Alloh akan membuat wajah-wajah kalian berselisih.” Dan dalam riwayat lain: “hati kalian” [HR. Muslim (436) dan riwayat lain tersebut terdapat dalam Shohih Sunan Abi Dawud (668)]
An-Nawawi rohimahulloh dalam syarahnya terhadap hadits ini berkata:
“dan perselisihan dalam hal yang zhohir adalah penyebab terjadinya perselisihan batin.” [al-Minhaj hal. 368]
Ayahku rohimahulloh berkata:
“Hadits ini menunjukkan bahwa perselisihan hal yang zhohir, walaupun hanya sebatas masalah meluruskan shof, merupakan hal yang bisa menyebabkan perselisihan hati. Hal ini menunjukkan bahwa hal yang zhohir memiliki pengaruh terhadap yang batin. Oleh karena itu kami melihat bahwa Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam melarang perpecahan/perselisihan, walaupun hanya sekedar masalah duduk-duduk berkelompok.” [Jilbab al-Mar’ah al-Muslimah hal. 210]
Dan beliau rohimahulloh juga berkata:
“Perkara-perkara yang zhohir memiliki pengaruh yang besar terhadap hati yang tersimpan dan tersembunyi di dalam dada, baik perkara yang zhohir tersebut adalah hal yang baik maupun buruk. Maka kedua jenis ini memiliki pengaruh pada hati. Jika zhohirnya baik maka mempengaruhi hati kepada kebaikan, dan jika buruk maka mempengaruhi hati kepada keburukan. Dan hakikat syar’i ini telah ada sebelum ditemukannya fakta ilmiah psikologi, hal ini dikarenakan Islam telah mendahului seluruh ilmu yang menemukan fakta-fakta dalam waktu yang singkat ataupun lama, yang dahulunya manusia lalai darinya.” Sampai perkataan beliau rohimahulloh: “Memperbaiki perkara yang zhohir merupakan sebab yang syar’i untuk memperbaiki perkara yang batin.” [Silsilatul Huda wan Nur kaset no. 213 menit ke-11]
***
Sumber: Diterjemahkan dari file Presentasi “لباس المرأة المسلمة أمام المرأة المسلمة “ yang disusun oleh Syaikhoh Sukainah bintu Muhammad Nashiruddin al-Albaniyyah hafidzohalloh, Slide 54 – 61.
***
الإيمان والتقوى في القلب، واللباس ما هو إلا ظاهر وقشور، والمهم هو الباطن.
قال عَلَيْهِ الصَّلاةُ وَالسَّلامُ في تتمة حديثِ النُّعمانِ -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ- السابق ذِكره:
«أَلا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ؛ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ؛ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ». “صحيح البخاري” (52).
قال شيخ الإسلام ابن تيمية رَحِمَهُ اللهُ:
“الْقَلْبُ هُوَ الأَصْلُ، فَإِذَا كَانَ فِيهِ مَعْرِفَةٌ وَإِرَادَةٌ؛ سَرَى ذَلِكَ إلَى الْبَدَنِ بِالضَّرُورَةِ، لا يُمْكِنُ أَنْ يَتَخَلَّفَ الْبَدَنُ عَمَّا يُرِيدُهُ الْقَلْبُ، وَلِهَذَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْحَدِيثِ الصَّحِيحِ:
«أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ؛ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ؛ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ»”. ا.ﻫ “الإيمان” ص 235
قال الوالدُ رَحِمَهُ اللهُ بعد ذكره لهذا الحديث الشريف:
”مِنَ العجائبِ الغَيْبِيَّةِ الدقيقة -التي لو لم نُؤتَ بهذا الشرع السَّمْحِ؛ لَمَا عرفناها -؛ أنّ كُلاً مِنَ الظاهِرِ والباطِنِ يَتفاعلان ويَتعاونان، إذا قوِيَ القلبُ؛ صَلحَ الظاهرُ، وإذا صَلح الظاهِرُ؛ ازْداد القلبُ قُوَّةً، وهكذا دَوَالَيْكَ، ولذلك نخرج بنتيجةٍ هامَّةٍ جِدًا، وهي أنَّ على كلِّ مسلمٍ يَهتمُّ بأحكامِ دِينِهِ أن يُعنَى بظاهِرِه كما يُعْنى بباطِنِه، ولا يقول كما تقول الجهَلةُ حينما تأمُرُهُم بالإتيان بما فَرَضَ اللهُ عليهم، كالصلاة مثلاً، فيقول لك: “يا أخي! العبرةُ ليست بالصلاة، العبرة بما في القلب”، لو كان قلبُ هذا سَليمًا؛ لَنَضَحَتْ جوارِحُه بما يُنبي عن صلاح قلبه“. ا.ﻫ “سلسلة الهدى والنور” الشريط (201). أواخر الدقيقة (10)
وقد ذَكَرَ رَحِمَهُ اللهُ تعالى في ”جلباب المرأة المسلمة“ (210- 212) أحاديثَ تدلُّ على تأثيرِ الظاهرِ في الباطن:
1ـ عن جابر بن سمرة قال:
خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَآنَا حِلَقًا، فَقَالَ: «مَا لِي أَرَاكُمْ عِزِينَ؟!».
”صحيح مسلم“ (430).
- ومعنى (عِزين): أي متفرقين جماعة جماعة، وهو بتخفيف الزاي الواحدة، جمع (عِزَة) وهي الحَلْقةُ المجتمعةُ مِن الناس، وأَصْلُها: عِزْوة. “النهاية” (3/ 233).
2ـ عن أبي ثعلبة الْخُشَني قال:
(كان النَّاسُ إذا نَزَلُوا مَنْزِلاً تَفَرَّقُوا فِي الشِّعَابِ وَالأَوْدِيَةِ، فقال رسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
«إنَّ تَفَرُّقَكُمْ فِي هذهِ الشِّعَابِ وَالأَوْدِيَةِ؛ إِنَّمَا ذَلِكُمْ مِنَ الشَّيْطَانِ».
فَلَمْ يَنْزِلْ بَعْدَ ذلك مَنْزِلاً إلاَّ انْضَمَّ بَعْضُهُم إلى بَعْضٍ، حَتَّى يُقال: لو بُسِطَ عَليهِم ثَوْبٌ لَعَمَّهُمْ).
”صحيح سنن أبي داود“ (2363).
3ـ عن النعمان بن بشير رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قال:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسَوِّي صُفُوفَنَا حَتَّى كَأَنَّمَا يُسَوِّي بِهَا الْقِدَاحَ، حَتَّى رَأَى أَنَّا قَدْ عَقَلْنَا عَنْهُ، ثُمَّ خَرَجَ يَوْمًا فَقَامَ حَتَّى كَادَ يُكَبِّرُ، فَرَأَى رَجُلاً بَادِيًا صَدْرُهُ مِنَ الصَّفِّ، فَقَالَ:
«عِبَادَ اللهِ! لَتُسَـوُّنَّ صُفُوفَكُمْ، أَوْ لَيُخَـالِفَنَّ اللهُ بَيْنَ وُجُــوهِكُمْ» وفي رواية: «قُلُوبِكُمْ».
”صحيح مسلم“ (436). والرواية الأخرى في ”صحيح سنن أبي داود“ (668).
قال النووي رَحِمَهُ اللهُ في شرحه لهذا الحديث:
“..واختلافُ الظواهِرِ سَبَبٌ لاختلافِ البَوَاطِنِ”. ا.ﻫ ”المنهاج“ ص368
وقال أبي رَحِمَهُ اللهُ:
“فأشار إلى أنَّ الاختلافَ في الظاهِرِ، ولو في تَسْوِيَةِ الصَّفِّ، مما يوصِل إلى اختلافِ القُلوب، فَدَلَّ على أنَّ الظاهِرَ له تأثـيرٌ في الباطن، ولذلك؛ رأيناه صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْهَى عنِ التَّفَرُّقِ، حتَّى في جلوسِ الجماعة”. ا.ﻫ “جلباب المرأة المسلمة” ص: 210.
وقال رَحِمَهُ اللهُ:
“الأمورُ الظاهرةُ لها أكبرُ تأثيرٍ في القلوبِ الباطنةِ المكنونةِ في الصدور، سواءٌ كانت هذه الأمورُ الظاهرةُ حَسَنةً خَيِّرة، أو كانت باطلةً سيِّئة، فكلٌّ مِنَ النوعَين يؤثِّر في القلبِِ؛ إنْ خيرًا فخير، وإنْ شَرًا فشَرّ. وهذه حقيقةٌ شَرعيّةٌ قَبْلَ أن تُصبحَ حقيقةً عِلميّةً نفسيّةً [تجرُبيّة]، ذلك لأنّ الإسلامَ سَبَقَ كلَّ العلومِ التي قد تَصِلُ معَ الزَّمَنِ القصيرِ أو المدِيدِ إلى حقائقَ كان الناسُ عنها غافلين”. إلى أن قال رَحِمَهُ اللهُ:
“إصلاحُ الظاهرِ سببٌ شَرْعيٌّ لإصلاح الباطِن”. ا.ﻫ “سلسلة الهدى والنور” الشريط: (213). الدقيقة (11).
0 comments:
Post a Comment