Share
div id='fb-root'/>

Tuesday, November 15, 2011

Keutamaan Birrul Walidain (Berbakti Pada Kedua Orang Tua)

Share on :


berbakti kepada orang tua
Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari Kiamat.
Kaum muslimin yang kami muliakan, Nabi Ibrahim ‘alaihis salampernah berdo’a dengan mengucapkan :
رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلاَةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ (40)
رَبَّنَا اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابُ (41)
“Wahai Rabb-ku, jadikanlah aku dan anak cucuku sebagai orang yang tetap mendirikan shalat, wahai Rabb-ku perkenankanlah do’aku. Wahai Rabb kami, berikanlah ampunan untukku dan kedua orang tuaku, dan seluruh orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (yakni hari kiamat).” (QS. Ibrahim: 40-41).
Demikian pula Nabi Nuh ‘alaihis salam pernah berdo’a
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ … (28)
“Wahai Rabb-ku! Ampunilah aku, ibu-bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan…” (QS. Nuh: 28)
Sesungguhnya birrul walidain merupakan sikap menonjol para Nabi dan Rasul ‘alaihimush sholatu was salam. Seluruh Nabi dan Rasul berbakti kepada kedua orang tua mereka. Hal ini menunjukkan bahwa birrul walidain adalah salah satu ajaran yang dibawa oleh seluruh Nabi dan Rasul. Setiap Nabi dan Rasul diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan diperintahkan untuk menyeru kepada umatnya agar beribadah hanya kepada Allah semata, menjauhi segala bentuk ibadah kepada selain Allah, dan mereka juga diperintahkan untuk menyeru umatnya agar mereka berbakti kepada kedua orang tuanya. (Birrul Walidain, Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafizhahullah, hal. 19).
Keutamaan Birrul Walidain
Kaum muslimin yang kami muliakan, birrul walidain adalah salah satu amal yang paling utama, yakni amal yang memiliki keutamaan dan ganjaran yang besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Diriwayatkan dari ‘Abdullah Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Aku bertanya kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam,
أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ تَعَالَى؟ قَالَ: اَلصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا،
قُلْتُ: ثُمَّ أيٌّ؟ قَالَ: بِرُّ الْوَالِدَيْنِ، قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: اَلْجِهَادُ فيِ سَبِيْلِ اللهِ
“Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala? Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalat pada waktunya.” Aku bertanya, “Kemudian apa?” Beliau menjawab: “Berbakti kepada kedua orang tua.” Aku bertanya, “kemudian apa lagi?” Beliau menjawab: “Jihad di jalan jalan Allah.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, II/9 Fat-h dan Muslim, no. 85).
Apabila seorang muslim hendak melakukan berbagai macam amal ketaatan sesuai dengan kemampuannya, maka hendaklah ia mendahulukan amalan-amalan yang paling utama untuk dikerjakan, di antaranya adalah birrul walidain. Hadits yang mulia ini menunjukkan bahwa bakti seorang anak kepada kedua orang tuanya akan menjadi sebab datangnya kecintaan Allah kepadanya. Hadits di atas juga menunjukkan bahwa birrul walidain harus didahulukan dari pada jihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kaum muslimin yang kami muliakan, begitu besarnya jasa kedua orang tua kita sehingga apapun yang kita lakukan untuk berbakti kepada kedua orang tua tidak akan dapat membalas jasa keduanya. (Birrul Walidain, Yazid bin Abdul Qadir Jawas hafizhahullah, hal. 27).
Suatu ketika ‘Abdullah Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma melihat seorang laki-laki sedang mengendong ibunya thowaf mengelilingi ka’bah dan menggendong kemana saja sesuai keinginan ibunya. Orang tersebut bertanya, “Wahai Ibnu ‘Umar, apakah menurut Anda, aku sudah membalas jasa ibuku?” ‘Abdullah Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma  menjawab,
لاَ، وَلاَ بِزَفْرَةٍ وَاحِدَةٍ.
“Belum, sedikit pun engkau belum dapat membalas kebaikan ibumu.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalamal-Adab al-Mufrad, no. 11 dan dinilai shohih oleh Al-Albani dalam Shohiih al-Adab al-Mufrad, no. 9).
Sungguh begitu besar jasa orang tua kepada kita sampai-sampai ridho Allah Subhanahu wa Ta’alatergantung kepada keridhoan mereka. Sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ.
“Ridho Allah tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, no. 2 dan dinilai shohih oleh syaikh Al-Albani dalam Shohiih al-Adab al-Mufrad, no. 2).
Bentuk-Bentuk Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
Kaum muslimin yang kami muliakan, berikut ini adalah sebagian bentuk birrul walidain yang dapat kita lakukan. Semoga Allah memudahkan kita untuk mengamalkannya.
  1. Bergaul bersama kedua orang tua dengan cara yang baik. Sesungguhnya memberikan kegembiraan kepada seorang mukmin adalah shodaqoh. Maka lebih utama lagi kalau memberikan kegembiraan kepada kedua orang tua.
  2. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut.
  3. Tawadhu’ (rendah hati) kepada kedua orang tua.
  4. Memberikan infaq (shodaqoh) kepada kedua orang tua. Jika seorang muslim telah berkecukupan dalam masalah harta, maka hendaklah ia menafkahkannya pertama kali kepada kedua orang tuanya, kemudian barulah kepada yang lainnya. Lihat surat Al-Baqarah: 215
  5. Mendo’akan kebaikan kepada orang tua.
Ketika Orang Tua Sudah Lanjut Usia
Kaum muslimin yang kamu muliakan, sesungguhnya kita diwajibkan berbuat baik kepada kedua orang tua kita. Dan perintah untuk birrul walidain ini lebih ditekankan ketika orang tua kita telah lanjut usia.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوْا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ
وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا (23) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ
وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيْرًا (24)
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepadamu agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut di sisimu, maka janganlah kamu mengatakan kepada keduanya ucapan “ah” dan janganlah kamu membentak keduanya. Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: “Wahai Rabb-ku, sayangilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidikku di waktu kecil.” (QS. Al-Israa’: 23-24).
Imam al-Qurthubi rahimahullah di dalam kitab tafsirnya menjelaskan alasan tentang ditekankannya berbuat baik kepada orang tua yang sudah usia lanjut. Beliau rahimahullah menyebutkan dua alasan, yakni:
  1. Apabila orang tua kita telah lanjut usia, maka keadaan mereka mulai lemah dan semakin lemah. Maka pada saat itu mereka lebih membutuhkan bantuan kita dibandingkan ketika mereka masih kuat dan belum usia lanjut.
  2. Semakin tua usia orang tua, maka semakin lama seorang anak menemani dan mengurusi kebutuhan mereka. Hal ini terkadang menyebabkan anak merasa bosan dan berat, sehingga dikhawatirkan akan berkurang sikap baik mereka kepada orang tuanya. Karena sudah bosan dan merasa berat, maka keluarlah perkataan, “ah..!” atau membentak, atau mengucapkan, “Orang tua ini menyusahkan sekali..” atau dengan ucapan lainnya. Apalagi ketika orang tuanya sudah mulai pikun, tentu akan membuat anak mudah marah atau benci kepadanya. Oleh karena itu, Allah Ta’alaberwasiat agar manusia selalu berbuat baik kepada orang tuanya, terutama ketika mereka berusia lanjut. (Disarikan dari Tafsiir al-Qurthubi, V/158).

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More