Landasan Ketiga: Mengenal Agama Islam
Setelah membahas tentang pengenalan seorang hamba kepada Rabbnya dan kepada Nabinya, kini kami mengawali pembahasan selanjutnya, yaitu pengenalan seorang hamba atas agama Islam beserta dalil-dalilnya. Termasuk hal yang sangat penting bagi seseorang untuk beragama sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah agar seorang hamba benar-benar mendapatkan cahaya dan petunjuk serta penerang dari agamanya.
Memahami Islam dengan segala konsekuensinya
Agama Islam adalah agama yang dengannya Allah mengutus Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. Dia menjadikan Islam sebagai agama terakhir, yang telah Dia sempurnakan untuk para hamba-Nya sekalian dan sebagai penyempurna nikmat-Nya kepada hamba. Hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“…Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu dan telah Aku cukupkan untukmu nikmat-Ku dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu…” (QS. Al-Ma’idah: 3)
Dalam surat yang lain Allah ta’ala juga berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
“Sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam” (QS. Ali ‘Imran: 19)
Syaikh Muhammad At-Tamimi rahimahullah mendefinisikan Islam sebagai penyerahan diri, yaitu perasaan hina dan tunduk hanya kepada Allah ta’ala semata dengan mengesakannya secara penuh, yaitu menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan ibadah.
Akan tetapi patuh kepada Allah dengan ketaatan tidaklah cukup sekedar menyerahkan diri dan tunduk saja, tetapi harus disertai pula dengan kepatuhan kepada semua perintah Allah ta’ala dan Rasulnya shallallahu ‘alaihi wasallam dan menjauhi segala bentuk larangan, sebagai wujud ketaatan kepada Allah dan dalam rangka mencari keridhaan-Nya, mengejar apa yang ada di sisi-Nya, dan takut akan azab-Nya.
Berkaitan dengan Islam itu sendiri, terdapat hadits dari sahabat Umar bin Khattabradhiyallahu ‘anhu bahwasanya Jibril ‘alaihissalam bertanya tentang Islam, maka Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam menjawabnya,
الإسلام أن تشهد أن لا اله إلا الله وأن محمدا رسول الله، وتقيم الصلاة، وتؤتي الزكاة، وتصوم رمضان، وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا
“…Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, manunaikan zakat, mengerjakan hai ke Baitullah jika engkau mampu melakukan perjalanan menuju ke sana…” (HR. Muslim)
Agama Islam berdiri di atas tiga landasan:
- Tunduk kepada Allah dengan cara mentauhidkan-Nya.
- Patuh kepada Allah dengan mentaatinya.
- Berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya.
Agama Islam juga terdiri dari tiga tingkatan, yaitu islam, iman, dan ihsan, di mana masing-masing tingkatan ini memiliki rukun-rukun tersendiri. Akan tetapi penulis hanya menyebutkan rukun-rukunnya tanpa memberikan penjelasan untuk masing-masing rukun tersebut secara rinci.
Pertama: Rukun Islam yaitu bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan haji ke Baitullah.
Kedua: Iman. Yaitu pembenaran yang kuat terhadap semua perintah-perintah Allah ta’aladan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang disertai dengan ikrar lisan dan amal perbuatan, yang merupakan wujud dari Islam. Iman memiliki lebih dari tujuh puluh cabang. Yang tertinggi adalah ucapan laa ilaaha illallah dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.
Rukun iman ada enam perkara, yaitu: beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta takdir Allah yang baik maupun yang buruk.
Ketiga: Ihsan. Rukun ihsan hanya ada satu, yaitu engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Namun jika engkau tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu.
Penutup
Demikianlah sedikit pembahasan tentang pengenalan seorang hamba kepada Rabbnya, nabinya, dan agamanya. Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah Ta’ala atas segala kemudahan yang telah Dia berikan hingga risalah ini bisa terselesaikan.
Sesungguhnya tidak ada yang sempurna kecuali Allah. Begitupun tulisan ini. Untuk itu, jika ditemukan banyak sekali kesalahan di dalamnya, maka hal itu muncul karena kebodohan penulis dan karena godaan setan yang terkutuk. Adapun yang baik maka semua itu datangnya dari Allah ‘azza wa jalla semata.
Risalah ini secara khusus adalah nasihat untuk diri pribadi penulis agar lebih bersemangat untuk mempelajari dan mendalami hal-hal yang berkaitan dengan tiga landasan yang telah dibahas sebelumnya. Semoga risalah ini pun bisa bermanfaat untuk yang membacanya.
Betapa indahnya do’a Nabi shallallahu’alaihi wasallam:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
“Wahat Dzat yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu. Wahat Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami untuk selalu taat kepada-Mu.”
Semoga Allah ‘Azza wa Jalla menetapkan hati kita di atas agama-Nya dan kita dianugerahi nikmat menjadi hamba yang bisa mengenal-Nya, mengenal Nabi-Nya dan agama-Nya. Shalawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada Nabi Muhammad, keluarganya, para sahabat, serta mereka yang istiqamah di atas sunnah beliau hingga akhir zaman.Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin.
Daftar Pustaka
- Hushulul Ma’mul Bi Syarhi Tsalatsatil Ushuul, Syaikh Abdullah bin Shalih Al-Fauzan, Maktabah Ar-Rusydi, thn. 1430 H.
- Mutiara Faidah Kitab At-Tauhid Syaikh At-Tamimi, Al-Ustadz Abu Isa Abdullah bin Salam, Pustaka Muslim, thn. 1428 H.
- Syarh Al-Ushul Tsalatsah, Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan, Daarul Imam Ahmad, thn. 1427 H.
- Syarh Tsalatsatil Ushul, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Daar Ats-Tsurayya, thn. 1426 H.
- Tanbiihaat Al-Mukhtasharah Syarh Al-Wajibaat Al-Mutahattimaat Al-Ma’rifah ‘alaa Kulli Muslim wa Muslimah, Syaikh Ibrahim bin Asy-Syaikh Shalih bin Ahmad Al-Khuraishi, Daar Ash-Shuma’i, thn. 1468 H.
0 comments:
Post a Comment