Share
div id='fb-root'/>

Monday, December 19, 2011

Hukum Sholat di Belakang Ahlul Bid’ah

Share on :


Masjid 79
Ahlus Sunnah menetapkan sholat berjama’ah di belakang imam, baik yang sholih maupun yang fasik dari kaum Muslimin adalah sah. Dan mensholatkan siapa saja yang meninggal di antara mereka. (LihatSyarhul ‘Aqiidah ath-Thohaawiyyah, hal. 529, takhrij dal ta’liq Syu’aib al-Arnauth dan ‘Abdullah bin ‘Abdul Muhsin at-Turki)
Dalam Shohiih al-Bukhori disebutkan bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar pernah sholat dengan bermakmum kepada al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqofi. Padahal al-Hajjaj adalah orang yang fasik dan bengis. (Shohiih al-Bukhori, no. 1660, 1662 dan 1663)
Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqofi adalah seorang amir yang zholim. Dia menjadi amir di Irak selama 20 tahun. Dia banyak membunuh kaum Muslimin dan diantara yang dibunuh adalah ‘Abdullah bin Zubair bin ‘Awwam di Mekah. Hajjaj wafat tahun 95 H. (Taqriibut Tahdziib, I/190, no. 144 dan Tahdziibut Tahdziib, II/184-186, oleh al-Hafidz Ibnu Hajar al-‘Asqolani).
‘Abdullah bin ‘Umar adalah seorang sahabat yang sangat hati-hati dalam menjaga dan mengikuti Sunnah Nabi, sedangkan al-Hajjaj bin Yusuf adalah orang yang terkenal paling fasik. Demikian juga yang pernah dilakukan Sahabat Anas bin Malik yang bermakmum kepada al-Hajjaj bin Yusuf. Begitu juga yang pernah dilakukan oleh beberapa Sahabat radhiyallahu ‘anhum, yaitu sholat di belakang al-Walid bin Abi Mut’ah. (Lihat Shohiih Muslim, no. 1707)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

يُصَلُّوْنَ بِكُمْ فَإِنْ أَصَابُوْا فَلَكُمْ وَلَهُمْ وَإِنْ أَخْطَئُوْا فَلَكُمْ وَعَلَيْهِمْ

“Mereka sholat mengimami kalian. Apabila mereka benar, kalian dan mereka mendapatkan pahala. Apabila mereka keliru, kalian mendapat pahala sedangkan mereka mendapat dosa.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shohiih-nya, no. 694 dan Ahmad, III/355, 537, dari Abu Hurairahradhiyallahu ‘anhu.
Al-Hasan al-Bashri rahimahullah (wafat th. 110 H) pernah ditanya tentang boleh atau tidaknya sholat di belakang ahlul bid’ah, beliau menjawab: “Sholat di belakangnya dan ia yang menanggung dosa bid’ahnya.” Al-Bukhari rahimahullah memberikan bab tentang perkataan Hasan al-Bashri dalam Shohiih-nya pada babImamatul Maftuun wal Mubtadi’ dalam Kitaabul Aadzaan).
Para ulama telah sepakat bahwasanya seseorang boleh sholat bermakmum kepada orang yang tidak dia ketahui bahwa ia memiliki kebid’ahan atau kefasikan. Ahli bid’ah maupun pelaku maksiat, pada asalnya sholatnya sah. Apabila seseorang sholat bermakmum kepadanya, sholatnya tidak menjadi batal. Namun ada ulama yang menganggapnya makruh, karena amar ma’ruf nahi mungkar itu wajib hukumnya. Di antaranya bahwa orang yang menampakkan kebid’ahan dan kefasikannya, jangan sampai ia menjadi imam (rawatib) bagi kaum Muslimin.
An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Sholat di belakang orang yang fasik dan pemimpin yang zhalim, sah sholatnya. Sahabat-sahabat kami (para ulama Syafi’iyah) telah berkata, ‘Sholat di belakang orang fasik itu sah, tidak haram akan tetapi makruh. Demikan juga dimakruhkan sholat di belakang ahli bid’ah yang bid’ahnya tidak sampai kepada tingkat kufur (bid’ahnya tidak menjadikan ia keluar dari islam). Tetapi bila bid’ahnya adalah bid’ah yang menyebabkan ia keluar dari islam, maka sholat di belakangnya tidak sah, sebagaimana sholat di belakang orang kafir.
Dan Imam as-Syafi’i rahimahullah menyebutkan dalam al-Muktashar bahwa makruh hukumnya sholat di belakang orang fasik dan ahli bid’ah. Namun jika dikerjakan juga, maka sholatnya tetap sah, dan inilah pendapat jumhur ulama.” (Diringkas dari al-Majmuu’ Syarhul Muhadzdzab, IV/253, oleh an-Nawawirahimahullah)
Mensholatkan seseorang Muslim yang meninggal dunia hukumnya fardhu kifayah, tetapi apabila seorang muslim tersebut adalah alul bid’ah dan pelaku maksiat, maka para ulama berbeda pandapat tentang hal ini. Menurut pandapat jumhur ulama, dia boleh disholatkan. Dalam hal ini dikecualikan pemberontak, perampok, munafiq, dan orang yang mati bunuh diri, sebagai pelajaran bagi yang lainnya. Adapun orang munafiq, tidak boleh disholatkan dengan dasar firman Allah Ta’ala:

وَلاَ تُصَلِّ عَلَى أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَدًا
وَلاَ تَقُمْ عَلَى قَبْرِهِ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ وَمَاتُوْا وَهُمْ فَاسِقُوْنَ (84)

“Dan janganlah engkau (Muhammad) melaksanakan sholat untuk seseorang yang mati di antara mereka (orang-orang munafiq), dan janganlah engkau berdiri (mendo’akan) di atas kuburnya. Sesungguhnya mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.” (QS. At-Taubah: 84)
Sumber : Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, karya Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas, edisi ke-8, penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i, hal. 537 – 539.

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More