Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari Kiamat.
Beberapa hari yang lalu ada yang bertanya kepada kami, “Apakah sholat Awwabin yang dilakukan sebanyak 6 sampai dengan 20 rokaat antara Maghrib dan Isya’ ada tuntunannya?”
Persoalan tentang masalah ini pernah dibahas di Majalah al-Furqon beberapa tahun yang lalu. Kami tulis dan kami sampaikan disini dengan harapan semoga bisa memberi manfaat bagi yang pembaca sekalian.
Selamat membaca…
Benarkah Penamaan Sholat Sunnah Antara Maghrib dan Isya Dengan Sholat Awwabin?
Penamaan sholat antara Maghrib dan Isya dengan sholat Awwabin adalah panamaan yang keliru. Yang benar, istilah asholat Awwabin adalah untuk sholat dhuha. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
صَلاَةُ الأَوَّابِيْنَ حِيْنَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ
“Sholatnya orang-orang Awwabin (yang sering bertaubat kepada Allah) adalah ketika anak unta merasa kepanasan.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 848)
Demikian pula sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لاَ يُحَافِظُ عَلَى صَلاَةِ الضُّحَى إِلاَّ أَوَّابٌ، قَالَ: وَهِيَ صَلاَةُ الأَوَّابِيْنَ
“Tidak ada yang menjaga sholat Dhuha kecuali orang awwab (sering bertaubat). Rasulullah bersabda: “Itu adalah sholatnya orang-orang yang sering bertaubat.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam Shahih-nya, no. 1224; Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 1/313; Ath-Thabarani dalam Al-Ausath, no. 4322. Hadits ini dishohihkan oleh Al-Hakim dan disepakati Adz-Dzahabi. Dan dihasankan Al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah, no. 707).
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah berkata dalam Shohiih at-Targhiib wat-Tarhib, 1/423: “Dalam hadits ini terdapat bantahan bagi orang yang menamakan sholat enam rokaat setelah maghrib dengan istilah “sholat Awwabin” karena penamaan ini tidak ada asalnya”.
Adakah Sholat Antara Maghrib dan Isya’?
Sholat sunnah antara maghrib dan isya’ secara mutlak tanpa batasan jumlah rokaat tertentu adalah sunnah berdasarkan beberapa dalil berikut:
Dalil pertama:
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: … فَجِئْتُهُ فَصَلَّيْتُ مَعَهُ الْمَغْرِبَ فَلَمَّا قَضَى الصَّلاَةَ قَامَ يُصَلِّي
فَلَمْ يَزَلْ يُصَلِّي حَتَّى صَلَّى الْعِشَاءَ ثُمَّ خَرَجَ
“Diriwayatkan dari Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “… Saya pernah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sholat Maghrib bersama beliau. Tatkala selesai sholat, beliau terus menjalankan sholat hingga isya’ kemudian keluar.” (Shohih. Diriwayatkan Ibnu Khuzaimah dalam Shohih-nya, no. 1194; at-Tirmidzi, no. 3781; Nasa’i dalam Sunan Kubra sebagaimana dalam Tuhfatul Asyraf, 3/31 dan Ahmad, 5/404. Al-Mundziri berkata: “Sanadnya Jayyid” dan dishohihkan Al-Albani dalam Shohiih Targhib wa Tarhib, 1/382).
Ibnu Khuzaimah rahimahullah membuat bab hadits ini: “Keutamaan sholat sunnah antara Maghrib dan isya’”
Imam Al-Mundziri rahimahullah juga membuat bab: “Anjuran sholat antara maghrib dan isya”.
Dalil kedua:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ -رضي الله عنه- عَنْ هَذِهِ الآيَةَ:
(تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ)
نَزَلَتْ فِي انْتِظَارِ الصَّلاَةِ الَّتِي تُدْعَى الْعَتَمَةَ
Dari Anas bin Malik tentang ayat: “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya.” (QS. ٍَAs-Sajdah: 16)diturunkan dalam masalah menunggu sholat isya’. (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 3412 dan beliau berkata: “Hadits ini hasan shohih gharib”.
Dan diriwayatkan pula oleh Abu Dawud, no. 1321 dengan lafadz:
كَانُوْا يَتَيَقَّظُوْنَ مَا بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ يُصَلُّوْنَ
“Mereka (para sahabat) melakukan sholat sunnah antara maghrib dan isya’.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata dalam Tafsirnya, 3/505 ketika menafsirkan ayat di atas: “Dan dari Anas, Ikrimah, Muhammad bin Mukandar, Abu Hazim dan Qotadah (mereka menafsirkan) yaitu sholat antara maghrib dengan isya’. Dan dari Anas pula, dia menafsirkan dengan menunggu sholat isya’ sebagaimana diriwayatkan Ibnu Jarir dengan sanad Jayyid.”
Dalil kedua:
عَنْ أَنَسٍ –رضي الله عنه- فِيْ قَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ :
( كَانُوْا قَلِيْلاً مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُوْنَ)
قَالَ: كَانُوْا يُصَلُّوْنَ فِيْمَا بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, tentang firman Allah ‘Azza wa Jalla: “Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.” Anas mengatakan, “Mereka (para sahabat) melakukan sholat antara Maghrib dan Isya’.
Dalil-dalil di atas menunjukkan disyari’atkannya memperbanyak sholat antara Maghrib dan Isya’.
Jumlah Bilangan Rokaat Dalam sholat sunnah antara Maghrib dan Isya’
Perlu diketahui bahwa tidak ada satu hadits pun yang menerangkan bilangan rokaat tertentu serta keutamaanya, semuanya berderajat sangat lemah sekali seperti hadits:
مَنْ صَلَّى بَعْدَ الْمَغْرِبِ سِتَّ رَكَعَاتٍ لَمْ يَتَكَلَّمْ فِيْمَا بَيْنَهُنَّ بِسُوْءٍ،
عُدِلْنَ لَهُ بِعِبَادَةِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ سَنَةً
“Barangsiapa sholat setelah maghrib sebanyak enam rokaat, dia tidak berbicara kejelekan antara keduanya, maka disebandingkan baginya ibadah dua belas tahun.”
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani berkata: “Ketahuilah bahwa seluruh hadits yang menjelaskan tentang jumlah rokaat tertentu dalam sholat antara Maghrib dan Isya’ adalah tidak shohih, sebagiannya lebih parah daripada sebagian lainnya. Hanya saja sholat pada waktu tersebut telah shohih dari perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa ada penentuan jumlah rokaat tertentu. Adapun dari ucapan Nabi maka setiap riwayatnya sangat parah sekali, tidak boleh beramal dengannya.” (Silsilah Ahadits Adh-Dha’ifah, 1/681. Lihat pula Dho’if Targhiib wa Tarhiib, 1/171-172)
Kesimpulan:
- Istilah sholat Awwabin bukan untuk sholat antara maghrib dan isya’, tetapi untuk sholat dhuha.
- Sholat sunnah antara Maghrib dan Isya’ hukumnya sunnah berdasarkan perbuatan Nabi dan sahabat.
- Hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan dan bilangan rokaat tertentu dalam sholat antara Maghrib dan Isya’ tidak ada yang shohih.
Sumber: Majalah Al-Furqan, th III edisi ke-7 / Shofar 1425.
Nas alullaaha wal 'aafiyah.
0 comments:
Post a Comment