Oleh: Wira Mandiri Bachrun
Saudara-saudaraku kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah, setelah pekan yang lalu kita membahas pembagian tauhid, maka untuk lebih menguatkan pemahaman kita tentang tauhid, perkara yang akan kita bahas kali ini adalah hubungan antara ayat-ayat Al Qur’an dan tauhid.
Ketahuilah saudaraku, bahwa seluruh ayat Al Qur’an berbicara tentang tauhid. Al Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah menjelaskan di dalam kitab beliau Madarijus Salikin,
“Seluruh surat di dalam Al Qur’an terkandung padanya tauhid yang mempersaksikan dan yang selalu menyeru kepadanya. Karena Al Qur’an isinya kalau bukan pemberitaan tentang Allah, nama-nama, sifat-sifat serta perbuatan-Nya dan ini adalah tauhid al ilmi wal khabari (ilmu dan pemberitaan), maka isinya adalah dakwah kepada peribadahan untuk Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya dan meninggalkan semua yang disembah selain Allah dan ini adalah tauhid al iradiy wath-thalabiy (kehendak dan tuntutan).
Selain itu isi Al Qur’an kalau bukan perintah, larangan dan kewajiban untuk mentaati Allah dalam larangan dan perintahnya dan ini adalah hak-hak tauhid dan penyempurnanya, maka isinya adalah pemberitaan tentang karamah Allah terhadap orang-orang yang bertauhid dan taat kepada-Nya, dan apa-apa yang tentukan baginya di dunia dan perkara-perkara apa yang menyebabkan mereka menjadi mulia di akhirat dan ini adalah balasan mentauhidkan Allah.
Al Qur’an juga mengandung pemberitaan tentang pelaku kesyirikan dan apa-apa yang Allah tentukan baginya di dunia serta berbagai balasan di dunia yang menyengsarakan mereka, dan apa saja yang akan menimpa mereka kelak dari berbagai azab, ini merupakan pemberitaan tentang orang yang keluar dari ketentuan hukum tauhid. Maka seluruh Al Qur’an mengandung perkara tauhid, hak-haknya dan balasan-balasannya. Begitu juga perkara syirik, pelakunya, serta balasan untuk mereka.”
(Sekian penukilan dari Ibnul Qayyim).
Kalau boleh kita simpulkan dari ucapan beliau, seluruh ayat Al Qur’an isinya akan kembali kepada perkara-perkara sebagai berikut:
1. Pemberitaan tentang Allah, nama-nama, sifat-sifat serta perbuatan-Nya.
2. Seruan untuk mentauhidkan Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya dan meninggalkan semua yang disembah selain Allah.
3. Konsekuensi tauhid dan penyempurnanya berupa perintah dan larangan dari Allah ta’ala
4. Pemberitaan tentang karamah Allah yang diberikan kepada orang-orang yang bertauhid dan taat kepada-Nya
5. Balasan baik di dunia dan di akhirat bagi orang-orang yang mentauhidkan Allah dan menaatinya.
6. Pemberitaan tentang pelaku kesyirikan
7. Balasan baik di dunia maupun di akhirat bagi orang-orang yang melakukan kesyirikan
2. Seruan untuk mentauhidkan Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya dan meninggalkan semua yang disembah selain Allah.
3. Konsekuensi tauhid dan penyempurnanya berupa perintah dan larangan dari Allah ta’ala
4. Pemberitaan tentang karamah Allah yang diberikan kepada orang-orang yang bertauhid dan taat kepada-Nya
5. Balasan baik di dunia dan di akhirat bagi orang-orang yang mentauhidkan Allah dan menaatinya.
6. Pemberitaan tentang pelaku kesyirikan
7. Balasan baik di dunia maupun di akhirat bagi orang-orang yang melakukan kesyirikan
Sebagai contoh, mari kita perhatikan surat Al Fatihah yang kita baca setiap hari. Allah ta’ala berfirman,
Di dalam ayat:
الْØَÙ…ْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَÙ…ِينَ
(Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam) terkandung tauhid.
(Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam) terkandung tauhid.
الرَّØْÙ…َÙ†ِ الرَّØِيمِ
(Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) terkandung tauhid.
(Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) terkandung tauhid.
Ù…َالِÙƒِ ÙŠَÙˆْÙ…ِ الدِّينِ
(Yang menguasai hari pembalasan) padanya terkandung tauhid.
(Yang menguasai hari pembalasan) padanya terkandung tauhid.
Ø¥ِÙŠَّاكَ Ù†َعْبُدُ ÙˆَØ¥ِÙŠَّاكَ Ù†َسْتَعِينُ
(Hanya kepada Engkaulah kami menyembah) merupakan tauhid.
(Hanya kepada Engkaulah kami menyembah) merupakan tauhid.
اهْدِÙ†َا الصِّرَاطَ الْÙ…ُسْتَÙ‚ِيمَ
(Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan) adalah tauhid.
(Hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan) adalah tauhid.
صِرَاطَ الَّØ°ِينَ Ø£َÙ†ْعَÙ…ْتَ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِÙ…ْ
(Tunjukilah kami jalan yang lurus) merupakan tauhid yang berkaitan dengan permintaan petunjuk kepada jalannya para pengikut tauhid yang diberi nikmat oleh Allah.
(Tunjukilah kami jalan yang lurus) merupakan tauhid yang berkaitan dengan permintaan petunjuk kepada jalannya para pengikut tauhid yang diberi nikmat oleh Allah.
غَÙŠْرِ الْÙ…َغْضُوبِ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِÙ…ْ Ùˆَلاَ الضَّالِّينَ
(Bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat). Yaitu orang-orang yang meninggalkan tauhid.
(Bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat). Yaitu orang-orang yang meninggalkan tauhid.
Ini hanya sebagai contoh. Bila Anda buka Al Qur’an dan mencermati satu-persatu ayatnya, pastilah akan Anda dapati bahwa seluruh ayat Al Qur’an berbicara tentang permasalahan tauhid.
Sebagai penutup pembahasan ini, kita akan nukilkan ucapan indah dari Al Imam Asy Syaukani dalam kitab beliau “Irsyaduts-Tsiqat ila Ittifaqisy-syara’i’ ‘ala Tauhid wal-Miad wan-nubuwaat”,
“Jika seseorang mengambil mushaf yang mulia kemudian berhenti di bagian yang dia inginkan, atau tempat yang dia suka, atau posisi mana pun yang dia kehendaki, niscaya dia akan menemukan perkara tauhid dalam keadaan terbentang luas di dalam Al Quran, dari pembukaan sampai akhirnya”.
Sekian pembahasan kita pekan ini, insya Allah pekan depan kita akan lanjutkan artikel berseri ini dengan tema “Keutamaan Tauhid”, biidznillahi ta’ala.
Wabillahit taufiq.
Wira Mandiri Bachrun, disempurnakan di Jogjakarta, malam Kamis 27 Shafar 1431 – bertepatan dengan 10 Februari 2010
Referensi:
- Al Mukhatsahr Mufid fi Bayani Dala’ili Aqsamit Tauhid, Prof. DR. Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al Abbad, Ghiras Lin Nasyr wat Tauzi’, KSA 1423H/2002 M.
- Al Mukhatsahr Mufid fi Bayani Dala’ili Aqsamit Tauhid, Prof. DR. Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al Abbad, Ghiras Lin Nasyr wat Tauzi’, KSA 1423H/2002 M.
0 comments:
Post a Comment