Share
div id='fb-root'/>

Tuesday, November 15, 2011

Agar Hati Tetap Bening

Share on :


bening hati
Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari Kiamat.
Kaum muslimin yang kami muliakan, ketahuilah… Sesuatu yang paling berharga pada diri manusia adalah hatinya. Hatilah yang bisa mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hati pulalah yang menjadi pendorong amal dan usaha. Sementara anggota tubuh hanyalah melayani dan mengikutinya, laksana pelayan terhadap rajanya. Semua bekerja atas perintahnya. Karena perintah hatilah, seseorang hamba senantiasa istiqomah di atas ketaatan dan karena hatilah, seseorang melakukan penyimpangan.  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ
وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah, di dalam tubuh ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baik pulalah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 52 dan Muslim, no. 1599).
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Hati ibarat seorang raja dan anggota badan ibarat prajuritnya. Apabila rajanya baik maka baik pula seluruh prajuritnya. Dan apabila raja rusak, maka rusak pula seluruh prajuritnya.” (Majmu’ Fatawa, X/15)
Maka, memperhatikan dan meluruskan hati merupakan perkara yang paling utama bagi orang-orang yang menempuh jalan menuju Allah Subhanahu wa Ta’ala. Demikian pula, dengan mengkaji penyakit-penyakit hati dan belajar bagaimana cara mengobatinya, merupakan bentuk ibadah yang paling  utama bagi ahli ibadah.
Kaum muslimin yang kami muliakan, hati manusia bisa hidup dan bisa mati, bisa sakit dan bisa sehat sebagaimana halnya badan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang orang-orang munafik:
فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللهُ مَرَضًا … (10)
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya.” (QS. Al-Baqarah: 10).
Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa hati manusia dapat terkena penyakit dan penyakit yang dideritanya bisa bertambah. Bahkan hati bisa mati karena penyakit yang dideritanya. Setiap kemaksiatan yang dilakukan oleh anak Adam adalah racun sekaligus penyakit yang dapat merusak kesucian hatinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya seorang hamba apabila melakukan suatu dosa, maka akan muncul di hatinya satu bintik hitam. Jika ia menyesal, beristighfar dan bertaubat, maka hatinya menjadi cemerlang. Jika ia mengulanginya lagi, maka titik hitam yang ada dalam hatinya bertambah hingga menutupi hatinya. Itulah Ar-Raan yang disebutkan oleh Allah Ta’ala:
كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوْبِهِمْ مَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ (14)
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.”(QS. Al-Muthaffifiin: 14).” (Diriwayatkan oleh Ahmad II/297, at-Tirmidzi, no. 3334, an-Nasaa’i, Ibnu Majah, no. 4244, dan al-Hakim, II/517. Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Shohiihul Jamii’, no. 1670 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Pentingnya Menjaga Hati
Kaum muslimin yang kami muliakan, sesungguhnya kekuatan seorang mukmin terletak di dalam hatinya. Apabila hati itu sehat dan kuat, akan terpancar padanya kekuatan untuk melakukan berbagai amal shalih. Jika hati itu lemah, maka akan lemah pula kekuatannya untuk beramal shalih.
Sungguh indah ucapan Syumaith rahimahullah, “Sesungguhnya Allah meletakkan kekuatan seorang mukmin di dalam hatinya, bukan pada anggota tubuhnya. Tidakkah engkau melihat orang tua yang sudah lemas, masih berpuasa di siang hari yang panas dan bangun di malam hari (untuk sholat malam)? Padahal orang yang masih muda tidak sanggup melakukannya.” (Hilyatul Auliya’, III/130)
Seorang hamba yang mengharapkan keridhoan Rabb-nya dan kebahagiaan abadi di hari Akhir hendaknya benar-benar memberi perhatian khusus pada usaha penyucian hatinya. Keselamatan dan kesengsaraan seorang hamba, keberhasilan atau kegagalannya, bahkan masuknya ke dalam Surga atau Neraka, berkaitan erat dengan baik atau buruknya hati, yakni sehat atau sakitnya hati. Allah Subhanahu wa Ta’alaberfirman:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10)
“Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan hati itu, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.”(QS. Asy-Syams: 9 – 10).
Macam-Macam Hati
Hati manusia terbagi menjadi tiga. Qolbun Shohih (hati yang sehat), Qolbun Mayyit (hati yang mati), dan Qolbun Maridh (hati yang sakit)
1. Qolbun Shohih (hati yang sehat atau hati yang selamat)
Qolbun Shohih adalah hati yang akan membawa keselamatan pada hari Kiamat saat berjumpa dengan Allah Ta’ala. Barangsiapa pada hari kiamat kelak menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan membawa hati yang sehat ini maka ia akan beruntung. Dan barang siapa tidak membawa hati ini, dia akan celaka. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
يَوْمَ لاَ يَنْفَعُ مَالٌ وَلاَ بَنُوْنَ (88) إِلاَّ مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ (89)
“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.” (QS. Asy-Syu’ara: 88)
Hati yang selamat adalah hati yang terbebas dari syahwat dan keinginan-keinginan yang menentang perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hati ini memurnikan pengabdiannya hanya kepada Allah semata. Bahkan seluruh aktivitasnya hanya untuk Allah semata. Dia mencintai dan membenci karena Allah. Dia mencintai keimanan karena Allah, dia mencintai amal shalih karena Allah, bersedekah karena Allah, berbakti kepada orang tua karena Allah, bekerja karena Allah, mengajarkan kebaikan karena Allah, dan seluruh aktivitas kebaikannya ia niatkan karena ketaatannya kepada Allah.
Demikian pula ia membenci kemungkaran karena Allah, menghindari minuman keras karena Allah, melarang perjudian karena Allah, dan dia membenci seluruh keharaman adalah karena Allah.
Apabila hati itu sehat, maka ia akan merasakan kenikmatan dalam setiap amal shalih yang ia lakukan. Inilah tanda sehatnya hati. Hati yang sehat dan hidup ini apabila disodori perkara kebatilan atau perkara-perkara yang buruk maka nalurinya akan condong menjauhinya dan membencinya, serta tidak mau memperhatikannya.
2. Qolbun Mayyit (Hati yang mati)
Qalbun Mayyit (Hati yang mati) adalah kebalikan dari hati yang sehat, yakni hati yang tidak mengenal Rabb-Nya, tidak mencintai atau ridho kepada-Nya. Hati ini selalu berjalan bersama-sama dengan syahwatnya dan menuruti keinginan hawa nafsunya, walaupun hal ini menjadikan Allah marah dan murka akan perbuatannya. Ia tidak lagi peduli apakah Allah ridho dan murka terhadap apa yang dikerjakannya. Baginya, yang penting adalah memenuhi keinginan hawa nafsu. Hati ini telah mengabdikan dirinya kepada selain Allah.
3. Qolbun Maridh (Hati yang sakit)
Qolbun Maridh (Hati yang sakit) adalah hati yang sebenarnya memiliki kehidupan, namun di dalamnya tersimpan benih-benih penyakit. Dalam hati ini terdapat kecintaan kepada amal kebaikan, keimanan, keikhlasan dan tawakkal kepada Allah Ta’ala, yang  semua itu akan menjadi sumber kehidupan baginya. Namun di sana tidak juga lepas dari kecintaan kepada syahwat, hasad, meremehkan orang lain, cinta popularitas, dan sifat ujub yang merupakan sumber bencana dan kehancuran baginya.
Hati yang sedang dicekam sakit ini akan mudah menjadi parah apabila tidak diobati. Apabila hati menjadi lemah karena penyakit yang diidapnya, maka syaithon pun mudah merasuk ke dalamnya lalu menimbulkan berbagai macam penyakit di dalam hati tersebut.
Demikianlah tiga kondisi hati manusia. Hati yang pertama adalah hati yang hidup, khusyu’, tawadhu’, lembut dan selalu terjaga. Hati yang kedua adalah hati yang gersang dan mati. Sedangkan hati yang ketiga adalah hati yang kadang-kadang dekat dengan keselamatan dan kadang-kadang dekat dengan kebinasaan.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan keselamatan bagi kita semua. Amin.
Sumber: Buletin at-Taubah edisi 08
Nas alullaaha wal 'aafiyah.

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More