Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari Kiamat.
Kaum muslimin yang kami muliakan, mungkin kita pernah mendengar kisah dua orang tetangga dekat bisa saling bunuh. Penyebabnya adalah yang satu buka toko dan lainnya pun ikut-ikutan. Akibatnya, yang satu merasa tersaingi. Awalnya rasa tidak senang dipendam dalam hati. Namun, semakin lama semakin panas. Terlebih lagi ketika melihat toko saudaranya lebih ramai pembelinya. Ketika rasa tidak senang mulai memuncak, hubungan sesama tetangga pun tidak lagi dipandang, dan akhirnya berujung pada pertikaian yang berakibat hilangnya nyawa. Sikap seperti ini pun mungkin pernah terjadi pada kita, hanya saja tidak seburuk cerita di atas.
Perasaan tidak senang dengan kenikmatan yang Allah berikan pada orang lain, inilah yang disebut dengan hasad (dengki). Sebagaimana kisah di atas, sikap hasad ini biasanya muncul pada orang yang memiliki usaha yang sama dan jarang terjadi pada orang yang usahanya berbeda. Itulah yang biasa terjadi. Jarang tukang bakso hasad pada tukang becak. Tukang bakso tentunya akan hasad pada tukang bakso sebelah, pegawai kantor dengan teman sekantornya, guru dengan guru, bahkan ahli ibadah hasad dengan ahli ibadah yang lainnya.
Pengertian Hasad
Ulama kita berbeda-beda dalam mendefinisikan hasad. Intinya, hasad adalah merasa tidak suka dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain. (Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyyah rahimahullah, 10/111)
An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Hasad adalah menginginkan hilangnya nikmat dari yang memperolehnya, baik itu nikmat dalam perkara agama ataupun dalam perkara dunia.” (Riyadhush Shalihin, Bab: Tahrimil Hasad)
Jadi, walaupun sekedar benci orang lain mendapatkan nikmat, maka sudah dinamakan hasad. Hasad ini adalah sikap tercela. Dan tentunya lebih tercela lagi jika menginginkan hilangnya nikmat dari yang mendapatkannya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita darinya.
Hasad Bisa Terjadi Pada Orang Beriman
Masih ingatkah kita tentang kisah Nabi Yusuf dan saudara-saudaranya?! Sampai-sampai ayah Yusuf, yakni Nabi Ya’qub, memerintahkan pada Nabi Yusuf agar jangan menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya agar tidak membuat mereka hasad. Allah Ta’ala berfirman:
قَالَ يَا بُنَيَّ لاَ تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ
فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِيْنٌ (5)
“Ya’qub berkata: “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaithon itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Yusuf: 5)
Lalu lihatlah bagaimana perkataan saudara-saudara Yusuf. Allah Ta’ala berfirman:
إِذْ قَالُوْا لَيُوْسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَى أَبِيْنَا مِنَّا
وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّ أَبَانَا لَفِي ضَلاَلٍ مُبِيْنٍ (8)
“(Yaitu) ketika mereka berkata, “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.” (QS. Yusuf: 8).
Lihatlah bagaimana hasad pun bisa terjadi di antara orang beriman, bahkan di antara sesama saudara kandung.
Nasehat Indah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah
Hasad merupakan penyakit kebanyakan orang. Tidak terbebas darinya kecuali segelintir manusia. Maka sudah selayaknya kita mewaspadainya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah memberikan keterangan yang amat bagus. Beliau mengatakan, “Sesungguhnya hasad adalah di antara penyakit hati. Inilah penyakit keumuman manusia. Tidak ada yang bisa lepas darinya kecuali sedikit sekali. Oleh karena itu ada yang mengatakan,
مَا خَلاَ جَسَدٌ مِنْ حَسَدٍ لَكِنَّ اللَّئِيْمَ يُبْدِيْهِ وَالْكَرِيْمَ يُخْفِيْهِ
“Tiada jasad yang bisa bebas dari hasad. Bedanya, orang yang hina akan menampakkan hasadnya, sedangkan orang yang mulia akan menyembunyikannya.”
Ada yang bertanya pada Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah, “Apakah orang beriman itu bisa (terkena) hasad?” Beliau rahimahullah menjawab, “Tidakkah engkau perhatikan bagaimana kisah Nabi Yusuf dan saudara-saudaranya? Namun sebesar apapun hasad itu di dalam dadamu, hal itu tidak akan membahayakanmu selagi tidak ditampakkan dengan tangan dan lisan.”
Barangsiapa yang mendapati pada dirinya penyakit ini (yaitu hasad), maka hiasilah dirinya dengan takwa dan sabar, serta hendaklah ia membenci sifat hasad tersebut pada dirinya. (Majmu’ Fatawa, 10/125, At-Taubiikh wat Tanbiih, hal. 102)
Dampak Buruk Hasad Di Dunia
Pada hakikatnya, orang yang hasad adalah orang yang tidak menyukai apa yang Allah takdirkan. Penyakit ini mengakibatkan si penderita tidak ridho dengan qodho dan qodar Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan hasad adalah bagian dari sikap menentang Allah ‘Azza wa Jalla, karena ia membuat si penderita benci kepada nikmat Allah atas hambanya, padahal Allah menginginkan nikmat itu untuknya. Hasad juga membuatnya senang dengan hilangnya nikmat tersebut dari saudaranya, padahal Allah ‘Azza wa Jallabenci jika nikmat itu hilang dari saudaranya. (Al-Fawaaid, hal. 157)
Orang yang hasad akan selalu dirundung kegelisahan. Mengapa demikian? Karena setiap kali melihat orang lain mendapatkan nikmat, dia resah dan gelisah. Semakin bertambah nikmat yang didapatkan orang lain, semakin bertambah pula kegelisahannya. Dia akan senantiasa seperti itu tiap kali melihat nikmat Allah turun pada orang lain, sementara nikmat Allah akan terus turun pada hamba-Nya sampai waktu yang ditentukan.
Selain itu, sifat hasad ini akan menyibukkan hati dengan kejelekan dan memalingkan hati dari perkara-perkara yang bermanfaat. Hati akan disibukkan dengan mencari-cari aib dan kesalahan orang lain. Apabila sudah seperti ini, maka pelakunya akan cenderung lupa dengan aibnya sendiri, dan keadaannya sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
يُبْصِرُ أَحَدُكُمُ الْقَذَاةَ فِيْ عَيْنِ أَخِيْهِ وَيَنْسَى الْجِذْلَ،
أَوِ الْجِذْعَ، فِيْ عَيْنِ نَفْسِهِ
“Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi lupa akan kayu besar yang ada di matanya sendiri.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Adabul Mufrod, no. 592. Hadits ini dinilai shohih oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shohiih Adabul Mufrad, no. 461)
Maka akan kita dapati orang yang selalu sibuk dengan aib orang lain, pastilah ia adalah orang yang paling banyak aibnya. Sampai-sampai ada ulama yang mengatakan, “Menurutku, orang yang paling berani menggunjing orang lain adalah orang yang memiliki banyak aib.” Maka sungguh beruntunglah orang yang disibukkan dengan mencari aib sendiri kemudian memperbaiki dirinya. Sebaliknya, celakalah orang yang menyibukkan dirinya dengan mencari aib dan kesalahan orang lain. (Disarikan dari Miftaah Daaris Sa’aadah, II/298).
Dampak Buruk Hasad Di Akherat
Kaum muslimin yang kami muliakan, hasad di dada tidak akan membahayakan selagi tidak dinampakkan dengan lisan dan tangan. Akan tetapi jika sudah dinampakkan dengan lesan atau tangan, akan melahirkan kezholiman. Lesan akan menampakkan hasad dengan cara ghibah (menggunjing), mencela, mencaci-maki, mengadu-domba atau dengan cara yang lainnya. Adapun contoh hasad yang telah ditampakkan dengan tangan adalah kisah pembunuhan di antara dua orang saudara di masa Nabi Adam ‘alaihis salam. Itulah kasus pembunuhan pertama kali, yang muncul tidak lain adalah karena hasad.
Rasa hasad sebenarnya tidak ada untungnya sama sekali. Bahkan orang yang telah menampakkan hasadnya akan menderita berbagai kerugian dan bisa pula menjadikannya sebagai orang yang bangkrut di Akherat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): “Apakah kalian mengetahui siapa itu orang yang bangkrut?” Para shahabat menjawab, “Orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak mempunyai dirham dan harta benda.” Maka Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya):“Sesungguhnya orang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari Kiamat kelak dengan membawa pahala sholat, puasa, dan zakat, tetapi dia juga telah memaki orang ini, menuduh orang ini, memakan harta orang ini, mengalirkan darah orang ini, dan memukul orang ini. Kemudian orang (yang dizholimi) ini diberikan sebagian kebaikannya, dan orang yang ini (diberikan pula) sebagian kebaikannya. Jika kebaikannya telah habis sebelum dia melunasinya, maka dosa-dosa mereka diambil dan dilemparkan kepadanya. Kemudian dia pun dilempar ke dalam Neraka.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim no. 2581)
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjaga kita semua dari keburukan sifat hasad ini. Insya Allah pada edisi mendatang kami akan menyampaikan upaya mengatasi penyakit hasad. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan hidayah dan pertolongan-Nya. Amin
Sumber: Buletin at-Taubah edisi 16
Muroja’ah : Ust. Muhammad Abduh Tuasikal
0 comments:
Post a Comment