بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين, أما بعد:
Apakah Anda pernah kehilangan uang?
Bukankah Anda akan sangat merasa kehilangan dan kerugian
Apakah Anda pernah kehilangan perhiasan dan harta yang berharga?
Bukankah Anda akan sangat merasa kehilangan dan kerugian yang sangat mendalam
Apakah Anda pernah kehilangan kesempatan emas dalam perkara dunia?
Bagaimana perasaan Anda, merasa sangat rugi dan kehilangankah?
TETAPI…
APAKAH ANDA MERASA RUGI DAN KEHILANGAN KETIKA ADA KESEMPATAN UNTUK BERIBADAH?
APAKAH ANDA MERASA RUGI DAN KEHILANGAN…
KETIKA ANDA KETINGGALAN SHALAT SHUBUH ATAU SHALAT FARDHU LAINNYA?
KETINGGALAN SHALAT BERJAMAAH?
KETINGGALAN MEMBACA AL QURAN?
DAN KETINGGALAN IBADAH-IBADAH AGUNG LAINNYA? LALU KENAPA HARUS MERASA RUGI!?!
KAWANKU PEMBACA SEIMAN…
Sebagian besar orang merasa sangat rugi dan kehilangan ketika perkara dunia tidak jadi dia dapatkan, bahkan tidak sedikit berputus asa, depresi, stress dan lainnya. Padahal dunia dan perhiasaan di dalamnya dibandingkan surga di akhirat adalah hanya sedikit, tidak kekal, tidak baik dan menggiurkan serta melalaikan.
Mari perhatikan nash-nash berikut:
{وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ} [آل عمران: 185]
Artinya: “Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” QS. Ali Imran
{قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى } [النساء: 77]
Artinya: “Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa.” QS. An NIsa’:77.
{ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ } [الأنعام: 32]
Artinya: “Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”. QS. Al An’am:32.
{ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ} [التوبة: 38]
Artinya: “Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.”
{وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ } [الرعد: 26]
Artinya: “Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” QS. Ar Ra’du:26
{وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَى} [القصص: 60]
Artinya: “Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka apakah kamu tidak memahaminya?”
{بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (16) وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى (17)} [الأعلى: 16، 17]
Artinya:
87:16. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.
87:17. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. QS. Al A’la: 16-17.
Kenapa harus merasa rugi dan kehilangan ketika kesempatan beribadah hilang?
Jawabannya:
Karena merasa rugi dan kehilangan ketika kesempatan beibadah hilang adalah lifestyle nya para shahabat nabi radhiyallahu ‘anhum, orang orang yang diridhai oleh Allah Ta’ala. Dan sudah seharusnya kita mencontoh mereka.
Mari perhatikan hadits berikut…
أَنَّ دَاوُدَ بْنَ عَامِرِ بْنِ سَعْدِ بْنِ أَبِى وَقَّاصٍ حَدَّثَهُ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ كَانَ قَاعِدًا عِنْدَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ إِذْ طَلَعَ خَبَّابٌ صَاحِبُ الْمَقْصُورَةِ فَقَالَ يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ أَلاَ تَسْمَعُ مَا يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ إِنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ خَرَجَ مَعَ جَنَازَةٍ مِنْ بَيْتِهَا وَصَلَّى عَلَيْهَا ثُمَّ تَبِعَهَا حَتَّى تُدْفَنَ كَانَ لَهُ قِيرَاطَانِ مِنْ أَجْرٍ كُلُّ قِيرَاطٍ مِثْلُ أُحُدٍ وَمَنْ صَلَّى عَلَيْهَا ثُمَّ رَجَعَ كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُحُدٍ ». فَأَرْسَلَ ابْنُ عُمَرَ خَبَّابًا إِلَى عَائِشَةَ يَسْأَلُهَا عَنْ قَوْلِ أَبِى هُرَيْرَةَ ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَيْهِ فَيُخْبِرُهُ مَا قَالَتْ وَأَخَذَ ابْنُ عُمَرَ قَبْضَةً مِنْ حَصَى الْمَسْجِدِ يُقَلِّبُهَا فِى يَدِهِ حَتَّى رَجَعَ إِلَيْهِ الرَّسُولُ فَقَالَ قَالَتْ عَائِشَةُ صَدَقَ أَبُو هُرَيْرَةَ. فَضَرَبَ ابْنُ عُمَرَ بِالْحَصَى الَّذِى كَانَ فِى يَدِهِ الأَرْضَ ثُمَّ قَالَ لَقَدْ فَرَّطْنَا فِى قَرَارِيطَ كَثِيرَةٍ.
Artinya: “Bahwa Daud bin Amir bin Sa’ad bin Abi Waqqash bercerita bahwa bapaknya (Amir bin Sa’ad bin Ab Waqqash) pernah bercerita, ia pernah duduk bersama Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, ketika itu datang Khabbab tukang Al Maqshurah, ia berkata: “Wahai Abdullah bin Umar, apakah Anda tidak mendegar apa yang diucapkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang keluar mengikuti jenazah dari rumahnya, menyolatkannya kemudian mengikutinya samapai dikuburkan, maka baginya dua qirath dari pahala, dan setiap qirathnya itu laksana gunung Uhud, dan barangsiapa yang menyolatkannya lalu pulang maka baginya pahala seperti satu gunung.” Kemudian Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma mengutus Khabbab kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha agar bertanya kepadanya tentang riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, kemudia n setelah itu kembali lagi ke beliau dan membritahukan apa yang diucapkan oleh Aisyah, Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma mengambil batu kecil dari masjid, beliau bolak-balikkan di tangannya beliau, samapi kembali lagi utusaan tadi, ia (utusan tadi) mengatakan: “Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Abu Hurairah benar (perkataannya)”, maka Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma melemparkan batu yang ada di tangannya tadi ke tanah an kemudian beliau berkata: “Sungguh kita telah menyia-nyiakan bergunung-gunung pahala yang sangat banyak.” HR. Bukhari dan Muslim.
Mari perhatikan…bagaimana Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma merasan sangat rugi dan kehilangan ketika beliau tidak mengantarkan jenazah sampai dikuburkan yang mengakibatkan beliau kehilangan bergunung-gunung pahala.
Karena kebiasaan beliau hanya menyolatkan kemudian beliau pergi, sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Hajar rahimahullah di dalam kitabnya Fath Al Bary:
كان ابن عمر يصلي على الجنازة ثم ينصرف
Artinya: “Senantiasa Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma menyolatkan jenazah kemudian pergi.”
Ibnu hajar rahimahullah juga berkata:
وفيه دلالة على فضيلة بن عمر من حرصه على العلم وتاسفه على ما فاته من العمل الصالح
Artinya: “Di hadits ini menunjukkan keistimewaan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma yaitu berupa ketamakan terhadap ilmu dan merasa rugi atas apa yang tertingal darinya berupa amal shalih.
Kawan Pembaca Seiman…
Sekarang apakah Anda merasa rugi dan kehilangan ketika terlambat bangun shubuh?
Bagaimana tidak merasa kehilangan dan rugi, karena di dalam shalat shubuh terdapat;
Sahalat shubuh disaksikan oleh para malaikat. Lihat QS. Al Isra: 78.
Siapa yang pergi ke masjid di waktu pagi disediakan Allah tempat singgah di dalam surga. HR Bukhari dan Muslim.
Pergi untuk shalat shubuh berjamaah mendapat cahaya yang sempurna di hari kiamat. HR. Tirmidzi.
Dua rakaat sebelum shubuh lebih baik daripada dunia dan seisinya. HR Bukhari
Barangsiapa yang shalat shubuh maka ia di dalam jaminan Allah Ta’ala. HR. Muslim.
Barangsiapa yang shalat shubuh berjamaah lalu setelah ia duduk samapai terbit matahari kemudian shalat dua rakaat maka ia seperti mendapatkan pahala haji dan umrah yang sempurna, yang sempurna, yang sempurna!. HR. Tirmidzi.
Barangsiapa yang shalat shubuh berjamaah maka ia seperti shalat sepanjang malam. HR. Muslim.
Makanya… Bagaimana tidak merasa kehilangan dan rugi!?!?!?
Kawan Pembaca Seiman…
Sekarang apakah Anda pernah merasa rugi dan kehilangan ketika tidak atau terlambat shalat berjamaah?
Bagaimana tidak merasa kehilangan dan rugi, karena di dalam shalat berjamaah terdapat;
Shalat Berjamaah lebih utama 25 atau 27 derajat dibandingkan shalat sendirian. HR. Bukhari dan Muslim.
Berjalan menuju shalat berjamaah; satu langkah kaki menghapuskan dosa, satu langkah kaki menambahkan pahala, satu langkah kaki meningkatkan derajat. HR. Bukhari dan Muslim.
Berjalan menuju shalat berjamaah di dalam jaminan Allah. HR. Abu Daud.
Shalat qabliyyah, siapa yang selalu melaksanakan shalat rawatib maka dibangunkan baginya rumah di dalam surga. HR. Tirmidzi.
Doa antara adzan dan iqamah tidak ditolak. HR. Abu Daud.
Duduk di dalam masjid menunggu shalat dihitung sebagaimana orang yang shalat. HR. Bukhari.
Duduk di dalam masjid menunggu shalat akan di doakan oleh para malaikat agar mendapat rahmat, ampunan dan taubat dari Allah Ta’ala. HR. Abu Daud.
Subhanallah…!!! Amazing…
Kawan Pembaca Seiman…
Sekarang apakah Anda pernah merasa rugi dan kehilangan ketika tidak membaca Al Quran dalam sehari? Terutama di zaman orang sebagian sibuk dengan situs jejaring social, majalah, Koran, tabloid, bulletin yang terkadang di dalamnya lebih cenderung kepada dosa dan maksiat dibandingkan pahala dan ganjaran!
Bagaimana tidak merasa kehilangan dan rugi, karena di dalam membaca Al Quran terdapat;
Satu Huruf yang dibaca dari Al Quran berpahala 10 kebaikan. HR. Tirmidzi.
Yang membacanya terbata-bata saja, mendapatkan dua pahala. HR. Muslim.
Bacaan Al Quran akan menjadi syafaat di hari kiamat. HR. Muslim.
Kawan Pembaca Seiman…
Ini hanya contoh, bagaimana kita tidak merasa rugi dan kehilangan jika kesempatan untuk beribadah kita sia-siakan…
Silahkan cari contoh yang lain, semoga bermanfaat kawanku…
Dari seorang yang sangat menginginkan kebaikan untukmu…
Ditulis oleh Ahmad Zainuddin
Sabtu, 3 Sya’ban 1433H, Dammam KSA.
www.dakwahsunnah.com
0 comments:
Post a Comment