Bagai jejak kaki di bibir pantai. Deburan ombak akan menghapusnya, embusan angin kencang akan menghilangkannya. Keshalihan tanpa pijakan keikhlasan ibarat jejak-jejak itu. Deburan godaan dunia akan menghapusnya, embusan bisikan setan akan menghilangkannya.
Selesai Ramadhan, selesai pula ketakwaannya. Berakhir Ramadhan, berakhir pula semangatnya dalam beriman dan beramal shalih.
Tanda orang yang bertaubat sepenuhnya
Jika seseorang meninggalkan maksiat di bulan Ramadhan maupun bulan-bulan setelahnya, itulah tanda ketulusan taubatnya. Jika setelah bulan Ramadhan dia kembali mendatangi kemaksiatan, keikhlasannya selama Ramadhan perlu dipertanyakan.
قال ابن المبارك المصر الذي يشرب الخمر اليوم ثم لا يشربها الى شهر وفي رواية الى ثلاثين سنة ومن نيته أنه اذا قدر على شربها شربها وقد يكون مصرا اذا عزم على الفعل في وقت دون وقت كمن يعزم على ترك المعاصي في شهر رمضان دون غيره فليس هذا بتائب مطلقا ولكنه تارك للفعل في شهر رمضان ويثاب اذا كان ذلك الترك لله وتعظيم شعائر الله واجناب محارمه في ذلك الوقت ولكنه ليس من التائبين الذين يغفر لهم بالتوبة مغفرة مطلقة ولا هو مصر مطلقا
Ibnul Mubarak berkata,
“Seseorang dianggap belum bertaubat dari minum khamr, ketika dia minum khamr hari ini kemudian dia tinggalkan khamr selama satu bulan (dalam riwayat lain: selama tiga puluh tahun), sementara dalam niatnya, jika dia mendapat kemudahan untuk minum khamr maka dia akan menegaknya kembali.
Termasuk orang yang belum bertaubat dari maksiat, ketika dia masih berkeinginan untuk melakukan maksiat itu pada waktu tertentu, meskipun dia tinggalkan di waktu yang lain. Seperti orang yang bertekad untuk meninggalkan maksiat di bulan ramadhan, namun masih berkeinginan untuk maksiat di bulan yang lain. Orang semacam ini belum dianggap bertaubat. Namun dia hanya tinggalkan maksiat itu di bulan Ramadhan dan dia diberi pahala jika dia tinggalkan hal itu dan dia jauhi keharaman itu karena Allah dan dalam rangka mengagungkan syiar Allah. Akan tetapi orang ini belum termasuk orang yang bertaubat, orang-orang yang mendapat ampunan karena taubatnya secara mutlak, meskipun tidak juga disebut sebagai orang yang keterusan dalam maksiat secara mutlak.” (Hilyatul Auliya’, 1:147–149)
Membuka pintu kebaikan selanjutnya
Dalam Majmu’ Al-Fatawa (bab Al-Hasanah wa As-Sayyiah, 14:240), Ibnu Taimiyyah menguraikan faidah yang sangat menarik,
“Telah disebutkan di beberapa ayat dalam Alquran bahwa sesungguhnya kebaikan kedua terkadang merupakan bentuk pahala atas kebaikan pertama. Demikian pula dengan keburukan kedua; dia terkadang merupakan hukuman atas keburukan pertama.
Allah Ta’ala berfirman,
… ولَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوا مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُمْ وأَشَدَّ تَثْبِيتاً. وإذاً لآتَيْنَاهُم مِّن لَّدُنَّا أَجْراً عَظِيماً. ولَهَدَيْنَاهُمْ صِرَاطاً مُّسْتَقِيماً
‘… Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka). Kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami, dan pasti Kami tunjuki mereka jalan yang lurus.’ (Q.s. An-Nisa’: 66–68)
Allah Ta’ala berfirman,
والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا
‘Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami ….‘ (Q.s. Al-’Ankabut: 69)
Allah Ta’ala berfirman,
والَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَلَن يُضِلَّ أَعْمَالَهُمْ. سَيَهْدِيهِمْ ويُصْلِحُ بَالَهُمْ. ويُدْخِلُهُمُ الجَنَّةَ عَرَّفَهَا لَهُمْ
‘… Dan orang-orang yang syahid di jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. Allah akan memberi pimpinan kepada mereka, memperbaiki keadaan mereka, dan memasukkan mereka ke dalam jannah yang telah diperkenankan-Nya untuk mereka.’ (Q.s. Muhammad: 4–6)
Allah Ta’ala berfirman,
ثم كان عاقبة الذين أساءوا السوء
‘Kemudian, akibat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang lebih buruk ….‘ (Q.s. Ar-Rum: 10)
Allah Ta’ala berfirman,
… كِتَابٌ مُّبِينٌ. يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلامِ
‘... Dan Kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya menuju jalan keselamatan ….‘ (Q.s. Al-Maidah: 15–16)
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِن رَّحْمَتِهِ ويَجْعَل لَّكُمْ نُوراً تَمْشُونَ بِهِ ويَغْفِرْ لَكُمْ
‘Wahai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampunimu ….‘ (Q.s. Al-Hadid: 28)
Allah Ta’ala berfirman,
وفِي نُسْخَتِهَا هُدًى ورَحْمَةٌ لِّلَّذِينَ هُمْ لِرَبِّهِمْ يَرْهَبُونَ
‘… Dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut kepada Rabbnya.’ (Q.s. Al-A’raf: 154)
هذا بيان للناس و هدى و موعظة للمتقين
‘(Alquran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, serta petunjuk dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.’ (Q.s. Ali Imran: 138).”
Oleh sebab itu, jika selepas Ramadhan seseorang tetap istiqamah dalam amal shalih dan ketakwaan, maka boleh jadi itulah pertanda amal shalihnya selama Ramadhan telah diterima oleh Allah. Amal shalih dan ketakwaan itu berbuah pahala. Bentuk pahala itu adalah taufik dan istiqamah untuk terus beramal shalih setelahnya.
Iringan doa
Tak lengkap ikhtiar tanpa doa. Karenanya, ikhtiar kita selama Ramadhan juga beriring doa kita sepanjang tahun.
اللهم تقبل صيامنا وقيامنا ودعاءنا وصالح أعمالنا
“Ya Allah, mohon terimalah puasa kami, shalat kami, doa kami, dan seluruh amal shalih kami.”
Semoga Allah jadikan hari kita semakin baik.
اللهم أصلح لي ديني الذي هو عصمة أمري وأصلح لي دنياي التي فيها معاشي وأصلح لي آخرتي التي فيها معادي واجعل الحياة زيادة لي في كل خير واجعل الموت راحة من كل شر
“Ya Allah, mohon perbaikilah kondisi keagamaanku yang merupakan penjaga urusanku, mohon perbaikilah urusan duniaku yang menjadi ladang pencarianku, mohon perbaikilah akhiratku yang menjadi tempat kembaliku. Dan jadikanlah hidupku sebagai tambahan kebaikan bagiku serta jadikanlah kematian sebagai kesempatan istirahatku dari segala keburukan. ”
(H.r. Muslim; diriwayatkan dari Abu Hurairah; dinilai shahih oleh Syekh Al-Albani)
Maroji’:
- Al-Jami’ Ash-Shahih (Shahih Muslim), Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusairi, An-Naisaburi, Al-Maktabah Asy-Syamilah.
- Hilyatul Auliya’, Abu Nu’aim Al-Ashbahani, Al-Maktabah Asy-Syamilah.
- Majmu’ Al-Fatawa, Ahmad bin ‘Abdil Halim bin Taimiyyah Al-Harrani Abul ‘Abbas, Al-Maktabah Asy-Syamilah.
- Shahih wa Dha’if Al-Jami’ Ash-Shaghir, Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Al-Maktabah Asy-Syamilah.
***
artikel muslimah.or.id
Penulis: Athirah Ummu Asiyah
Muroja’ah: Ustadz Ammi Nur Baits
artikel muslimah.or.id
Penulis: Athirah Ummu Asiyah
Muroja’ah: Ustadz Ammi Nur Baits
0 comments:
Post a Comment