Share
div id='fb-root'/>

Thursday, January 26, 2012

Wudhu di Kamar Mandi

Share on :

Wudhu di Kamar Mandi

Wudhu di Kamar Mandi

Pertanyaan:
Assalamu’alaikum. Ustadz, ana mau tanya, bolehkah kita berwudhu di kamar mandi?
Dari: Indrawan Saputra
Jawaban:
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuhu.

Wudhu di Kamar Mandi

Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin, washshalaatu wassalaamu ‘alaa rasulillaah khairil anbiyaa’I wal mursaliin wa ‘alaa ‘aalihii wa shahbihii ajma’iin. Amma ba’du:
Boleh berwudhu di dalam kamar mandi, apabila aman dari percikan najis.
Komite tetap Untuk riset ilmiyah dan fatwa Kerajaan Arab Saudi mengatakan,
Ų„Ų°Ų§ ŁˆŲ¶Ų¹ Ų­Ų§Ų¦Ł„ ŲØŁŠŁ† Ų§Ł„Ł…Ų§Ų” Ų§Ł„Ų°ŁŠ ŁŠŁ†Ų²Ł„ Ł…Ł† Ų§Ł„ŲµŁ†ŲØŁˆŲ± ŁˆŲØŁŠŁ† Ł…Ų­Ł„ Ų§Ł„Ł†Ų¬Ų§Ų³Ų© ŲØŲ­ŁŠŲ« Ų„Ł† Ų§Ł„Ł…Ų§Ų” Ų„Ų°Ų§ Ł†Ų²Ł„ Ų¹Ł„Ł‰ Ų§Ł„Ų£Ų±Ų¶ ŲŖŁƒŁˆŁ† Ł‡Ų°Ł‡ Ų§Ł„Ų£Ų±Ų¶ Ų·Ų§Ł‡Ų±Ų© ŁŁ„Ų§ Ł…Ų§Ł†Ų¹ Ł…Ł† Ų§Ł„ŁˆŲ¶ŁˆŲ” ŁˆŲ§Ł„Ų§Ų³ŲŖŁ†Ų¬Ų§Ų”
“Apabila ada batas antara keran air dengan tempat najisnya sehingga air turun ke tempat yang suci maka tidak mengapa berwudhu dan istinja’ (di dalam kamar mandi tersebut).” (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daaimah, 5:86)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullahu mengatakan,
ŁŠŲ¬ŁˆŲ² Ų§Ł„ŁˆŲ¶ŁˆŲ” ŁŁŠ Ų§Ł„Ų­Ł…Ų§Ł… ŁˆŁ„Ų§ Ų­Ų±Ų¬ ŁŁŠŁ‡ ŁˆŁ„ŁƒŁ† ŁŠŁ†ŲØŲŗŁŠ Ł„Ł„Ų„Ł†Ų³Ų§Ł† Ų£Ł† ŁŠŲŖŲ­ŁŲø Ł…Ł† Ų„ŲµŲ§ŲØŲ© Ų§Ł„Ł†Ų¬Ų§Ų³Ų© Ł„Ł‡ ŁŲ„Ų°Ų§ ŲŖŲ­ŁŲø Ł…Ł† Ų°Ł„Łƒ ŁŁ„ŁŠŲŖŁˆŲ¶Ų£ ŁŁŠ Ų£ŁŠ Ł…ŁƒŲ§Ł† ŁƒŲ§Ł†
“Boleh berwudhu di kamar mandi dan tidak masalah, akan tetapi hendaknya menjaga diri dari terkena najis, apabila bisa terjaga dari najis maka silakan dia berwudhu dimana saja” [1]
Beliau rahimahullahu juga berkata,
ŁŠŲ¬ŁˆŲ² Ł„Ł„Ų„Ł†Ų³Ų§Ł† Ų£Ł† ŁŠŲŖŁˆŲ¶Ų£ ŁŁŠ Ų§Ł„Ł…ŁƒŲ§Ł† Ų§Ł„Ų°ŁŠ ŲŖŲ®Ł„Ł‰ ŁŁŠŁ‡ Ł…Ł† ŲØŁˆŁ„Ł‡ Ų£Łˆ ŲŗŲ§Ų¦Ų·Ł‡ Ł„ŁƒŁ† ŲØŲ“Ų±Ų· Ų£Ł† ŁŠŲ£Ł…Ł† Ł…Ł† Ų§Ł„ŲŖŁ„ŁˆŲ« ŲØŲ§Ł„Ł†Ų¬Ų§Ų³Ų© ŲØŲ£Ł† ŁŠŁƒŁˆŁ† Ų§Ł„Ł…ŁƒŲ§Ł† Ų§Ł„Ų°ŁŠ ŁŠŲŖŁˆŲ¶Ų£ ŁŁŠŁ‡ Ų¬Ų§Ł†ŲØŲ§ً Ł…Ł† Ų§Ł„Ų­Ł…Ų§Ł… ŲØŲ¹ŁŠŲÆŲ§ً Ų¹Ł† Ł…ŁƒŲ§Ł† Ų§Ł„ŲŖŲ®Ł„ŁŠ Ų£Łˆ ŁŠŁ†ŲøŁ Ų§Ł„Ł…ŁƒŲ§Ł† Ų§Ł„Ų°ŁŠ ŁŠŁ†Ų²Ł„ ŁŁŠŁ‡ Ų§Ł„Ł…Ų§Ų” Ł…Ł† Ų§Ł„Ų£Ų¹Ų¶Ų§Ų” ŁŁŠ Ų§Ł„ŁˆŲ¶ŁˆŲ” Ų­ŲŖŁ‰ ŁŠŁƒŁˆŁ† Ų·Ų§Ł‡Ų±Ų§ً Ł†ŲøŁŠŁŲ§ً
“Boleh bagi seseorang berwudhu di tempat dia buang air kecil dan buang air besar, dengan syarat aman dari percikan najis, yaitu tempat wudhunya jauh dari tempat buang air, atau dibersihkan dahulu tempat turunnya air dari anggota badan sehingga menjadi bersih dan suci.” [2]

Hukum Membaca Dzikir di Kamar Mandi

Membaca dzikir di kamar mandi makruh, karena berbicara di dalam kamar mandi hukumnya makruh dan membaca dzikir termasuk berbicara. Demikian pula kita diperintahkan untuk mengagungkan syiar-syiar Allah dan di antara bentuk pengagungan adalah berdzikir di tempat yang suci bukan di tempat yang kotor dan tempat buang hajat.
Allah Ta’ala berfirman,
Ų°َŁ„ِŁƒَ ŁˆَŁ…َŁ†ْ ŁŠُŲ¹َŲøِّŁ…ْ Ų“َŲ¹َŲ§Ų¦ِŲ±َ Ų§Ł„Ł„َّŁ‡ِ ŁَŲ„ِŁ†َّŁ‡َŲ§ Ł…ِŁ†ْ ŲŖَŁ‚ْŁˆَŁ‰ Ų§Ł„ْŁ‚ُŁ„ُŁˆŲØِ (32) [Ų§Ł„Ų­Ų¬/32]
Demikianlah (perintah Allah) dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu termasuk ketakwaan hati. (QS. 22:32)”
Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata,
ŁŠŁƒŲ±Ł‡ Ų£Ł† ŁŠŲ°ŁƒŲ± Ų§Ł„Ł„Ł‡ ŁˆŁ‡Łˆ Ų¬Ų§Ł„Ų³ Ų¹Ł„Ł‰ Ų§Ł„Ų®Ł„Ų§Ų”
“Dibenci berdzikir mengingat Allah padahal dia dalam keadaan duduk di dalam jamban.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf 1:209 no.1227, dengan sanad yang hasan)
Abu Wa’il rahimahullahu juga berkata,
Ų§Ų«Ł†Ų§Ł† Ł„Ų§ ŁŠŲ°ŁƒŲ± Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų§Ł„Ų¹ŲØŲÆ ŁŁŠŁ‡Ł…Ų§ Ų„Ų°Ų§ Ų£ŲŖŁ‰ Ų§Ł„Ų±Ų¬Ł„ Ų£Ł‡Ł„Ł‡ ŁŠŲØŲÆŲ£ ŁŁŠŲ³Ł…ŁŠ Ų§Ł„Ł„Ł‡ ŁˆŲ„Ų°Ų§ ŁƒŲ§Ł† ŁŁŠ Ų§Ł„Ų®Ł„Ų§Ų”
“Dua keadaan dimana seorang hamba tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya, (pertama) ketika seorang laki-laki mendatangi istrinya, maka hendaklah dia mulai dengan menyebut nama Allah, (kedua) apabila dia berada di jamban.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf 1:209 no.1229 ,dengan sanad yang shahih)
Abu Ishaq As-Sabii’iy rahimahullah juga berkata,
Ł…Ų§ Ų£Ų­ŲØ Ų£Ł† Ų£Ų°ŁƒŲ± Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų„Ł„Ų§ ŁŁŠ Ł…ŁƒŲ§Ł† Ų·ŁŠŲØ
“Aku tidak senang berdzikir kepada Allah kecuali di tempat yang baik.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf 1:210 no.236, dengan sanad yang shahih)
Namun kemakruhan ini bisa gugur apabila ada hajat atau keperluan, seperti mengucap tahmid ketika bersin, mengucap tasmiyyah sebelum wudhu. Berikut ini adalah sebagian ucapan salaf yang menunjukkan bolehnya berdzikir di jamban apabila diperlukan.
Manshur bin Mu’tamir rahimahullah mengtakan,
ŁˆŲ³Ų£Ł„ŲŖŁ‡ Ų¹Ł† Ų§Ł„Ų±Ų¬Ł„ ŁŠŲ¹Ų·Ų³ Ų¹Ł„Ł‰ Ų§Ł„Ų®Ł„Ų§Ų” Ł‚Ų§Ł„ ŁŠŲ­Ł…ŲÆ Ų§Ł„Ł„Ł‡ ŁŲ„Ł†Ł‡Ų§ ŲŖŲµŲ¹ŲÆ
“Dan aku bertanya kepada Ibrahim (An-Nakha’iy) tentang seseorang yang bersin ketika buang air?” Beliau menjawab, ‘Hendaknya dia memuji Allah (yaitu mengucapkan Alhamdulillah) karena tahmid itu akan naik’.” (Dikeluarkan oleh Abdurrazzaq di dalam Al-Mushannaf 2:455 no.4063, dengan sanad yang shahih, dan juga Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf 1:210 no.1233)
Dari Sya’bi rahimahullahu, beliau ditanya tentang seseorang yang bersin di jamban, maka beliau berkata: ŁŠŲ­Ł…ŲÆ Ų§Ł„Ł„Ł‡
“Hendaklah dia memuji Allah”. (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf 1/210 no:1232, dengan sanad yang shahih)
Dari Muhammad bin Sirin rahimahullahu beliau berkata
Ł„Ų§ Ų£Ų¹Ł„Ł… ŲØŲ£Ų³Ų§ ŲØŲ°ŁƒŲ± Ų§Ł„Ł„Ł‡
“Aku tidak memandang adanya masalah dalam dzikrullah (di jamban).” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf 1/210 no:1235, dengan sanad yang shahih)
Dan inilah yang difatwakan oleh sebagian ulama kita, Syaikh Abdul Aziz bin Bazrahimahullah berkata,
Ł„Ų§ ŲØŲ£Ų³ Ų£Ł† ŁŠŲŖŁˆŲ¶Ų£ ŲÆŲ§Ų®Ł„ Ų§Ł„Ų­Ł…Ų§Ł… Ų„Ų°Ų§ ŲÆŲ¹ŲŖ Ų§Ł„Ų­Ų§Ų¬Ų© Ų„Ł„Ł‰ Ų°Ł„Łƒ ، ŁˆŁŠŲ³Ł…ŁŠ Ų¹Ł†ŲÆ Ų£ŁˆŁ„ Ų§Ł„ŁˆŲ¶ŁˆŲ” ، ŁŠŁ‚ŁˆŁ„ : (ŲØŲ³Ł… Ų§Ł„Ł„Ł‡) Ł„Ų£Ł† Ų§Ł„ŲŖŲ³Ł…ŁŠŲ© ŁˆŲ§Ų¬ŲØŲ© Ų¹Ł†ŲÆ ŲØŲ¹Ų¶ Ų£Ł‡Ł„ Ų§Ł„Ų¹Ł„Ł… ، ŁˆŁ…ŲŖŲ£ŁƒŲÆŲ© Ų¹Ł†ŲÆ Ų§Ł„Ų£ŁƒŲ«Ų± ، ŁŁŠŲ£ŲŖŁŠ ŲØŁ‡Ų§ ŁˆŲŖŲ²ŁˆŁ„ Ų§Ł„ŁƒŲ±Ų§Ł‡Ų© Ł„Ų£Ł† Ų§Ł„ŁƒŲ±Ų§Ł‡Ų© ŲŖŲ²ŁˆŁ„ Ų¹Ł†ŲÆ Ų§Ł„Ų­Ų§Ų¬Ų© Ų„Ł„Ł‰ Ų§Ł„ŲŖŲ³Ł…ŁŠŲ© ، ŁˆŲ§Ł„Ų„Ł†Ų³Ų§Ł† Ł…Ų£Ł…ŁˆŲ± ŲØŲ§Ł„ŲŖŲ³Ł…ŁŠŲ© Ų¹Ł†ŲÆ Ų£ŁˆŁ„ Ų§Ł„ŁˆŲ¶ŁˆŲ” ، ŁŁŠŲ³Ł…ŁŠ ŁˆŁŠŁƒŁ…Ł„ ŁˆŲ¶ŁˆŲ¤Ł‡
“Tidak mengapa berwudhu di dalam kamar kecil apabila memang diperlukan, dan mengucap tasmiyah di awal wudhu seraya mengucapkan “Bismillah” karenatasmiyyah wajib menurut sebagian ulama, dan dikuatkan menurut sebagian besar ulama. Oleh karena itu, hendaknya seseorang mengucapkan tasmiyyah ini yang hilang kemakruhannya karena dibutuhkan mengucapkannya. Seseorang diperintah untuk tasmiyyah di awal wudhu, maka hendaknya dia bertasmiyyah dan menyempurnakan wudhunya.” (Majmu Fataawa Syeikh Abdul Aziz bin Baz, 10:28)
Dalam Fatawa Al-Lajnah Ad-Daaimah:
ŁŠŁƒŲ±Ł‡ Ų£Ł† ŁŠŲ°ŁƒŲ± Ų§Ł„Ł„Ł‡ ŲŖŲ¹Ų§Ł„Ł‰ Ł†Ų·Ł‚Ų§ً ŲÆŲ§Ų®Ł„ Ų§Ł„Ų­Ł…Ų§Ł… Ų§Ł„Ų°ŁŠ ŲŖŁ‚Ų¶Ł‰ ŁŁŠŁ‡ Ų§Ł„Ų­Ų§Ų¬Ų© ŲŖŁ†Ų²ŁŠŁ‡Ų§ً Ł„Ų§Ų³Ł…Ł‡ ŁˆŲ§Ų­ŲŖŲ±Ų§Ł…Ų§ً Ł„Ł‡ Ł„ŁƒŁ† ŲŖŲ“Ų±Ų¹ Ł„Ł‡ Ų§Ł„ŲŖŲ³Ł…ŁŠŲ© Ų¹Ł†ŲÆ ŲØŲÆŲ” Ų§Ł„ŁˆŲ¶ŁˆŲ” Ł„Ų£Ł†Ł‡Ų§ ŁˆŲ§Ų¬ŲØŲ© Ł…Ų¹ Ų§Ł„Ų°ŁƒŲ± Ų¹Ł†ŲÆ Ų¬Ł…Ų¹ Ł…Ł† Ų£Ł‡Ł„ Ų§Ł„Ų¹Ł„Ł…
“Dimakruhkan dzikrullah dengan lisan di dalam jamban yang digunakan untuk buang hajat, sebagai penyucian dan penghormatan terhadap nama Allah, akan tetapi disyariatkan tasmiyyah (membaca: bismillah) ketika di awal wudhu karena ini wajib ketika ketika ingat menurut sebagian ulama.” (Fataawaa Al-Lajnah Ad-Daimah, 5:94)

Melirihkan Dzikir Di Kamar Mandi

Perlu diketahui bahwasanya di antara adab berdzikir di kamar mandi/wc/jamban adalah memelankan suara dzikir.
Dari Al-Hasan Al-Bashry rahimahullah beliau berkata tentang seseorang yang bersin di dalam jamban:
ŁŠŲ­Ł…ŲÆ Ų§Ł„Ł„Ł‡ ŁŁŠ Ł†ŁŲ³Ł‡
“Hendaknya dia memuji Allah dengan di dalam dirinya (yaitu pelan).” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf, 1:210 no.1234, dengan sanad yang shahih)
Hushain bin Abdurrahman rahimahullahu berkata,
Ų§Ł†ŲŖŁ‡ŁŠŁ†Ų§ Ų„Ł„Ł‰ Ų§Ł„Ų“Ų¹ŲØŁŠ ŁˆŁ‡Łˆ Ł…ŲŗŲ¶ŲØ، ŁŁ‚ŁŠŁ„ Ł„Ł‡: Ł…Ų§ Ł„Łƒ ŁŠŲ§ Ų£ŲØŲ§ Ų¹Ł…Ų±Łˆ ؟ ŁŁ‚Ų§Ł„ : Ų„Ł† Ł‡Ų°Ų§ Ų§Ł„Ł…Ų§Ų±Ł‚ ، ŁŠŲ¹Ł†ŁŠ ŲÆŲ§ŁˆŲÆ ŲØŁ† ŁŠŲ²ŁŠŲÆ Ų§Ł„Ų£ŁˆŲÆŁŠ، Ų³Ų£Ł„Ł†ŁŠ Ų¹Ł† Ų§Ł„Ų±Ų¬Ł„ ŁŠŲ¹Ų·Ų³ ŁŁŠ Ų§Ł„Ų®Ł„Ų§Ų”، Ł‚Ł„ŲŖ : ŁŁ…Ų§ ŲŖŁ‚ŁˆŁ„ ŁŠŲ§ Ų£ŲØŲ§ Ų¹Ł…Ų±Łˆ ؟ Ł‚Ų§Ł„ : ŁŠŲ­Ł…ŲÆ Ų§Ł„Ł„Ł‡ ŁŁŠ Ł†ŁŲ³Ł‡
“Kami mendatangi Asy-Sya’by sedangkan beliau dalam keadaan marah, maka beliau ditanya, “Ada apa wahai Abu ‘Amr?”
Beliau berkata, “Sesungguhnya orang yang maariq ini –maksudnya Dawud bin Yazid Al-Audy-, telah bertanya kepadaku tentang seseorang yang bersin di tempat buang hajat. Aku berkata, “Lalu apa yang kamu katakan wahai Abu ‘Amr?”
Beliau menjawab, “Hendaklah dia memuji Allah di dalam dirinya ( yaitu dengan pelan).” (Dikeluarkan oleh Al-’Uqaily dalam Adh-Dhu’afa, 2:391, dengan sanad yang shahih)
Perkataan mereka
ŁŠŲ­Ł…ŲÆ Ų§Ł„Ł„Ł‡ ŁŁŠ Ł†ŁŲ³Ł‡
(Memuji Allah di dalam dirinya) ada dua kemungkinan, memuji Allah di dalam hati atau memuji Allah dengan lisan secara pelan, sebagaimana dijelaskan Syaikhul Islam dalam Al-Fatawa Al-Kubra, 5:301.
Makna eksplisit dari atsar sebagian salaf di atas –wallahu a’lam- adalah berdzikir dengan lisan bukan hanya dengan hatinya.
Akhir kata, tentunya lebih baik apabila seseorang di dalam rumahnya memiliki tempat wudhu khusus yang berada di luar kamar mandi/jamban/wc.
Wallahu a’lam.

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More