Wudhu di Kamar Mandi
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum. Ustadz, ana mau tanya, bolehkah kita berwudhu di kamar mandi?
Assalamu’alaikum. Ustadz, ana mau tanya, bolehkah kita berwudhu di kamar mandi?
Dari: Indrawan Saputra
Jawaban:
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuhu.
Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuhu.
Wudhu di Kamar Mandi
Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin, washshalaatu wassalaamu ‘alaa rasulillaah khairil anbiyaa’I wal mursaliin wa ‘alaa ‘aalihii wa shahbihii ajma’iin. Amma ba’du:
Boleh berwudhu di dalam kamar mandi, apabila aman dari percikan najis.
Komite tetap Untuk riset ilmiyah dan fatwa Kerajaan Arab Saudi mengatakan,
Komite tetap Untuk riset ilmiyah dan fatwa Kerajaan Arab Saudi mengatakan,
Ų„Ų°Ų§ ŁŲ¶Ų¹ ŲŲ§Ų¦Ł ŲØŁŁ Ų§ŁŁ
Ų§Ų” Ų§ŁŲ°Ł ŁŁŲ²Ł Ł
Ł Ų§ŁŲµŁŲØŁŲ± ŁŲØŁŁ Ł
ŲŁ Ų§ŁŁŲ¬Ų§Ų³Ų© ŲØŲŁŲ« Ų„Ł Ų§ŁŁ
Ų§Ų” Ų„Ų°Ų§ ŁŲ²Ł Ų¹ŁŁ Ų§ŁŲ£Ų±Ų¶ ŲŖŁŁŁ ŁŲ°Ł Ų§ŁŲ£Ų±Ų¶ Ų·Ų§ŁŲ±Ų© ŁŁŲ§ Ł
Ų§ŁŲ¹ Ł
Ł Ų§ŁŁŲ¶ŁŲ” ŁŲ§ŁŲ§Ų³ŲŖŁŲ¬Ų§Ų”
“Apabila ada batas antara keran air dengan tempat najisnya sehingga air turun ke tempat yang suci maka tidak mengapa berwudhu dan istinja’ (di dalam kamar mandi tersebut).” (Fatawa Al-Lajnah Ad-Daaimah, 5:86)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullahu mengatakan,
ŁŲ¬ŁŲ² Ų§ŁŁŲ¶ŁŲ” ŁŁ Ų§ŁŲŁ
Ų§Ł
ŁŁŲ§ ŲŲ±Ų¬ ŁŁŁ ŁŁŁŁ ŁŁŲØŲŗŁ ŁŁŲ„ŁŲ³Ų§Ł Ų£Ł ŁŲŖŲŁŲø Ł
Ł Ų„ŲµŲ§ŲØŲ© Ų§ŁŁŲ¬Ų§Ų³Ų© ŁŁ ŁŲ„Ų°Ų§ ŲŖŲŁŲø Ł
Ł Ų°ŁŁ ŁŁŁŲŖŁŲ¶Ų£ ŁŁ Ų£Ł Ł
ŁŲ§Ł ŁŲ§Ł
“Boleh berwudhu di kamar mandi dan tidak masalah, akan tetapi hendaknya menjaga diri dari terkena najis, apabila bisa terjaga dari najis maka silakan dia berwudhu dimana saja” [1]
Beliau rahimahullahu juga berkata,
ŁŲ¬ŁŲ² ŁŁŲ„ŁŲ³Ų§Ł Ų£Ł ŁŲŖŁŲ¶Ų£ ŁŁ Ų§ŁŁ
ŁŲ§Ł Ų§ŁŲ°Ł ŲŖŲ®ŁŁ ŁŁŁ Ł
Ł ŲØŁŁŁ Ų£Ł ŲŗŲ§Ų¦Ų·Ł ŁŁŁ ŲØŲ“Ų±Ų· Ų£Ł ŁŲ£Ł
Ł Ł
Ł Ų§ŁŲŖŁŁŲ« ŲØŲ§ŁŁŲ¬Ų§Ų³Ų© ŲØŲ£Ł ŁŁŁŁ Ų§ŁŁ
ŁŲ§Ł Ų§ŁŲ°Ł ŁŲŖŁŲ¶Ų£ ŁŁŁ Ų¬Ų§ŁŲØŲ§ً Ł
Ł Ų§ŁŲŁ
Ų§Ł
ŲØŲ¹ŁŲÆŲ§ً Ų¹Ł Ł
ŁŲ§Ł Ų§ŁŲŖŲ®ŁŁ Ų£Ł ŁŁŲøŁ Ų§ŁŁ
ŁŲ§Ł Ų§ŁŲ°Ł ŁŁŲ²Ł ŁŁŁ Ų§ŁŁ
Ų§Ų” Ł
Ł Ų§ŁŲ£Ų¹Ų¶Ų§Ų” ŁŁ Ų§ŁŁŲ¶ŁŲ” ŲŲŖŁ ŁŁŁŁ Ų·Ų§ŁŲ±Ų§ً ŁŲøŁŁŲ§ً
“Boleh bagi seseorang berwudhu di tempat dia buang air kecil dan buang air besar, dengan syarat aman dari percikan najis, yaitu tempat wudhunya jauh dari tempat buang air, atau dibersihkan dahulu tempat turunnya air dari anggota badan sehingga menjadi bersih dan suci.” [2]
Hukum Membaca Dzikir di Kamar Mandi
Membaca dzikir di kamar mandi makruh, karena berbicara di dalam kamar mandi hukumnya makruh dan membaca dzikir termasuk berbicara. Demikian pula kita diperintahkan untuk mengagungkan syiar-syiar Allah dan di antara bentuk pengagungan adalah berdzikir di tempat yang suci bukan di tempat yang kotor dan tempat buang hajat.
Allah Ta’ala berfirman,
Allah Ta’ala berfirman,
Ų°َŁِŁَ ŁَŁ
َŁْ ŁُŲ¹َŲøِّŁ
ْ Ų“َŲ¹َŲ§Ų¦ِŲ±َ Ų§ŁŁَّŁِ ŁَŲ„ِŁَّŁَŲ§ Ł
ِŁْ ŲŖَŁْŁَŁ Ų§ŁْŁُŁُŁŲØِ (32) [Ų§ŁŲŲ¬/32]
“Demikianlah (perintah Allah) dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu termasuk ketakwaan hati. (QS. 22:32)”
Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata,
ŁŁŲ±Ł Ų£Ł ŁŲ°ŁŲ± Ų§ŁŁŁ ŁŁŁ Ų¬Ų§ŁŲ³ Ų¹ŁŁ Ų§ŁŲ®ŁŲ§Ų”
“Dibenci berdzikir mengingat Allah padahal dia dalam keadaan duduk di dalam jamban.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf 1:209 no.1227, dengan sanad yang hasan)
Abu Wa’il rahimahullahu juga berkata,
Ų§Ų«ŁŲ§Ł ŁŲ§ ŁŲ°ŁŲ± Ų§ŁŁŁ Ų§ŁŲ¹ŲØŲÆ ŁŁŁŁ
Ų§ Ų„Ų°Ų§ Ų£ŲŖŁ Ų§ŁŲ±Ų¬Ł Ų£ŁŁŁ ŁŲØŲÆŲ£ ŁŁŲ³Ł
Ł Ų§ŁŁŁ ŁŲ„Ų°Ų§ ŁŲ§Ł ŁŁ Ų§ŁŲ®ŁŲ§Ų”
“Dua keadaan dimana seorang hamba tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya, (pertama) ketika seorang laki-laki mendatangi istrinya, maka hendaklah dia mulai dengan menyebut nama Allah, (kedua) apabila dia berada di jamban.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf 1:209 no.1229 ,dengan sanad yang shahih)
Abu Ishaq As-Sabii’iy rahimahullah juga berkata,
Ł
Ų§ Ų£ŲŲØ Ų£Ł Ų£Ų°ŁŲ± Ų§ŁŁŁ Ų„ŁŲ§ ŁŁ Ł
ŁŲ§Ł Ų·ŁŲØ
“Aku tidak senang berdzikir kepada Allah kecuali di tempat yang baik.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf 1:210 no.236, dengan sanad yang shahih)
Namun kemakruhan ini bisa gugur apabila ada hajat atau keperluan, seperti mengucap tahmid ketika bersin, mengucap tasmiyyah sebelum wudhu. Berikut ini adalah sebagian ucapan salaf yang menunjukkan bolehnya berdzikir di jamban apabila diperlukan.
Manshur bin Mu’tamir rahimahullah mengtakan,
Manshur bin Mu’tamir rahimahullah mengtakan,
ŁŲ³Ų£ŁŲŖŁ Ų¹Ł Ų§ŁŲ±Ų¬Ł ŁŲ¹Ų·Ų³ Ų¹ŁŁ Ų§ŁŲ®ŁŲ§Ų” ŁŲ§Ł ŁŲŁ
ŲÆ Ų§ŁŁŁ ŁŲ„ŁŁŲ§ ŲŖŲµŲ¹ŲÆ
“Dan aku bertanya kepada Ibrahim (An-Nakha’iy) tentang seseorang yang bersin ketika buang air?” Beliau menjawab, ‘Hendaknya dia memuji Allah (yaitu mengucapkan Alhamdulillah) karena tahmid itu akan naik’.” (Dikeluarkan oleh Abdurrazzaq di dalam Al-Mushannaf 2:455 no.4063, dengan sanad yang shahih, dan juga Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf 1:210 no.1233)
Dari Sya’bi rahimahullahu, beliau ditanya tentang seseorang yang bersin di jamban, maka beliau berkata: ŁŲŁ
ŲÆ Ų§ŁŁŁ
“Hendaklah dia memuji Allah”. (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf 1/210 no:1232, dengan sanad yang shahih)
Dari Muhammad bin Sirin rahimahullahu beliau berkata
“Hendaklah dia memuji Allah”. (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf 1/210 no:1232, dengan sanad yang shahih)
Dari Muhammad bin Sirin rahimahullahu beliau berkata
ŁŲ§ Ų£Ų¹ŁŁ
ŲØŲ£Ų³Ų§ ŲØŲ°ŁŲ± Ų§ŁŁŁ
“Aku tidak memandang adanya masalah dalam dzikrullah (di jamban).” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf 1/210 no:1235, dengan sanad yang shahih)
Dan inilah yang difatwakan oleh sebagian ulama kita, Syaikh Abdul Aziz bin Bazrahimahullah berkata,
ŁŲ§ ŲØŲ£Ų³ Ų£Ł ŁŲŖŁŲ¶Ų£ ŲÆŲ§Ų®Ł Ų§ŁŲŁ
Ų§Ł
Ų„Ų°Ų§ ŲÆŲ¹ŲŖ Ų§ŁŲŲ§Ų¬Ų© Ų„ŁŁ Ų°ŁŁ ، ŁŁŲ³Ł
Ł Ų¹ŁŲÆ Ų£ŁŁ Ų§ŁŁŲ¶ŁŲ” ، ŁŁŁŁ : (ŲØŲ³Ł
Ų§ŁŁŁ) ŁŲ£Ł Ų§ŁŲŖŲ³Ł
ŁŲ© ŁŲ§Ų¬ŲØŲ© Ų¹ŁŲÆ ŲØŲ¹Ų¶ Ų£ŁŁ Ų§ŁŲ¹ŁŁ
، ŁŁ
ŲŖŲ£ŁŲÆŲ© Ų¹ŁŲÆ Ų§ŁŲ£ŁŲ«Ų± ، ŁŁŲ£ŲŖŁ ŲØŁŲ§ ŁŲŖŲ²ŁŁ Ų§ŁŁŲ±Ų§ŁŲ© ŁŲ£Ł Ų§ŁŁŲ±Ų§ŁŲ© ŲŖŲ²ŁŁ Ų¹ŁŲÆ Ų§ŁŲŲ§Ų¬Ų© Ų„ŁŁ Ų§ŁŲŖŲ³Ł
ŁŲ© ، ŁŲ§ŁŲ„ŁŲ³Ų§Ł Ł
Ų£Ł
ŁŲ± ŲØŲ§ŁŲŖŲ³Ł
ŁŲ© Ų¹ŁŲÆ Ų£ŁŁ Ų§ŁŁŲ¶ŁŲ” ، ŁŁŲ³Ł
Ł ŁŁŁŁ
Ł ŁŲ¶ŁŲ¤Ł
“Tidak mengapa berwudhu di dalam kamar kecil apabila memang diperlukan, dan mengucap tasmiyah di awal wudhu seraya mengucapkan “Bismillah” karenatasmiyyah wajib menurut sebagian ulama, dan dikuatkan menurut sebagian besar ulama. Oleh karena itu, hendaknya seseorang mengucapkan tasmiyyah ini yang hilang kemakruhannya karena dibutuhkan mengucapkannya. Seseorang diperintah untuk tasmiyyah di awal wudhu, maka hendaknya dia bertasmiyyah dan menyempurnakan wudhunya.” (Majmu Fataawa Syeikh Abdul Aziz bin Baz, 10:28)
Dalam Fatawa Al-Lajnah Ad-Daaimah:
ŁŁŲ±Ł Ų£Ł ŁŲ°ŁŲ± Ų§ŁŁŁ ŲŖŲ¹Ų§ŁŁ ŁŲ·ŁŲ§ً ŲÆŲ§Ų®Ł Ų§ŁŲŁ
Ų§Ł
Ų§ŁŲ°Ł ŲŖŁŲ¶Ł ŁŁŁ Ų§ŁŲŲ§Ų¬Ų© ŲŖŁŲ²ŁŁŲ§ً ŁŲ§Ų³Ł
Ł ŁŲ§ŲŲŖŲ±Ų§Ł
Ų§ً ŁŁ ŁŁŁ ŲŖŲ“Ų±Ų¹ ŁŁ Ų§ŁŲŖŲ³Ł
ŁŲ© Ų¹ŁŲÆ ŲØŲÆŲ” Ų§ŁŁŲ¶ŁŲ” ŁŲ£ŁŁŲ§ ŁŲ§Ų¬ŲØŲ© Ł
Ų¹ Ų§ŁŲ°ŁŲ± Ų¹ŁŲÆ Ų¬Ł
Ų¹ Ł
Ł Ų£ŁŁ Ų§ŁŲ¹ŁŁ
“Dimakruhkan dzikrullah dengan lisan di dalam jamban yang digunakan untuk buang hajat, sebagai penyucian dan penghormatan terhadap nama Allah, akan tetapi disyariatkan tasmiyyah (membaca: bismillah) ketika di awal wudhu karena ini wajib ketika ketika ingat menurut sebagian ulama.” (Fataawaa Al-Lajnah Ad-Daimah, 5:94)
Melirihkan Dzikir Di Kamar Mandi
Perlu diketahui bahwasanya di antara adab berdzikir di kamar mandi/wc/jamban adalah memelankan suara dzikir.
Dari Al-Hasan Al-Bashry rahimahullah beliau berkata tentang seseorang yang bersin di dalam jamban:
Dari Al-Hasan Al-Bashry rahimahullah beliau berkata tentang seseorang yang bersin di dalam jamban:
ŁŲŁ
ŲÆ Ų§ŁŁŁ ŁŁ ŁŁŲ³Ł
“Hendaknya dia memuji Allah dengan di dalam dirinya (yaitu pelan).” (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf, 1:210 no.1234, dengan sanad yang shahih)
Hushain bin Abdurrahman rahimahullahu berkata,
Ų§ŁŲŖŁŁŁŲ§ Ų„ŁŁ Ų§ŁŲ“Ų¹ŲØŁ ŁŁŁ Ł
ŲŗŲ¶ŲØ، ŁŁŁŁ ŁŁ: Ł
Ų§ ŁŁ ŁŲ§ Ų£ŲØŲ§ Ų¹Ł
Ų±Ł ؟ ŁŁŲ§Ł : Ų„Ł ŁŲ°Ų§ Ų§ŁŁ
Ų§Ų±Ł ، ŁŲ¹ŁŁ ŲÆŲ§ŁŲÆ ŲØŁ ŁŲ²ŁŲÆ Ų§ŁŲ£ŁŲÆŁ، Ų³Ų£ŁŁŁ Ų¹Ł Ų§ŁŲ±Ų¬Ł ŁŲ¹Ų·Ų³ ŁŁ Ų§ŁŲ®ŁŲ§Ų”، ŁŁŲŖ : ŁŁ
Ų§ ŲŖŁŁŁ ŁŲ§ Ų£ŲØŲ§ Ų¹Ł
Ų±Ł ؟ ŁŲ§Ł : ŁŲŁ
ŲÆ Ų§ŁŁŁ ŁŁ ŁŁŲ³Ł
“Kami mendatangi Asy-Sya’by sedangkan beliau dalam keadaan marah, maka beliau ditanya, “Ada apa wahai Abu ‘Amr?”
Beliau berkata, “Sesungguhnya orang yang maariq ini –maksudnya Dawud bin Yazid Al-Audy-, telah bertanya kepadaku tentang seseorang yang bersin di tempat buang hajat. Aku berkata, “Lalu apa yang kamu katakan wahai Abu ‘Amr?”
Beliau menjawab, “Hendaklah dia memuji Allah di dalam dirinya ( yaitu dengan pelan).” (Dikeluarkan oleh Al-’Uqaily dalam Adh-Dhu’afa, 2:391, dengan sanad yang shahih)
Beliau berkata, “Sesungguhnya orang yang maariq ini –maksudnya Dawud bin Yazid Al-Audy-, telah bertanya kepadaku tentang seseorang yang bersin di tempat buang hajat. Aku berkata, “Lalu apa yang kamu katakan wahai Abu ‘Amr?”
Beliau menjawab, “Hendaklah dia memuji Allah di dalam dirinya ( yaitu dengan pelan).” (Dikeluarkan oleh Al-’Uqaily dalam Adh-Dhu’afa, 2:391, dengan sanad yang shahih)
Perkataan mereka
ŁŲŁ
ŲÆ Ų§ŁŁŁ ŁŁ ŁŁŲ³Ł
(Memuji Allah di dalam dirinya) ada dua kemungkinan, memuji Allah di dalam hati atau memuji Allah dengan lisan secara pelan, sebagaimana dijelaskan Syaikhul Islam dalam Al-Fatawa Al-Kubra, 5:301.
Makna eksplisit dari atsar sebagian salaf di atas –wallahu a’lam- adalah berdzikir dengan lisan bukan hanya dengan hatinya.
Akhir kata, tentunya lebih baik apabila seseorang di dalam rumahnya memiliki tempat wudhu khusus yang berada di luar kamar mandi/jamban/wc.
Wallahu a’lam.
Akhir kata, tentunya lebih baik apabila seseorang di dalam rumahnya memiliki tempat wudhu khusus yang berada di luar kamar mandi/jamban/wc.
Wallahu a’lam.
Jawaban Ust. Abdullah Roy, Lc.
Artikel www.KonsultasiSyariah.com
0 comments:
Post a Comment