Ya Allah
Alhamdulillah hamba-Mu ini Engkau anugrahkan sedikit kecerdasan
Kecerdasan untuk mempelajari ilmu agama-Mu
Ilmu untuk memperjuangkan agama-Mu
Karena hamba peduli terhadap agama-Mu
Yang kelak semoga Engkau peduli terhadap hamba-Mu
Di mana kelak saat itu,
يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ
hari dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya
Di mana saat itu kekasih-Mu saja meminta perlindungan,
يَتَعَوَّذُ بِاللهِ مِنْ ضِيقِ الْمَقَامِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كان رسول الله
“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa meminta perlindungan kepada Allah dari kesempitan-kesempitan [di mahsyar] pada hari kiamat.” [1]
Ya Allah
Hamba sudah merasakan nikmatnya ilmu
Nikmatnya ketenangan ketika menghadiri majelis ilmu
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ الل
هِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ
وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ
“Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu dari rumah-rumah Allah yang mereka membaca Kitabullah dan saling mengajarkannya di antara mereka, kecuali akanturun kepada mereka ketenangan, diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka kepada siapa saja yang ada di sisi-Nya.”[2]
Ya Allah
Hamba sudah merasakan nikmatnya ilmu
Nikmat terangkatnya derajat dan mendapat kedudukan ilmu
Karena janji-Mu yang pasti,
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَتٍۗ
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”[3]
Ya Allah
Hamba sudah merasakan nikmatnya ilmu
Nikmat menelaah dan membahas ilmu kemudian hamba paham
Karena kabar gembira dari-Mu
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya niscaya Allah akan menjadikannya paham dalam agama.”[4]
Akan tetapi, ya Allah
Hamba belum merasakan nikmatnya ibadah
Nikmatnya ibadah shalat sebagai tiang agama
Padahal ilmu fikih shalat cukup terpahami
Ya Allah
Hamba ingin merasakan nikmatnya shalat
Nikmatnya shalat sebagai waktu beristirahat dari segala penat dunia
Sebagaimana teladan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
قُمْ يَا بِلَالُ فَأَرِحْنَا بِالصَّلَاةِ
“Berdirilah wahai Bilal (lantunkanlah adzan), istirahatkanlah kami dengan shalat.”[5]
Akan tetapi ketika shalat
Hamba malah sibuk memikirkan dunia
Ya Allah
Hamba ingin merasakan nikmatnya shalat
Nikmat ketenangan dan dekat dengan-Mu ketika shalat
Sebagaimana Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ
Shalat pun dijadikan penyejuk mata bagiku [ketenangan].”[6]
أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُواالدُّعَاءَ
“Yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah do’a ketika itu.”[7]
Akan tetapi ketika shalat
Hamba merasa tidak tenang dan dikejar-kejar urusan dunia
Merasa jauh dari-Mu
Ya Allah
Hamba ingin merasakan nikmatnya shalat
Nikmatnya mendapat solusi berbagai permasalahan dengan shalat
Karena petunjuk-Mu yang pasti benar,
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu”[8]
dan teladan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
كان النبي صلى الله عليه و سلم إذا حزبه أمر صلى
“jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertimpa suatu perkara yang berat maka beliau melakukan shalat“[9]
Akan tetapi ketika menghadapi permasalahan
Hamba langsung mengadu kepada manusia yang tidak bisa membantu
Ya Allah
Hamba ingin merasakan nikmatnya shalat
Nikmatnya segera menyambut shalat dan kemenangan
Segera menggapai shaf terdepan
Sebagaimana Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِى النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا
إِلاَّ أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِى التَّهْجِيرِ لاَسْتَبَقُوا إِلَيْهِ
“Jikalau orang-orang mengetahui apa yang ada di dalam mengumandangkan adzan dan shaf pertama (berupa pahala), kemudian mereka tidak mendapatkan (orang yang berhak atas itu) kecuali mereka berundi atasnya, maka niscaya mereka berundi, dan jikalau mereka mengetahui apa yang ada di dalam bersegera pergi ke masjid (berupa pahala), maka mereka niscaya akan berlomba-lomba kepadanya”[10]
Akan tetapi ketika adzan berkumandang
Hamba sering menunda-nunda berangkat ke masjid
Sering terlambat dan menjadi makmum masbuk
Ya Allah, Hamba hanya bisa tercengang bisu
Membaca kisah nyata,
“ketika ada seorang sahabat Anshar yang shalat pada malam hari lantas kakinya terkena tiga anak panah musuh sehingga mengalir darah dan dia tetap ruku dan sujud melanjutkan shalatnya”[11]
Sangat khusyu’ dan menikmati shalatnya
Sampai tidak terasa sakit tertusuk panah
Ya Allah
Apakah mengapa ilmu hamba tidak membuat nikmat beribadah kepada-Mu?
Apakah ilmu hamba sekedar wawasan?
Apakah ilmu hamba tidak berpondasikan ikhlas?
Hamba hanya tertegun diam membaca perkataan Ibnul Qayyim rahimahullah
كُلُّ عِلْمٍ وَعَمَلٍ لاَ يَزِيْدُ الإِيمَانَ واليَقِيْنَ قُوَّةً فَمَدْخُوْلٌ،
وَكُلُّ إِيمَانٍ لاَ يَبْعَثُ عَلَى الْعَمَلِ فَمَدْخُوْلٌ
Setiap ilmu dan amal yang tidak menambah kekuatan dalam keimanan dan keyakinan maka telah termasuki (terkontaminasi), dan setiap iman yang tidak mendorong untuk beramal maka telah termasuki (tercoreng)[12]
Apakah ilmu hamba sudah terkontaminasi dengan dunia?
Apakah amal hamba sudah tercoreng?
Ya Allah
Semoga ilmu hamaba selalu menjadi hujjah yang membela
Bukan hujjah yang menyerang kembali
القُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ
Al-Quran akan menjadi hujjah (yang akan membela) engkau atau akan menjadi bumerang yang akan menyerangmu.[13]
Ya Allah
Hamba ingin merasakan nikmat dan lezatnya
Beribadah dan menjadi hamba-Mu
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik’ (Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu).”[14]
Disempurnakan di Lombok, pulau seribu masjid
30 Muharram 1433 H, Bertepatan 25 Desember 2011
Penyusun: Raehanul Bahraen
artikel http://muslimafiyah.com
[1] HR. Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al-Albani
[2] HR. Muslim dalam Shahih-nya
[3] Al-Mujadilah: 11
[4] Bukhari (no. 71, 3116, 7312), Muslim (no. 1037), Ahmad (IV/92, 95, 96), Ibnu ‘Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil ‘Ilmi (I/122-123, no. 84), dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu’anhu
[5] H.R. Abu Dawud (V/165 no. 4986) dan dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani.
[6] HR. An Nasai no. 3939, dari Anas bin Malik. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Lihat Al Misykah no. 5261 dan Shahih Al Jaami’ Ash Shogir no. 3124.
[7] HR. Muslim no. 482, dari Abu Hurairah
[8] Al Baqarah: 45
[9] HR. Abu Dawud nomor 1319, dihasankan oleh Al-Albani
[10] HR. Bukhari dan Muslim.
[11]Lihat shahih Abu Dawud no 193 dan tamamul minnah hal 51
[12] Al-Fawaid Ibnul Qayyim hal. 98, Maktabah Ats-Tsiqafi, Koiro
[13] HR Muslim no 223
[14] HR. Abu Dawud, disahihkan Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Abi Dawudno. 1522
0 comments:
Post a Comment