Sebagian orang menyangka, kehidupan di dunia hanyalah sekedar menghabiskan waktu hidup saja. Lahir, kecil, dewasa, tua, dan akhirnya mati untuk meninggalkan dunia. Mereka habiskan waktu hanya dengan makan, minum, tidur, bersenang-senang, dan perkara yang sia-sia. Mereka menganggap tidak ada tujuan dari penciptaan manusia di dunia ini. Ini jelas merupakan kekeliruan yang sangat nyata. Bertentangan dengan akal dan naluri manusia. Dan yang jelas, bertentangan dengan hikmah perbuatan Allah subhanahu wa ta’ala. Penciptaan manusia bukan hanya sekedar permainan dan sia-sia, namun ada hikmah besar yang terkandung di dalamnya.
Manusia Tidak Dibiarkan Begitu Saja
Tidak ada yang sia-sia dalam perbuatan Allah. Termasuk ketika Dia menciptakan kita semua. Tidak sebagaimana anggapan sebagian orang yang terlena dengan fitnah dunia. Allah Ta’ala berfirman :
أَيَحْسَبُ الْإِنسَانُ أَن يُتْرَكَ سُدًى
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan sia-sia begitu saja?“ (Al Qiyamah:36)
Berikut penjelasan para ulama tafsir tentang ayat di atas. Syaikh Abdurrahman As Sa’di rahimahullahmenjelaskan : maksudnya (mereka mengira) tidak diperintah dan tidak dilarang, tidak diberi pahala dan tidak disiksa. Ini merupakan persangkaan yang batil dan menyangka bahwa Allah tidak (mencipta) sesuai dengan hikmah. (Taisir Karimir Rahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah)
Syaikh Abu Bakar Al Jazaairy rahimahullah menjelaskan : maksudnya (mereka mengira) dibiarkan begitu saja sia-sia tanpa diberi beban syariat di dunia dan tidak dihisab dan diberi balasan di akherat.( Aysarut Tafasir, Syaikh Abu Bakar Al Jazaairy rahimahullah)
As Sadi rahimahullah menjelaskan : maksudnya (mereka mengira) manusia tidak akan dibangkitkan. Mujahid, Syafi’i, dan Abdurrahman bin Zaid bin Aslam rahimahumullah menjelaskan : maksudnya (mereka mengira) manusia tidak diperintah dan tidak dilarang. Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyimpulkan dari pendapat-pendapat tersebut : Ayat ini mencakup dua keadaan (di dunia dan di akherat). Manusia tidak dibiarkan sia-sia di dunia dengan tidak diperintah dan tidak dilarang. Begitu pula mereka tidak dibiarkan sia-sia di alam kubur. Mereka diberi perintah dan larangan di dunia, dan mereka dikumpulkan (dan dibangkitkan) di hadapan Allah di hari akherat. Yang dimaksud dalam ayat ini penetapan adanya janji Allah sekaligus bantahan bagi orang-orang menyimpang, orang – orang yang bodoh, seta para penentang yang mengingkari hal-hal tersebut.( Tafsir Al Quran Al Adzhim, Imam Ibnu Katsir rahimahullah)
Dalam ayat lain Allah Ta’ala juga berfirman :
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Al Mukminun:115).
Ibadah Tujuan Kita
Pembaca rahimakumullah, sudah jelas bagi kita bahwa bukan merupakan kesia-siaan ketika Allah Ta’alamenciptakan kita. Lalu apa tujuannya? Tujuan Allah menciptkan kita adalah untuk beribadah kepada-Nya semata, yakni dengan mentauhidkan-Nya. Hal ini Allah Ta’ala tegaskan dalam firman-Nya :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”(Adz Dzariyat:56)
Bahkan dengan sebab tauhid inilah Allah menciptakan seluruh makhluk, menyediakan surga dan neraka, Allah menurunkan kitab-kitab-Nya, dan mengutus para rasul ‘alaihimus sallam. Allah menciptakan jin dan manusia serta memerintahkannya untuk bertauhid kepada-Nya. Allah menjanjikan surga bagi yang merealisasikan tauhid, dan mengancam dengan neraka bagi yang menyelisihi jalan tauhid. Dan Allah mengutus seluruh para nabi dan rasul untuk menjelaskan tauhid.
Kewajiban Taat kepada Rasul
Bakti bahwa Allah tidak menciptakan manusia sia-sia, Allah mengutus rasul di tengah-tengah mereka untuk memberikan petunjuk. Kewajiban manusia untuk taat kepada rasul yang di utus kepada mereka. Barangsiapa yang mentaati rasul tersebut akan masuk surga, karena ketaatan kepada rasul merupakan bentuk ketaatan kepada Allah. Allah Ta’ala berfirman :
وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيم
“Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.” (An Nisaa’:13).
Makhluk yang paling mulia, paling tinggi kedudukannya, dan paling dekat di sisi Allah adalah yang paling sempurna penghambaanya kepada Allah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan : “ Orang yang sempurna (adalah) yang sempurna dalam ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya secara lahir dan batin”. Tujuan dari pengutusan rasul adalah agar manusia mentaati mereka dan mengikuti syariat yang mereka bawa dari sisa Allah Ta’ala”.( Dinukil dari Taisiirul Wushuul Syarh Tsalatsatil Ushul 32, Syaikh Abdul Muhsin al Qosim rahimahullah)
Jalan Menuju Surga
Setelah jelas bagi kita, adanya jalan menuju surga dan juga jalan kebinasaan di neraka, seorang yang berakal tentunya akan memilih jalan keselamatan. Tidak ada jalan yang dapat menyelamatkan kita dan mengantarkan kita ke surga kecuali dengan mengikuti perintah Allah dan rasul-Nya. Syarat mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar. Syarat yang mudah bagi orang-orang yang menyadarinya. Namun sayangnya, masih ada saja orang yang enggan menempuhnya. Dijelaskan dalam sabda Nabi yang mulia shalallahu ‘alahi wa sallam :
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى.. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ : مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
“ Seluruh umatku akan masuk surga, kecuali orang yang enggan. Para sahabat kemudian bertanya: “ Ya Rasulullah, siapkah orang yang enggan itu?” Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang mentaatiku akan masuk surga, barangsiapa yang mendurhakaiku mereka itulah orang-orang yang enggan masuk surga” (H.R. Bukhari)
Jangan Durhaka!
Orang-orang yang mendurhakai rasul yang ditus kepadanya, akan mendapat siksa di neraka. Allah Ta’alaberfirman :
وَمَن يَعْصِ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَاراً خَالِداً فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُّهِينٌ
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan” (An Nisaa’: 14)
Allah Ta’ala mencontohkan di dalam Al Quran tentang orang yang durhaka kepada rasul yang diutus kepadanya, yaitu Fir’aun yang durhaka kepada Nabi Musa ‘alaihis salaam. Akibat perbuatannya tersebut, Fir’aun akan mendapat siksa. Allah Ta’ala berfirman :
فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذاً وَبِيلاً} [المزمل:16].
“Maka Fir’aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.” (Al Muzamil:16)
Siksaan yang dialami Fir’aun terjadi di dunia, di alam kubur, dan di akhirat. Siksaan di dunia yaitu ditenggelamkan di lautan. Kemudian setelah itu siksa yang dialami di alam kubur sampai tegaknya hari kiamat. Kemudian terakhir adalah adzab neraka di akherat . Allah Ta’ala berfirman :
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوّاً وَعَشِيّاً وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang , dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras” (Al Mu’min:46)
Siksaan yang dialami Fir’aun disebabkan karena kedurhakaannya terhadap rasul yang diutus kepadanya, yaitu Musa ‘alaihis sallam. Maka barangsiapa yang mendurhkai rasul yang diutus kepadanya terancam akan mendapat siksa sebagaimana yang dialami oleh Fir’aun. Oleh karena itu wajib bagi seseorang untuk taat kepada rasul yang diutus kepadanya. Kewajiban kita adalah taat kepada rasul yang diutus kepada kita, yaitu Muhammad shallallahu ‘alihi wa sallam.
Hendaknya umat Muhammad merasa khawatir jika mereka mendurhakai rasulnya. Mereka akan mendapat hukuman seperti yang dialami Fir’aun yang mendapat hukuman yang berat dari Allah Ta’ala. Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan : “ Kalian (umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) lebih pantas untuk celaka jika kalian mendurhakai rasul kalian (daripada yang dialami Fir’aun), karena rasul kalian lebih mulia dan lebih utama daripada Musa bin Imran ‘alaihis sallam”. (Dinukil dari Taisiirul Wushuul Syarh Tsalatsatil Ushul 33)
Semoga kita kembali tersadar dengan hikmah tujuan penciptaan kita. Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad.
Penulis: Adika Mianoki
Artikel www.muslim.or.id
0 comments:
Post a Comment