Di Mekkah, di samping Baitullah, pada tanggal 26 Al Muharram 1433H/21 Desember 2011H, diselenggarakan Musabaqah Hifzh wa Tafsir Al Quran (Lomba Hafalan dan Tafsir Al Quran). Mungkin ada yang berbagi informasi, adakah kita atau keluarga atau kerabat kita yang ikut musabaqah ini?
Kalau ada yang mengikutinya, alhamdulillah, semoga dia yang ikut musabaqah ini diberikan kemudahan dan yang terbaik dari Allah Ta'ala.
Sungguh dia-lah yang pantas disebut orang-orang yang terbaik, karena kategori orang terbaik, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
عن عثمان بن عفان -رضي الله عنه-، قَالَ : قَالَ رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: ((خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ))
Artinya: "Dari Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu, beliau menuturkan: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya." (HR. Bukhari).
Sungguh inilah sebuah kesuksesan hakiki, di saat manusia memahami arti kesuksesan dengan pangkat yang tinggi, harta yang banyak, rumah yang mewah, menjadi publik figur duniawi, sukses dalam karir duniawi, sekolah tinggi di luar negeri, terkenal di mana-mana, tapi tidak dikenal oleh Allah Ta'ala sebagai hamba yang bertakwa.
Allah Ta'ala berfirman:
{كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ} [آل عمران: 185]
Artinya: "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (QS. Ali Imran: 185)
Maka, rumus hidup sukses adalah "barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung".
Perhatikan contoh nyata yang pernah ada di muka bumi ini!
Abu Lahab = orang tidak sukses, karena dinyatakan masuk neraka bahkan sebelum dia meninggal, sebagaimana yang disebutkan di dalam Al-Quran, padahal dia orang kaya, terkenal dan mempunyai kedudukan yang tinggi di masyarakat.
{تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ (1) مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ (2) سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (3) وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ (4) فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ (5)} [المسد: 1 - 5]
Artinya: “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.” (QS. Al Masad: 1-5).
Ketidak suksesan Abu Lahab dapat dilihat dari beberapa poin:
Pertama, dinyatakan sebagai orang yang penuh kerugian dan kehancuran. Berkata Ibnu Katsirrahimahullah:
فقوله تعالى: { تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ} أي: خسرت وخابت، وضل عمله وسعيه، {وَتَبَّ} أي: وقد تب تحقق خسارته وهلاكه.
“Firman Allah Ta’ala: {تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ} (Binasalah kedua tangan Abu Lahab), maksudnya adalah kedua tangannya rugi dan malang, perbuatan dan usahanya sia-sia, dan Firman Allah Ta’ala {وَتَبَّ} (dan sesungguhnya dia akan binasa), maksudnya adalah benar-benar terjadi kerugian dan kebinasaanya.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir rahimahullah)
Kedua, Harta dan anaknya tidak bisa menolongnya. Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:
وقوله: { مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ } قال ابن عباس وغيره: { وَمَا كَسَبَ } يعني: ولده. وَرُوي عن عائشة، ومجاهد، وعطاء، والحسن، وابن سيرين، مثله.
“Firman Allah Ta’ala: { مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ }, berkata Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dan lainnya: “{ وَمَا كَسَبَ } maknanya adalah: anaknya”. Makna seperti ini juga diriwayatkan dari Aisyahradhiyallahu ‘anha, Mujahid, ‘Atha, al Hasan dan Ibnu Sirin rahimahumullah.
وذكر عن ابن مسعود أن رسول الله صلى الله عليه وسلم لما دعا قومه إلى الإيمان، قال أبو لهب: إذا كان ما يقول ابن أخي حقا، فإني أفتدي نفسي يوم القيامة من العذاب بمالي وولدي، فأنزل الله: { مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ } .
Disebutkan riwayat dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika mendakwahi kaumnya kepada keimanan, Abu Lahab berkata: “Jika yang dikatakan keponokanku itu benar, maka sungguh menebus diriku dengan harta dan anakku, pada hari kiamat agar terlepas dari siksa, maka Allah Ta’ala menurunkan ayat: { مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ }.
Ketiga, Disiksa di dalam neraka, bahkan sudah dinyatakan sebagai penghuni neraka ketika dia masih berjalan di atas muka bumi. Karena surat ini diturunkan ketika dia masih hidup.
Sungguh menyedihkan…. Kita berlindung kepada Allah Ta’ala dari kegagalan dan ketidaksuksesan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:
وقوله: { سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ } أي: ذات شرر ولهيب وإحراق شديد
“Firman Allah { سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ } yaitu, api yang mempunyai percikan bunga api dan gejolak dan panas yang sangat membakar.”
Keempat, Orang yang menyiksanya di neraka adalah istrinya sendiri. Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:
{وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ} وكانت زوجته من سادات نساء قريش، وهي: أم جميل، واسمها أروى بنتُ حرب بن أمية، وهي أخت أبي سفيان. وكانت عونًا لزوجها على كفره وجحوده وعناده؛ فلهذا تكون يوم القيامة عَونًا عليه في عذابه في نار جهنم. ولهذا قال: {حَمَّالَةَ الْحَطَبِ فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ} يعني: تحمل الحطب فتلقي على زوجها، ليزداد على ما هو فيه، وهي مُهَيَّأة لذلك مستعدة له
Firman Allah: { وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ } dan istrinya adalah seorang wanita terkemuka dari perempuan-perempuan Quraisy, dia dipanggil Ummu Jamil, dan namanya: Arwa bintu Harb bin Umayyah, dan dia adalah saudari Abu Sufyan. Dia adalah seorang yang bersekongkol dengan suaminya atas kekafiran, pengingkaran dan kecongkakan suaminya, oleh sebab inilah pada hari kiamat, dia akan menjadi penolongnya di dalam penyiksaannya di dalam neraka Jahannam. Oleh sebab inilah Allah Ta’ala berfirman: { حَمَّالَةَ الْحَطَبِ فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ } maksudnya yaitu dia akan membawa kayu bakar yang akan dia lemparkan kepada suaminya, agar bertambah siksa yang dirasakan suaminya. Istrinya ini (opada hari kiamat) disediakan dan disiapkan untuk itu.
Kawan pembaca…. sungguh kehinaan yang sangat hina!!!
Faedah Emas sangat berarti dari Ibnu Katsir rahimahullah, beliau berkata:
من أحب شيئا وقدمه على طاعة الله، عذب به. وهؤلاء لما كان جمع هذه الأموال آثر عندهم من رضا الله عنهم، عذبوا بها، كما كان أبو لهب، لعنه الله، جاهدًا في عداوة الرسول، صلوات الله وسلامه عليه وامرأته تعينه في ذلك، كانت يوم القيامة عونًا على عذابه أيضا { فِي جِيدِهَا } أي: عنقها { حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ } [المسد: 5] أي: تجمع من الحطب في النار وتلقي عليه، ليكون ذلك أبلغ في عذابه ممن هو أشفق عليه -كان -في الدنيا،
Artinya: “Siapa yang mencintai sesuatu dan mendahulukannya di atas ketaatan kepada Allah, maka Allah akan menyiksa dengan yang dia cintai tersebut. Mereka yang mengumpulkan harta ini dan lebih mendahulukan diri mereka daripada mendapat kerelaan dari Allah atas mereka, maka mereka (yang tidak mengeluarkan zakat) akan disiksa dengannya. Sebagaimana Abu Lahab, semoga Allah melaknatnya, dia berjuang untuk memusuhi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan istrinya menolongnya di dalam perihal itu, maka pada hari kiamat istrinya juga merupakan penolong atas siksanya, Allah berfirman: { فِي جِيدِهَا } maksudnya adalah di leher (istri)nya ada { حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ } maksudnya adalah istrinya akan mengumpulkan kayu bakar di dalam neraka dan melemparkan padanya agar hal tersebut lebih pedih siksanya, karena disiksa oleh orang yang paling menyayanginya ketika di dunia.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, Surat At Taubah Ayat 35).
Kebalikannya…
Bilal bin Rabah radhiyallahu ‘anhu = orang sukses karena dinyatakan masuk surga oleh Rasulullahshallallahu 'alaihi wassalam padahal beliau mantan budak. Bahkan suara terompahnya didengar oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di depan beliau di dalam surga. Allahu Akbar!!!
عن أَبِى بُرَيْدَةُ قَالَ أَصْبَحَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَدَعَا بِلاَلاً فَقَالَ « يَا بِلاَلُ بِمَ سَبَقْتَنِى إِلَى الْجَنَّةِ مَا دَخَلْتُ الْجَنَّةَ قَطُّ إِلاَّ سَمِعْتُ خَشْخَشَتَكَ أَمَامِى دَخَلْتُ الْبَارِحَةَ الْجَنَّةَ فَسَمِعْتُ خَشْخَشَتَكَ أَمَامِى فَأَتَيْتُ عَلَى قَصْرٍ مُرَبَّعٍ مُشَرَّفٍ مِنْ ذَهَبٍ فَقُلْتُ لِمَنْ هَذَا الْقَصْرُ فَقَالُوا لِرَجُلٍ مِنَ الْعَرَبِ فَقُلْتُ أَنَا عَرَبِىٌّ لِمَنْ هَذَا الْقَصْرُ قَالُوا لِرَجُلٍ مِنْ قُرَيْشٍ قُلْتُ أَنَا قُرَشِىٌّ لِمَنْ هَذَا الْقَصْرُ قَالُوا لِرَجُلٍ مِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ قُلْتُ أَنَا مُحَمَّدٌ لِمَنْ هَذَا الْقَصْرُ قَالُوا لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ ». فَقَالَ بِلاَلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَذَّنْتُ قَطُّ إِلاَّ صَلَّيْتُ رَكْعَتَيْنِ وَمَا أَصَابَنِى حَدَثٌ قَطُّ إِلاَّ تَوَضَّأْتُ عِنْدَهَا وَرَأَيْتُ أَنَّ لِلَّهِ عَلَىَّ رَكْعَتَيْنِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «بِهِمَا»
Artinya: “Abu Burdah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Suatu pagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanggil Bilal, beliau bersabda: “Wahai Bilal, dengan apa engkau mendahuluiku ke dalam surga, tidaklah aku masuk surga melainkan aku mendengar suara terompahmu di depanku,tadi malam aku telah masuk ke dalam surga, aku mendengar suar terompahku di depanku, lalu akau mendatangi sebuah istana persegi empat yng tinggi dari emas, aku bertanya: “Milik siapa ini?”, mereka menjawab: “Milik seorang lelaki dari kaum Arab”, aku berkata: “Aku orang Arab, milik siapakah istana ini?”, mereka berkata: “milik seorang lelaki dari kaum Quraisy”, aku berkata: “Aku orang Quraisy, milik siapakah istana ini?”, mereka menjawab: “Milik seseorang dari umat Muhammad”, aku berkata: “Aku Muhammad, milik siapakah istana ini?”, mereka menjawab: “Milik Umar bin Khaththab”. Bilal pun menjawab: “Wahai Rasulullah, tidak pernah aku mengumandangkan adzan melainkan shalat dua rakaat (setelahnya) dan tidaklah aku berhadats melainkan aku berwudhu pada waktu itu dan aku melihat bahwa Allah memiliki dua rakaat yang harus aku kerjakan setelahnya.” (HR. Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 7894).
Apakah Anda Orang yang Sukses? Suksesnya Abu Lahab-kah atau suksesnya Bilal radhiyallahu ‘anhu? Wallahu a'lam.
*) Ditulis Ahmad Zainuddin
Kamis, 27 Al Muharram 1433H Dammam KSA
Kamis, 27 Al Muharram 1433H Dammam KSA
0 comments:
Post a Comment