Allah berfirman,
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
“Katakanlah, ‘Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian’.” (Aali ‘Imraan:31)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa kalau kita mengaku cinta kepada Allah, maka kita harus mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yaitu mengikuti sunnah-sunnah beliau. Tidak ada artinya sama sekali kalau seseorang mengaku-aku cinta kepada Allah akan tetapi amalannya tidak mengikuti Rasulullah bahkan dia beramal dengan berbagai kebid’ahan bahkan kesyirikan dan kekufuran, nas`alullaahas salaamah (kita memohon kepada Allah keselamatan).
Betapa banyak orang yang mengaku-aku cinta kepada Allah, akan tetapi Allah tidak mencintainya. Orang-orang yahudi, nashara, orang-orang shufi, para penyembah kuburan, para penyembah ilmu filsafat seperti JIL (Jaringan Iblis La’natullah ‘alaihim) dan golongan-golongan sesat lainnya, apakah Allah mencinta mereka?!?
Sungguh indah perkataan sebagian ‘ulama Salaf, “Sesungguhnya perkara itu bukan bagaimana engkau mencintai akan tetapi bagaimana agar engkau dicintai.”
Sungguh indah perkataan sebagian ‘ulama Salaf, “Sesungguhnya perkara itu bukan bagaimana engkau mencintai akan tetapi bagaimana agar engkau dicintai.”
Memang kita diperintahkan untuk mencintai Allah, akan tetapi jangan sampai hanya sekedar pengakuan belaka tanpa bukti. Bahkan yang paling penting adalah kita harus berusaha supaya Allah mencintai kita.
Untuk mendapatkan kecintaan Allah tentunya kita harus mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yakni mengikuti sunnah-sunnah beliau, sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas.
Untuk mendapatkan kecintaan Allah tentunya kita harus mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yakni mengikuti sunnah-sunnah beliau, sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas.
Dan perlu kita ketahui bahwasanya yang dimaksud sunnah adalah apa-apa yang disandarkan kepada beliau, baik ucapan, perbuatan, taqrir/persetujuan dan sifat beliau. Yang meliputi aqidah, ibadah, akhlak dan mu’amalah. Ada yang sifatnya wajib dan ada yang sunnah/mustahab. Yang wajib berarti harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sedangkan yang sunnah, semaksimal mungkin dilaksanakan.
Bahkan ulama yang lain menyatakan lebih luas lagi, yakni sunnah adalah beramal dengan Al-Kitab dan As-Sunnah, mengikuti Salafush Shalih dan mengikuti atsar.” (Al-Hujjah fii Bayaanil Mahajjah 2/428, diambil dari Ta’zhiimus Sunnah hal.18)
Berkata Al-Imam Al-Barbahariy, “Ketahuilah bahwasanya Islam adalah sunnah dan sunnah adalah Islam, dan tidak akan tegak salah satu dari keduanya kecuali dengan yang lainnya.” (Syarhus Sunnah no.1 hal.65)
Artinya kalau kita melaksanakan sunnah-sunnah beliau secara keseluruhan, maka itulah Islam. Karena tidak ada yang beliau bawa kecuali Islam dan itulah sunnah beliau.
‘A`isyah pernah ditanya, bagaimana akhlaknya Rasulullah, maka dia menjawab, “Akhlaknya adalah Al-Qur`an.” Ini menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam secara sempurna telah melaksanakan semua isi Al-Qur`an. Yang dibawa oleh beliau adalah Al-Qur`an dan As-Sunnah, dan itulah sunnah beliau dan itulah Islam.
Mudah-mudahan kita menjadi orang-orang yang mengikuti dan menghidupkan sunnah-sunnah beliau agar menjadi orang-orang yang dicintai oleh Allah, aamiin.
1 comments:
Aamin... Semoga kita termasuk orang2 yg ada dlm jln yang di Ridloi oleh Allah di dunia dan Akhirat....
Post a Comment