Segala puji yang disertai pengagungan seagung-agungnya hanya milik AllahSubhanahu wa Ta’ala dan perendahan diri kita yang serendah-rendahnyanya hanya kita berikan kepadaNya Robbul ‘Alamin. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam.
Sebuah fenomena yang makin menjamur di tengah-tengah kita, di tengah-tengah sebagian kaum muslimin. Fenomena tersebut adalah maraknya praktek dunia perdukunan dan sihir. Hal ini terutaman terlihat ketika seseorang telah tertimpa musibah semisal sakit yang menahun yang tak kunjung sembuh atau tatkala belum dikarunia Allah keturunan padah telah lama menikah atau ketika seseorang yang telah berumur namun belum menikah. Mereka mendatangi sebagian yang dikatakan orang sebagai paranormal, kiyai sakti yang sering mengobral janji dapat menyembuhkan segala penyakit dan menyelesaikan semua masalah.
Betapa hati ini terasa teriris miris dan pilu melihat betapa banyaknya iklan perdukunan, paranormal, kiyai sakti di surat kabar dan media cetak lainnya. Maka hal ini menunjukkan betapa rendahnya pemahaman tauhid sebagian kaum muslimin di negara kita yang kita cintai ini. Hal ini kami utarakan bukanlah bentuk perendahan pada mereka akan tetapi salah satu bentuk adanya ukhuwah islamiyah yang menginginkan saudara sesama muslim yang lain agar kita tidak terjatuh pada dosa yang paling besar yaitu kemusyrikan yang salah satu penyebabnya adalah sihir, dukun dan yang semisal. Untuk itulah kami goreskan pena ini agar kita paham dan menjauhi paranormal dan yang semisal.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman memberitahukan kepada kita semua apa yang sebenarnya diinginkan oleh kakek buyutnya para tukang sihir, peramal, paranormal dan yang semisal itu denga firmanNya,
وَجَاءَ السَّحَرَةُ فِرْعَوْنَ قَالُوا إِنَّ لَنَا لَأَجْرًا إِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ (113) قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ لَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ 114“Dan beberapa ahli sihir itu datang kepada Fir’aun mengatakan: “(Apakah) sesungguhnya kami benar-benar akan mendapat upah, jika kamilah yang menang (melawan Musa)?” Fir’aun menjawab, “Ya, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku)“. [QS. Al A’rof (7) : 113-114]
Syaikh ‘Abdurrohan bin Nashir As Sa’diy rohimahullah mengatakan ketika menafsirkan ayat ini,
“Maka Fir’aun menjanjikan upah dan kedekatakan (kedudukan yang tinggi di sisi Fir’aun) kepada para tukang sihirnya agar mereka bersungguh-sungguh dan mengerahkan usaha mereka serta kekuatannya untuk mengalahkan Musa ‘Alaihissalam”[1].
Sebelumnya hal yang sama juga dikatakan oleh Al Imam Ibnu Katsir Asy Syafi’i ketika menafsirkan ayat ini,
“Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan tentang persyaratan yang ditetapkan antara Fir’aun dan para tukang sihirnya untuk meminta mereka jika mampu mengalahkan Nabi Musa ‘Alihissalam maka mereka akan diberi balasan apa yang mereka inginkan berupa pemberian (harta) yang sangat banyak dan mengangkat mereka menjadi teman-teman duduk Fir’aun dan orang-orang yang dekat dengannya. Maka ketika Fir’aun dan tukang sihirnya telah mengadakan persetujuan Allah pun melaknatnya”[2].
Syaikh ‘Abdul Muhsin bin Muhammad Al Qosim hafidzahullah yang merupakan Imam dan Khotib Mesjid Nabawiy mengatakan,
“Fir’aun menjanjikan kepada mereka harta dan kedekatan dengannya (alias jabatan- ed.) karena para tukang sihir menyukai harta dan kedudukan”[3].
Maka lihatlah Saudaraku sesama muslim, betapa yang diinginkan oleh tukang sihir, dukun, para normal, kiyai yang katanya sakti mandraguna dan orang-orang yang semisal dengan mereka hanyalah 2 hal yaitu harta dan kedudukan. Sungguh mereka telah berbohong jika mengatakan ingin membantu kita tulus dan seterusnya yang mereka jadikan alasan untuk menarik hati orang-orang yang tidak mendalam pemahamannya tentang masalah tauhid dan syirik.
Mudah-mudahan Allah ‘Azza wa Jalla menunjukkan kepada kita jalanNya yang lurus dan bisa mengambil pelajaran dari tulisan ringkas ini.
Sigambal,
Selesai Subuh bersama segelas teh buatan istri tercinta
Aditya Budiman bin Usman
5 April 2011 M.
[1] Lihat Taisir Karimir Rohman oleh Syaikh Abdur Rohman bin Nashir As Sa’diyrohimahullah hal. 277 terbitan Dar Ibnu Hazm, Beirut Lebanon.
[2] Lihat Shohih Tafsir Ibnu Katsir oleh Syaikh Musthofa Al ‘Adawiy hafidzahullahhal. 157/II, terbitan Dar Ibnu Rojab, Kairo,Mesir.
[3] Lihat Ba’iud Diinihi oleh Syaikh ‘Abdul Muhsin bin Muhammad Al Qosim hafidzahullah hal. 29 terbitan Malik Fahad Al Wathoniyah, Riyadh, KSA.
0 comments:
Post a Comment