Share
div id='fb-root'/>

Friday, October 28, 2011

Bagaimana Cara menjadi Bill Gates?

Share on :

a

Di dunia ini sudah banyak sekali buku-buku atau seminar yang memaparkan kiat-kiat atau rahasia menjadi seseorang pakar (baca: expert). Entah sudah berapa jumlahnya. Tapi di tahun 2008, seorang mantan reporter Washington Post menerbitkan sebuah buku yag bercerita tentang isu di atas. Judulnya "Outliers: Rahasia Menuju Sukses". Entah sebuah kebetulan atau bukan, buku ini ternyata sukses juga menjadi international best seller di banyak negara, termasuk Indonesia.
Kantor Microsoft. 10 ribu jam!

Sampai saat tulisan ini dibuat, buku ketiga Malcolm Gladwell ini telah naik cetak sebanyak empat kali di negeri kita. Sebuah pencapaian yang apik untuk buku non fiksi terjemahan. Penulisnya, walaupun sampai saat ini masih sering dperdebatkan, dengan sangat apik menceritakan tentang resep-resep sukses beberapa figur terkenal - yang kebetulan juga dianggap pakar di bidang masing-masing - di atas bumi ini. Salah satunya adalah Bill Gate.

Sebelum masuk ke cerita tentang Bill Gate, penulis ingin menyelipkan intro dulu..... 

Oleh-oleh dari Semarang

Sewaktu mendapat kesempatan mengikuti studi banding ke Kota Semarang bulan Juni lalu, penulis menyempatkan diri mampir ke Toko Buku Gramedia yang ada di sana. Kebetulan hotel yang kami tempati saat itu, Hotel Amaris, berada di gedung yang sama dengan jaringan toko buku terbesar di Indonesia ini. Mungkin karena faktor ini, tidak tanggung-tanggung, ketika berada di sana, penulis memborong empat buku sekaligus yang semuanya merupakan buah karya dari seorang penulis buku-buku non-fiksi laris, Malcolm Gladwell. Salah satu diantara buku ini berjudul "Outliers: Rahasia di Balik Sukses", yang menurut penulis mengandung informasi sekaligus pengetahuan yang layak untuk diangkat ke sidang pembaca pengusahamuslim.com tercinta. Buku-buku lainnya sejatinya juga mengandung informasi dan pengetahuan yang insyaallah sangat layak untuk diangkat di situs kita ini. Tapi itu nanti. Sekarang kita fokus dulu ke salah satu pengusaha paling terkenal sepanjang sejarah umat manusia, Bill Gate.

Sebuah teori bernama "Kaidah 10 ribu jam"

Kandungan yang penulis maksudkan adalah tentang kaidah 10.000 jam (baca: 10.000 hours rules) yang diletakkan sebagai bab 2 di dalam buku tersebut. Menurut Malcolm Gladwell, yang pernah bekerja sebagai reporter untuk harian Washington Post, untuk menjadi orang yang sukses, seseorang atau sekelompok orang harus berani dan rela berkorban untuk mengasah kemampuan dan keahliannya selama kurang lebih 10.000 jam. Yup, tepat sekali. Jumlah jam itu setara dengan bekerja selama 24 jam per hari selama kurang lebih 417 hari non stop atau bekerja sebanyak 8 jam per hari selama 1.250 hari atau 3,5 tahun non stop (baca: tanpa hari libur di hari Sabtu dan Minggu). Bagaimana, ada yang sanggup?

Subhanallah, ternyata ada!

Sebuah dongeng tentang "keberuntungan" Bill Gate

Dalam bukunya, Gladwell menceritakan dengan sangat ciamik bagaimana perjuangan dan ketekunan seorang Bill Gate. Di dalam buku setebal 339 halaman itu, Gladwell menganggap bahwa kesuksesan Bill Gate ditentukan oleh tiga faktor; (1) tanggal lahir, (2) bakat, dan (3) kerja keras. Sebagai seorang muslim, sebenarnya saya kurang tertarik untuk membahas faktor nomor (1) dan (2). Jadi dalam tulisan ini, saya akan mencoba untuk mengungkit-ungkit faktor terakhir, yakni KERJA KERAS.

Hari gini, hampir semua orang tahu siapa Bill Gate alias William Henry Gate III. Bill Gate adalah pendiri Microsoft, Inc., perusahaan di balik Microsoft Windows dan Microsoft Office, dua aplikasi yang mungkin paling banyak terinstal di komputer manapun di seluruh dunia. Termasuk di laptop yang penulis pakai untuk menulis artikel ini (penulis memakai Windows 7 Home Premium yang sudah terinstal di Laptop Axioo sejak pertama kali membelinya secara kredit tanggal 1 Juli lalu). Gladwell mengisahkan perjuangan Bill membangun perusahaannya tidak dari periode ketika ia mulai bertemu Paul Allen atau Steve Ballmer - rekan Gate sewaktu pertama kali merintis Microsoft. Pun tidak juga ketika sang putra seorang pengacara kaya ini sudah masuk dan diterima kuliah di Harvard. Noupe! Tapi sejak ia pindah sekolah!
SMA Lakeside dan ASR-33 Teletype
q

ASR-33 Teletype; laptop yang cukup bagus untuk pelajaran pertama pemrograman!
Semuanya berawal ketika Bill Gate pindah dari sekolah negeri ke sekolah swasta ternama di Seattle, Lakeside. Di sekolah barunya, yang dihuni oleh siswa-siswa dari keluarga kaya, Gate beruntung karena pada tahun 1968 sekolah tersebut membeli sebuah terminal komputer merk ASR-33 Teletype yang bisa digunakan bersama-sama serta terhubung dengan sebuah komputer mainframe di pusat kota Seattle. Penulis buku menyebut Gate beruntung karena Pada tahun 1960an, masih banyak universitas di Amerika Serikat yang belum punya komputer. Atau kalaupun ada, ternyata tidak semuanya sudah secanggih terminal yang dibeli oleh Lakeside. Dengan fasilitas ini, Gate muda sudah bisa melatih sendiri kemampuan pemrograman (programming) selama berjam-berjam lamanya, bahkan di saat masih banyak mahasiswa ketika itu yang semasa hidupnya belum pernah menyentuh komputer atau sejenisnya.

Perlu dicatat juga bahwa beberapa mahasiswa atau pemrogram lainnya yang mungkin bernasib tidak sebaik Bill Gate adalah mereka yang di kala itu masih memprogram dengan menggunakan sesuatu yang disebut punch card. Membandingkan pemrograman menggunakan ASR-33 Teletype dengan komputer berbasis punch card adalah seperti membandingkan kecepatan sebuah mobil ferrari dengan sebuah becak atau kereta sapi. Ehem ...

Perlu dicatat juga bahwa beberapa mahasiswa atau pemrogram lainnya yang mungkin bernasib tidak sebaik Bill Gate adalah mereka yang di kala itu masih memprogram dengan menggunakan sesuatu yang disebut punch card. Membandingkan pemrograman menggunakan ASR-33 Teletype dengan komputer berbasis punch card adalah seperti membandingkan kecepatan sebuah mobil ferrari dengan sebuah becak atau kereta sapi. Ehem ...

Menguji aplikasi untuk C-Cubed 


Setelah kenyang dengan ASR-33 Teletype milik Lakeside, kesempatan kedua Bill Gate untuk belajar pemrograman datang dari sebuah perusahaan dengan nama C-Cubed - yang kebetulan dimiliki oleh salah satu wali murid teman Bill Gate di Lakeside. Kali ini Bill Gate muda bersama teman-temannya mendapat tugas khusus, yakni menguji aplikasi milik C-Cubed. Bill melakukan ini sampai C-Cubed bangkrut. Pengalaman di C-Cubed tentunya lagi-lagi menambah jam terbang pemrograman Bill Gate sendiri.

2

Dahulunya Bill Gates tidak berkantor di tempat seindah ini.

Proyek Bill berikutnya: software otomatisasi gaji

Kalau sebelumnya Gate cuma bermain dan menguji aplikasi, kali ini ia benar-benar harus menyelesaikan sebuah proyek penting yakni membuat software otomatisasi gaji untuk ISI (Information Science Inc.) Sebagai imbalannya, Gate tidak mendapatkan uang yang banyak, tetapi setidaknya ia kembali mendapatkan jatah menggunakan komputer ISI secara gratis. Terhitung, Bill Gate dan teman-teman SMA-nya sudah menghabiskan tidak kurang dari 1.575 jam "bermani-main" dengan mainframe milik ISI. Dan ini tentunya hanya akan menambah kemahiran Bill Gate saja dalam pemrograman.

Kenapa Bill Gate seringkali menyumbang ke University of Washington

Konon, setelah selesai dengan ISI, Bill Gate melanjutkan proses belajar mandirinya di University of Washington (UoW). Di Universitas yang jaraknya tidak jauh dari rumah Bill ini, ia dan Paul Allen - rekan Gate ketika mendirikan Microsoft - seringkali menghabiskan waktu antara jam 3 AM - 6 AM untuk menggunakan komputer yang ada di pusat kesehatan dan departemen fisika. Gate memang layak dicap "Gila Komputer" karena ia dan Paul Allen betah melakoni kegiatan ini meski pada saat seharusnya mereka tidur atau istirahat. Nah, sekarang barulah terungkap kenapa Bill sampai sering sekali menyumbang ke University of Washington.

Gate's next step: TRW

Sehabis C-Cubed dan UoW, Gate kembali dinaungi keberuntungan. Kali ini proyek baru datang dari sebuah perusahaan dengan nama TRW. Tugas Bill adalah membantu seorang bernama John Norton untuk membangun sebuah sistem komputer yang akan digunakan oleh sebuah pembangkit tenaga listrik di wilayah Washington bagian selatan. Gate mengerjakan proyek ini sepanjang musim panas ketika ia sudah memasuki akhir SMA-nya. Dan tampaknya ia berhasil.

Dua tahun di Harvard

Di Harvard, Gate memang mengambil jurusan di Bidang Hukum. Tapi coba tebak apa yang dicintainya? Komputer. Tepat sekali. Bahkan setelah masuk di jurusan bergengsi di Universitas nomor satu di dunia pun, Bill Gate tetap tidak bisa meninggalkan komputer. Keberadaannya di Harvard malah tambah membuat Bill lebih jago dalam pemrograman. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk cabut dari Harvard untuk kemudian keluar dan mendirikan perusahaan kecil bernama ..... Microsoft.

Total waktu belajar Bill Gate

Bila kita merunut perjumpaan seorang Bill Gate dengan komputer; dimulai sejak ia masih duduk di kelas delapan sampai ia keluar dari Harvard, maka kita akan mendapati bahwa Bill Gate ternyata sudah membenamkan dirinya dengan dunia pemrograman selama kurang lebih tujuh tahun. Dan dalam tujuh tahun itu, tampaknya 10.000 ribu jam adalah waktu yang sudah ada dalam genggamannya. Dengan kata lain, bila kita yakin bahwa teori 10.000 jam adalah benar adanya, seharusnya Bill Gate akan sukses menjadi seorang pakar di bidangnya suatu hari nanti.

36 Tahun kemudian

Seharusnya Anda sudah tahu sendiri apa yang terjadi pada Bill Gate bukan? Konon, saking kayanya seorang Bill, setiap kali ia terbangun dari tidurnya, hartanya akan bertambah banyak sebesar $20 juta. Saya sendiri masih kurang mempercayai kabar aneh ini. Tapi untuk seseorang dengan kekayaan - yang berhasil dicatat - sebesar $58 Miliar saya pikir jumlah $20 Juta/hari bukanlah sesuatu yang aneh. 

Jadi bagaimana caranya menjadi Bill Gate?

Sederhana saja. Bila Anda ingin sukses seperti Bill Gate atau paling tidak mendekati kesuksesan yang sudah diraih seorang Bill Gate, maka sebaiknya Anda harus bertanya dulu pada diri sendiri, "maukah saya berjuang selama 10 ribu jam untuk sesuatu yang saya cintai sehingga saya menjadi pakar di dalamnya?" Mau tidak ya akhi/ukhti?

Kita boleh saja tidak terlahir dan hidup di lingkungan seperti Seattle atau Silicon Valley dengan kampus-kampus topnya. Kita boleh juga tidak terlahir di tahun 1955 yang konon dianggap oleh Gladwell sebagai tahun paling ideal untuk menjadi seorang pakar sekaligus praktisi di dunia teknologi informasi. Atau bahkan, kita mungkin saja tidak terlahir dengan bakat luar biasa seperti yang sudah Allah karuniakan kepada Bill Gate - konon Bill berhenti dari sekolah negeri karena ia menganggap sekolah tersebut sudah tidak menantang lagi untuknya. Tapi ada satu faktor yang bisa kita samai dari Bill Gate; KERJA KERAS! Saya rasa frasa ini bukanlah monopoli seorang Bill atau ras atau bangsa atau agama tertentu. KERJA KERAS - yang digambarkan dengan indah melalui istilah "10 ribu jam" - adalah sebuah pintu yang bisa dibuka oleh hampir semua manusia di muka bumi. Termasuk saya, Anda, istri Anda, anak-anak Anda, tetangga Anda, atau siapapun mereka. Semua bisa melakukan itu: KERJA KERAS!

Ah, Si Bill Gate itu cuma jago di bidang manajemen saja kok

Di luar sana, mungkin ada beberapa oknum yang selalu sesumbar kalau Bill Gate itu sebenarnya cuma jago di bidang manajemen saja tapi lemah dalam pemrograman. Mereka menganggap kalau apa yang sudah diperoleh oleh Bill Gate sebenarnya hanya karena ia pandai dalam merekrut dan mengatur orang-orang hebat - yang nantinya bisa ia suruh-suruh untuk coding semaunya. Well, kalau seandainya Bill memang tipikal manusia seperti itu, saya rasa Microsoft tidak akan bisa sampai sejauh ini.

Lagipula, kalau memang Bill cuma jago manajemen, lalu apa sebenarnya yang dilakukannya selama belasan tahun dengan komputer. Main tetris? Hihihihihi ...
Wim Permana, S. Kom.

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More