Thursday, October 6, 2011
Anak Zina Tidak Akan Masuk Surga
Pertanyaan :
نسمع أن ولد الزنا لا يدخل الجنة , فهل هذا صحيح ؟ وما ذنبه هو ؟
“Kami pernah mendengar bahwa anak zina tidak akan masuk surga. Apakah hal ini benar ? Apa dosa yang dimilikinya (sehingga ia tidak masuk surga) ?
Jawab :
صح عن رسول الله – صلى الله عليه وعلى آله وسلم – أنه قال : " لا يدخل الجنة ولد الزنا " وفي رواية : " أو ولد زنية " وللعلماء في معنى هذا الحديث أقوال : فمنهم من يراه كذلك إذا عمل بعمل والديه , وليس هذا بقوي ؛ لأن من عمل بعمل الزناة فهو مُعَرَّض للخطر وإن لم يكن ولد زنا , ومنهم من يرى أن ولد الزنا هو الملازم للزنا , فيكون الزنا من شأنه , كما يقال : ابن السبيل للملازم للسفر , وفيه نظر أيضًا , ومنهم من قال : هو نطفة خبيثة , والجنة لا يدخلها إلا الطيب , وكأنَّ من وُلِد من هذه الفاحشة فلا يُوفّق للعمل الصالح الذي به يدخل الجنة , وهذا على سبيل الأكثر , لأن الغالب أن الأبناء يتبعون طريق الآباء , وهذا الذي نصره الإمام ابن القيم - رحمه الله – في " المنار" وهو الموافق للأصول؛ فإن الله عز وجل لا يعذب نفساً صالحة تقية بفساد أبويها , على أن قول النبي - صلى الله عليه وعلى آله وسلم - : " لا يدخل الجنة .." لا يلزم منه الخلود في النار , فقد يكون معناه : لا يدخل الجنة أول الداخلين , أو دخول الفائزين الناجين من دخول النار أصلاً ، السالمين من كرب العرصات يوم القيامة ، أو يكون معناه عدم الدخول؛ ولكن في حق المستحل ، لا مجرد من ارتكب كبيرة , كما هو معلوم من كلام أهل السنة في مثل هذه العبارة . والله أعلم .
“Telah shahih riwayat dari Raslullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, bahwasannya beliau bersabda : ‘Tidak akan masuk surga anak zina’. Dalam riwayat lain : ‘atau anak perempuan pezina’.[1] Terdapat beberapa pendapat di kalangan ulama mengenai makna hadits ini.
Di antara mereka ada yang berpendapat seperti itu (yaitu anak zina tidak akan masuk surga) apabila ia berbuat seperti perbuatan kedua orang tuanya. Pendapat ini tidak kuat, karena siapa saja yang melakukan perbuatan zina, maka berada dalam bahaya meskipun ia bukan anak zina.
Di antara mereka ada yang berpendapat anak zina itu maksudnya anak yang suka berbuat zina, sehingga zina menjadi sesuatu yang melekat pada dirinya (julukannya) sebagaimana dikatakan : ibnus-sabiil, karena orang tersebut suka melakukan safar. Pendapat ini layak mendapat kritikan juga.
Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa ia adalah (berasal dari) air mani/nuthfah yag jelek; sedangkan surga, tidak ada yang memasukinya kecuali yang baik-baik. Dan sepertinya siapa saja yang dilahirkan dari perbuatan keji/zina ini, maka tidak diberikan taufiq untuk beramal shalih sehinga dapat memasukkannya ke dalam surga. Inilah yang kebanyakan terjadi. Pada umumnya, anak-anak akan mengikuti jalan orang tuanya. Pendapat inilah yang dikuatkan oleh Al-Imam Ibnul-Qayyimrahimahullah dalam Al-Manaar. Pendapat ini berkesesuaian dengan ushul. Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla tidak akan mengadzab seorang hamba yang shaalih lagi taqwa karena kerusakan/dosa kedua orang tuanya. Bahwasannya sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Tidak akan masuk surga….’ ; tidak mengkonsekuensikan kekal dalam neraka.
Boleh jadi maknanya adalah : Tidak akan masuk surga sebagai golongan yang pertama kali masuk surga, atau sebagai golongan orang-orang yang selamat lagi beruntung dari api neraka dan kesempitan/kesulitan di hari kiamat.
Atau boleh jadi maknanya adalah : peniadaan masuk surga, yaitu bagi orang-orang yang menghalalkannya (zina), bukan sekedar perbuatan dosa besar (zina) yang ia perbuat – sebagaimana hal ini diketahui dari pendapat Ahlus-Sunnah dalam permasalahan seperti ini. Wallaahu a’lam.
[Diambil dari سلسلة الفتاوى الشرعية karya Asy-Syaikh Abul-Hasan Al-Ma’ribiy pertanyaan no. 32 - oleh abul-jauzaa’ al-bogoriy di keheningan malam hari Ahad].
[1] Riwayat tersebut adalah :
عن عبد الله بن عمرو قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا يدخل الجنة عاق لوالديه ولا مدمن خمر ولا منان ولا ولد زنا
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Tidak akan masuk surga orang yang durhaka pada kedua orang tuanya, orang yang meminum khamr, orang yang suka mengungkit-ungkit kebaikan, dan anak zina”[Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq no. no. 13859, Ahmad 2/203, Ath-Thabaraaniy sebagai dalam Majma’uz-Zawaaid 6/257, Al-Khathiib 11/191, dan yang lainnya. LihatSilsilah Ash-Shahiihah no. 673]. – Abul-Jauzaa’
0 comments:
Post a Comment