Share
div id='fb-root'/>

Monday, October 3, 2011

Alasanmu yang Tak Bisa Ku Pahami

Share on :

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Alasanmu yang Tak Bisa Ku Pahami
Para Pembaca, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa melimpahkan hidayah ilmu dan hidayah amal kepada kita. Satu hal yang sering kita saksikan bersama, bahkan pernah mungkin diantara kita ada yang mengatakannya ketika datang seorang yang mengajaknya untuk mempelajari agama islam ini dengan serius serta menerapkannya lalu kemudian dengan mudahnya seseorang yang di ajak tersebut mengatakan, “Nantilah jika hidayah itu memang datang maka aku akan mengikutinya”. Atau mirip dengan hal yang semisal bahkan hal ini tak kalah sering kita dapatkan di kala seorang muslimah yang telah menggunakan hijab/jilbab yang benar mengajak temannya untuk mengenakan hijab/jilbab yang benar kamudian serta merta lidah orang yang di ajak mengatakan, “Hati saya belum terpanggil untuk mengenakan jilbab yang benar”. Maka untuk orang yang mengatakan hal yang demikian ku goreskan pena untukmu wahai saudaraku sesama islam, saudaraku yang sama-sama menginginkan surga.
Sebelum ku ajak kau wahai saudaraku untuk masuk ke dalam inti masalah yang akan kusampaikan padamu, maka aku memandang perlu bahkan sangat perlu untuk kusampaikan firman Allah ‘azza wa jalla yang termaktub dalam kitabNya Al Qur’an yang Mulia untuk kuutarakan maksudku dalam tulisan ini bukanlah untuk mengguruimu apa lagi mencercamu melainkan untuk menerapkan apa yang Allah wajibkan pada kita agar tak tergolong menjadi orang-orang yang merugi,
وَالْعَصْرِ . إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ .
“Demi masa. Sesungguhnya seluruh manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beramal sholeh dan saling menginginkan kebaikan dalam kebenaran dan saling menginginkan kebaikan dalam kesabaran”. (QS : Al ‘Ashr [103] :1-3).
Maka inilah yang menjadi pendorongku untuk melakukan hal ini Saudaraku. Setelah ini kau pahami maka aku takkan berpanjang lebar karena aku kira kita sudah sama-sama tahu bahwa menuntut ilmu itu wajib[1] dan memakai pakaian yang benar itu adalah suatu yang pasti benarnya dalam agama islam. Akan tetapi yang ingin aku sampaikan kepadamu adalah apa yang kau jadikan alasan itu adalah alasan yang tidak beralasan sama sekali dan alasan yang terlalu jauh dari apa yang dikatakan Allah ‘Azza wa Jalla dalam kitabNya, alasan yang terlalu muluk dan terlalu lemah untuk dijadikan alasan, wahai saudaraku tidaklah ku katakan demikian berdasarkan hawa nafsuku dan akal pikiranku semata melainkan apa yang Allah ‘Azza wa Jalla katakana dalam kitab yang sama-sama kita baca,
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Maka ketika hati-hati mereka berpaling maka Allah akan palingkan hati-hati mereka, dan Allah tidaklah memberikan hidayahNya kepada orang-orang yang fasik” (QS : Ash Shof [61] :5).
Syaikh Abdur Rohman bin Nashir As Sadiy rohimahullah mengatakan ketika menafsirkan ayat ini,
“Yang dimaksud dengan firman Allah (فَلَمَّا زَاغُوا) adalah ketika mereka berpaling dari kebanaran dengan maksud yang ada di hati mereka, maka (أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ) Allah palingkan hati-hati mereka sebagai hukuman bagi mereka karena penyimpangan hati mereka yang mereka pilih untuk diri mereka, ridho/rela terhadap penyimpangan tersebut, sehingga Allah tidak akan memberikan kepada mereka hidayah karena mereka tidaklah layak mendapatkan hidayah kepada kebenaran tersebut dan mereka tidaklah menginginkan kebaikan melainkan yang mereka inginkan adalah kesesatan”.
Kemudian di akhir tafsir untuk ayat yang mulia ini beliau mengatakan,
“Ayat yang Mulia ini memberikan petunjuk kepada kita bahwa kesesatan yang Allah takdirkan untuk (sebagian pent.) hamba-hambaNya bukan merupakan kedholiman Allah atas mereka dan kesesatan yang Allah takdirkan untuk mereka bukanlah alasan bagi mereka karena sesungguhnya sebab kesesatan tersebut adalah dari diri mereka sendiri[2]. Sesungguhnya mereka sendirilah yang mengunci/menutup diri mereka dari pintu kebenaran setelah mereka mengetahui kebanaran itu maka Allah berikan balasan kepada mereka berupa kesesatan dan penyimpangan dari kebenaran yang mereka tidaklah punya tipu daya untuk mencegahnya dan memalingkan hati mereka darinya, hal ini merupkan hukuman bagi mereka sebagai bentuk keadilan bagi mereka”[3].
Maka cukuplah penjelasan di atas bagi orang-orang yang punya alasan-alasan yang kami sampaikan di awal tulisan ini. Saudaraku yang aku cintai karena Allah……ketahuilah bahwa seberat-berat hukuman maksiat yang Allah berikan pada kita di dunia ini adalah hati yang sakit atau bahkan mati yang tidak dapat menilai kebenaran sebagai suatu kebenaran dan kesesatan sebagai suatu kesesatan –mudahkan Allah jauhkan diri kami dan pembaca sekalian dari hati yang demikian-.
Sebagai penutup aku sampaikan firman Allah tuk diriku dan pembaca sekalian yang menunjukkan ciri orang yang beriman,
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
“Maka berikanlah adz dzikr karena adz dzikr akan memberikan manfaat bagi orang yang beriman”. (QS : Adz Dzariyat [51] :55).
Ahli Tafsirnya para Shahabat Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhu mengatakan,
“Yang dimaksud dengan (وَذَكِّرْ) adalah berikanlah mau’idzoh/peringatan dengan Al Qur’an dan (تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ) mau’idzoh/peringatan dengan Al Qur’an akan memberikan tambahan kebaikan/kesholehan bagi orang-orang yang beriman”[4].
Mudah-mudahan Allah ‘Azza wa Jalla anugrahkan untuk kita hati yang mudah menerima dan mengamalkan kebenaran yang datang dari Allah Subahanahu wa Ta’ala dan NabiNya Muhammad bin Abdillah shollallahu ‘alaihi was sallam.
Seorang Yang Lemah,
Yang Mengharap Ridho dan Ampunan RabbNya

[1] Tentang hal ini silahkan lihat tulisan kami yang berjudul “Ilmu Dunia atau Ilmu Akhirat” di alhijroh.co.cc
[2] Yaitu hati mereka yang ingin menyimpang dari kebenaran.
[3] Lihat Taisir Karimir Rohman oleh Syaikh Abdur Rohman bin Nashir As Sadiy rohimahullah hal. 821-822, terbitan Dar Ibnu Hazm, Beirut.
[4] Lihat Tanwirul Muqbas min Tafsir Ibni Abbas hal. 523, Asy Syamilah.

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More