Share
div id='fb-root'/>

Kaya tidak diukur dengan banyaknya harta

“Yang namanya kaya (ghina’) bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya ghina’ adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bertakwa itu dimana saja

“Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada dan ikutkanlah kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan akan menghapuskannya dan berakhlaqlah dengan sesama dengan akhlaq yang baik.”(HR Tirmidzi 1987)

Mudahkan Kesulitan Saudara Kita

“Barangsiapa meringankan sebuah kesusahan (kesedihan) seorang mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan urusan seseorang yang dalam keadaan sulit, Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutup ‘aib seseorang, Allah pun akan menutupi ‘aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut menolong saudaranya.”(HR Muslim 2699)

Segeralah Bertaubat

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imron: 133)

Bersemangatlah untuk Beramal Shalih

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An Nahl: 97)

Tuesday, February 25, 2014

Kisah Anak Umur 10 Tahun Hafal Al Qur'an

Kisah Pembelajaran Abdullah, Hafidz Al Qur'an Usia 10 Tahun
Ayahnya, Farid Fadhillah, bercerita:

Dari beberapa orang yang nanya ke saya bahwa mereka tidak bisa mendidik anak-anak hafidz dan hafidzoh karena mereka sendiri tidak hafidz, sementara anak-anak sekolah di sekolah umum. Ana beri gambaran keadaan Abdullah dan uminya sebagai guru utamanya. Abdullah termasuk anak yang lambat bicaranya. Dia baru berbicara di usianya 4.5 tahun.

Sementara ibunya bukanlah hafidhoh, bukan ustadzah, hanya orang biasa saja. Abdullah pun sekolah di sekolah umum bukan pesantren. Bukan pula sekolah tahfidz sebagaimana umumnya di jumpai di Saudi. Abdullah mulai belajar al quran dari saya dengan panduan kitab IQRA yang melegenda itu. Usianya 4.5 tahunan ketika itu. Dan mulai menghafal al quran dengan bimbingan uminya di usia menjelang 5 tahun.

Dia menghafal dari potongan suku kata. Uminya membaca dia mengikuti per suku kata.. berpuluh-puluh kali. Setelah hafal suku kata tersebut pindah ke suku kata berikutnya. Terus berpuluh-puluh kali di ulangi. Sampai dapat 1 baris. Kemudian di ulangi lagi 1 baris tersebut berpuluh-piluh kali. Sampai dia hafal betul. Setelah itu baru pindah ke baris ke 2...

Sehari ketika itu hanya dapat 1 atau 2 baris saja tergantung kondisi abdullah. Oya Abdullah menghafal dari belakang ke depan. Kecuali al Fatihah. Jadi surat pertama setelah al Fatihah adalah an-Naas dst. Sampai al-Baqoroh. Esok harinya dia akan mengulangi lagi apa yang dia hafalkan hari sebelumnya. Sebelum dia menambah 1 atau 2 baris lagi hari ini. Terus begitu hingga dapat 1 surat. Setelah itu barulah dia mengulangi-ulangi surat tersebut di satu hari itu saja. Dia akan murojaah lagi ketika sudah dapat satu halaman.

Uminya luar biasa sabar membimbing hafalan per suku kata ini sampai Abdullah hafal 2 juz terakhir, yakni 29 dan 30. Setelah itu barulah dinaikkan hafapannya menjadi 4 baris sehari hingga setengah halaman maksimum. Karena dia juga harus belajar pelajaran lainnya. Hafalan 4 baris hingga setengah halaman perhari ini berlangsung kira-kira sampai juz ke 20.

Selama masa aktif sekolah paling-paling dapat 2 juz saja. Dia dapat banyak hafalan ketika musim liburan. Tentunya semakin lama semakin cepat hafalannya. Sampai-sampai ketika sudah kurang 5 atau 6 juz terakhir dia sanggup menghafal hingga 4.5 halaman perharinya. Seingat saya al-Baqarah selesai dalam waktu kira-kira 2 minggu. Pas ketika musim liburan antar semester di Saudi.

Kalau musim liburan sekolah Abdullah start menghafal setelah sarapan pagi kira-kira pukul 6 pagi waktu Saudi. Terus selama 2 jam dia menghafal sampai kira-kira pukul 8, kemudian istirahat setengah jam kemudian hafalan lagi samapi jam 10, kemudian istirahat lagi setengah jam, kemudian lanjut lagi hingga jam 12. Kemudian sholat dhuhur dan makan siang dan istirahat hingga pukul 2 siang. Kemudian pukul 3 siang lanjut lagi sampai waktu ashar. Setelah ashar lanjut lagi hingga maghrib.

Dan istri saya mendidik hafalan adeknya Abdullah yaitu Abdurrahman juga. Yang alhamdulillah sudah dapat 12 juz. Abdullah hafalan sendiri, uminya nerima setoran adiknya. Setelah adiknya selesai nyetor hafalan gantian Abdullah yang setor sementara adiknya hafalan sendiri, terus begitu. Istri saya hampir tiap malam sampai sakit punggung akibat lamanya duduk untuk nyimak hafalan dan setoran anak-anak.

Sudah 5 tahun lebih seperti itu. Sekarang Abdullah tinggal murojaah terus. Fokus dipindah ke Abdurrahman. Dalam 1 tahun kedepan giliran adeknya Abdurrahman yaitu Abdurrazzaq sudah menunngu juga.

Subhanallah...

=====

Sekian cerita beliau. Cerita di atas saya dapatkan langsung dari pak Farid selaku ayah dari Abdullah, dan beliau sudah izinkan utk share cerita di atas.

Sumber: Page Status Nasehat


Sumber: http://yudatfort814.blogspot.com/2011/07/cara-membuat-pesan-peringatan-hak-cipta.html#ixzz1iGyhTDSY

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More